Banjir Rob Genangi Rumah Warga Maumere, Mangrove Berkurang?

8 hours ago 2
  • Puluhan rumah warga Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kelurahan Wairotang, dan Kampung Bebeng, Kelurahan Wolomarang, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, tergenang banjir rob.
  • Warga telah menamam bakau di utara permukiman Kampung Garam, namun banyak ditebang untuk dijadikan bangunan rumah dan juga tambak.
  • Simon Subandi Supriadi, Wakil Bupati Sikka, saat mengunjungi wilayah terdampak banjir rob di Kota Maumere, sepakat tanggul yang berada di pesisir pantai ditinggikan.
  • Hasil riset menunjukan, pada 1988-1998 tutupan mangrove di Pantai Utara Kabupaten Sikka berkurang seluas 130 ha menjadi 2.768 ha. Sementara, dari 1998-2008 berkurang seluas 1.376 ha menjadi 1.392 ha. Tahun 2008-2018, meningkat sebanyak 1.061 ha menjadi 2.453 ha.

Puluhan rumah warga Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kelurahan Wairotang, dan Kampung Bebeng, Kelurahan Wolomarang, Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, tergenang air akibat banjir rob.

Pemukiman warga di Pulau Parumaan dan Pulau Sukun, Sikka, juga terancam. Maret 2024 lalu, warga dua desa di pulau ini mengungsi ke wilayah yang lebih tinggi, sebab ketinggian banjir mencapai hampir satu meter.

“Setahun tiga kali pemukiman kami terendam. Tahun 2020, banjir rob sekitar 50 cm menggenangi perkampungan kami,” ujar Paulus Martinus Boi, Ketua RT 06 RW 04 Kampung Garam, Rabu (30/4/2025).

Paulus menunjukkan tanggul penahan gelombang setinggi satu meter di batas permukiman warga dan hutan mangrove. Banjir sedikit teratasi dengan tanggul dan saluran air yang ada. Warga juga terbantu adanya tanah lapang seluas satu hektar yang dikelilingi pohon bakau, di depan perkampungan.

“Di RT 06, sekitar 60 rumah terendam,” ujarnya.

Veronika Fanggi, warga Kampung Garam, menyatakan pondasi rumahnya telah ditinggikan hingga 60 cm.

“Rumah yang terendam, umumnya yang pondasinya masih awal,” jelasnya.

Baca: Banjir Rob Genangi Puluhan Rumah di Maumere. Apa Penyebabnya?

Hutan mangrove penting menjaga ekosistem pesisir dan mencegah terjadinya abrasi. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Bakau dan tanggul

Paulus mengatakan, warga telah menamam bakau di utara permukiman. Hal serupa juga dilakukan di Kampung Bebeng.

“Namun, banyak ditebang untuk dijadikan bangunan rumah dan juga tambak. Bahkan, ada bangunan dekat pohon bakau.”

Kini saat hujan, sampah yang terbawa arus menumpuk di Kelurahan Kota Uneng, hingga ke arah barat Kampung Wuring dan Bebeng.

“Solusinya, tanggul pesisir di wilayah kami maupun di Bebeng, ditinggikan agar air laut tidak masuk rumah,” ujarnya.

Rumah warga Kampung Garam Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka, yang berbatasan langsung dengan hutan mangrove terendam banjir rob. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

Simon Subandi Supriadi, Wakil Bupati Sikka, saat mengunjungi wilayah terdampak banjir rob di Kota Maumere, sepakat tanggul di pesisir pantai ditinggikan.

Warga juga diharapkan tidak menebang bakau dan mendirikan bangunan di atas saluran air. Koordinasi dengan BPBD Sikka akan dilakukan untuk solusi terbaik.

“Memang butuh penanganan cepat dan kedepannya menjadi prioritas untuk dibangun turap,” ungkapnya, Rabu (2/4/2025).

Baca juga: Banjir Rob Pasuruan Makin Parah, Perlu Upaya Mitigasi

Warga melintasi jalan yang menghubungkan dua RT di RW 04 Kelurahan Kota Uneng, Maumere, Kabupaten Sikka, NTT yang tergenang banjir rob. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

Luas tutupan mangrove

Hasil “Analisa Perubahan Tutupan Mangrove di Pantai Utara Kabupaten Sikka Berbasis Sistem Informasi Geografis” oleh Fransiskus R. Meda, Michael Riwu Kaho, dan Norman P.L.B. Riwu Kaho, dari Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana, Kupang, memperlihatkan berkurangnya tutupan hutan mangrove di wilayah tersebut.

Hasil riset menunjukan, pada 1988-1998 tutupan mangrove berkurang seluas 130 ha