Spesies Baru: Keong Darat dari Pulau Bacan

22 hours ago 4
  • Inilah spesies baru keong darat dari Pulau Bacan, namanya Diancta batubacan. Nama batu bacan mengacu pada batu crysocolla yang terkenal dan dapat ditemukan di Pulau Bacan.
  • Secara ekologi, keong darat membantu proses pembusukan tanaman. Keong darat juga memfasilitasi penyebaran spora jamur sehingga jamur dapat tumbuh di area lebih luas. Pada akhirnya, keong darat membantu terjadinya siklus nutrisi tempat tumbuh tanaman.
  • Bagi orang awam, rupa semua keong darat mungkin dianggap sama, kecuali bekicot, keong darat yang berukuran besar. Namun, di mata saintis keong darat banyak ragamnya. Misalnya, spesies baru Diancta batumacan ini. Meski sama-sama warnanya hampir putih, ia berbeda dengan Sulfurina parva yang juga ditemukan di Pulau Bacan.
  • Pulau Bacan merupakan salah satu pulau besar di kepulauan Maluku Utara dan termasuk kawasan Wallacea. Bacan terletak di pertemuan lempeng tektonik Eurasia, laut Filipina, dan Australia.

Alfred Russel Wallace, naturalis berkebangsaan Inggris mengirimkan paket berisi sejumlah keong darat dari Pulau Bacan kepada Hugh Cuming, rekannya yang tinggal di Inggris. Wallace diketahui menyempatkan tinggal di Pulau Bacan dari Oktober 1858 hingga April 1859. Keong darat yang dikumpulkan Wallace itu kemudian muncul dalam tulisan yang terbit 1861. Tulisan memuat laporan tentang 47 spesies baru keong darat.

Tahun 2022, Ayu Savitri Nurinsiyah, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN bersama tim, melakukan ekspedisi keong darat ke Pulau Bacan. Tim mengumpulkan 555 spesimen yang terdiri 27 spesies keong darat.

Dengan memeriksa koleksi spesimen dan literatur hingga 2024, tim berhasil mencatat sebaran baru untuk sembilan spesies keong darat dan satu spesies keong darat baru yang belum dikenal sebelumnya.

Spesies baru ini diberi nama Diancta batubacan. Nama batu bacan mengacu pada batu crysocolla yang terkenal dan dapat ditemukan di Pulau Bacan.

“Penemuan ini sangat penting karena menunjukkan Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia, termasuk keong darat. Masih banyak potensi yang belum sepenuhnya terungkap,” jelas Ayu, mengutip situs BRIN, 29 April 2025.

Baca: Kerang Kepala Kambing, Seperti Apa Bentuknya?

Inilah spesies baru keong darat dari Pulau Bacan. Foto: Dok. BRIN

Kini total spesies keong darat yang hidup di Pulau Bacan menjadi 56 jenis, yang 13 jenis hanya bisa ditemukan di Pulau Bacan.

Secara ekologi, keong darat membantu proses pembusukan tanaman. Keong darat juga memfasilitasi penyebaran spora jamur sehingga jamur dapat tumbuh di area lebih luas. Pada akhirnya, keong darat membantu terjadinya siklus nutrisi tempat tumbuh tanaman. Tanah menjadi subur untuk menopang kehidupan yang tumbuh di atasnya.

Pulau Bacan merupakan salah satu pulau besar di kepulauan Maluku Utara dan termasuk kawasan Wallacea. Bacan terletak di pertemuan lempeng tektonik Eurasia, laut Filipina, dan Australia. Pulau ini terbagi dua zona ekologi utama, kawasan hutan dengan karst dan kawasan nonkarst berupa pantai dan ladang. Situasi tersebut membuat Pulau Bacan memiliki keragaman hayati yang kaya dan unik.

Baca: Siput di Dunia Menuju Kepunahan

Spesies baru keong darat dari Pulau Bacan ini dinamakan Diancta batubacan. Foto: Dok. BRIN

Habitat keong darat

Sekitar dua bulan, dari Mei hingga Juni 2022, tim peneliti berusaha mengumpulkan keong darat dari kawasan karst dan nonkarst. Mulai dari perkebunan kakao hingga hutan di lereng karst. Peneliti mengumpulkan keong hidup maupun cangkang kosong yang ditemukan di antara serasah daun, batu, serpihan kayu, atau batang tanaman.

Setelah mempelajari dan melakukan identifikasi temuan, dari 555 individu diketahui mewakili 27 spesies dari 11 famili. Sebanyak 9 spesies tercatat untuk pertama kalinya ditemukan di Pulau Bacan. Dari 56 spesies yang terdata, sejauh ini ada 13 spesies yang hanya ada di Pulau Bacan.

Tim peneliti juga menemukan populasi dan keberagaman spesies keong darat yang tertinggi, di perkebunan kakao. Secara umum, populasi keong darat terbanyak ada di kawasan hutan nonkarst, sementara keberagaman tertinggi ada di kawasan hutan karst.

“Temuan kami mengungkapkan bahwa habitat hutan memiliki lebih banyak individu dan spesies (526 spesimen dan 27 spesies), daripada habitat pertanian (29 spesimen dan 5 spesies),” tulis laporan tim yang dimuat dalam jurnal ZooKeys, 2025.

Baca: Kerang Laut ini Jadi Alat Tiup Tradisional Masyarakat Pesisir

Nama batu bacan pada Diancta batubacan, mengacu pada batu crysocolla yang terkenal dan dapat ditemukan di Pulau Bacan. Foto: Dok. BRIN

Temuan ini menggambarkan ekosistem hutan memiliki kepadatan populasi dan kekayaan spesies lebih tinggi dibanding habitat pertanian. Selain itu diketahui, di antara 27 spesies yang ada di Pulau Bacan, mayoritas tersebar di kawasan lembab yang mengandung formasi karst.

Mengutip laporan tersebut, satwa mungil ini memiliki jangkauan geografis terbatas dan sangat sensitif terhadap gangguan habitat, termasuk aktivitas manusia. Sehingga, mereka amat rentan punah. Karakter ini bisa dijadikan penanda terjadinya perubahan lingkungan pada suatu kawasan, terutama yang disebabkan gangguan manusia.

“Indikator penting dari perubahan habitat dan komunitas adalah keberadaan keong darat yang berukuran mikro,” tulis riset tersebut.

Bagi orang awam, rupa semua keong darat mungkin dianggap sama, kecuali bekicot, keong darat yang berukuran besar. Namun, di mata saintis keong darat banyak ragamnya. Misalnya, spesies baru Diancta batumacan ini. Meski sama-sama warnanya hampir putih, ia berbeda dengan Sulfurina parva yang juga ditemukan di Pulau Bacan.

Bentuk cangkang D. batubacan unik. Memanjang, dengan lingkaran (spiral) kedua terakhirnya menonjol. Jumlah lingkarannya 7 hingga 7,5 unit dengan ujung atau puncak berbentuk runcing. Penelitian belum merinci perilaku, pola makan, dan reproduksi spesies temuan.     

Baca juga: Kerang Raksasa Tertua di Dunia ini Sudah Ada Sejak 1499 Masehi

Pulau Bacan menjadi rumah yang baik bagi keanekaragaman hayati Indonesia, termasuk keong darat Diancta batubacan. Foto: Dok. BRIN

Wallacea kaya spesies endemik

Kawasan Wallacea terkenal memiliki keanekaragaman hayati tinggi, sekaligus unik. Zona transisi biogeografis Asia dan Australia ini dulunya merupakan kawasan terisolasi. Situasi ini memungkinkan evolusi spesies endemik/khas, yang tidak ditemukan di tempat lain. Misalnya di Asia atau Australia. Dengan distribusi geografis yang terbatas dan evolusi spesies endemik ini, ilmuwan bisa menggunakannya untuk memahami pola biogeografi dan evolusi flora dan fauna tertentu.

“Penelitian ini tidak hanya memperkaya pengetahuan kita tentang keanekaragaman hayati, tetapi juga memberikan gambaran lebih lengkap mengenai distribusi spesies di kawasan Wallacea,” papar Ayu.

Ekspedisi ini melibatkan peneliti dari PRBE BRIN, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Masyarakat Moluska Indonesia, Universitas Jember, dan Universitas Padjadjaran. Ayu sebelumnya menemukan spesies baru keong darat di Pulau Moti, Maluku Utara, yang diberi nama Palaina motiensis.

“Masih banyak keanekaragaman hayati keong darat di Maluku Utara dan Wallacea yang menunggu untuk diungkap. Kita harus kenali dan jaga keanekaragaman hayati Indonesia beserta habitatnya, agar gambar indah ciptaan Yang Kuasa dapat bermakna,” pungkasnya.

Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Kerang dan Tiram

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|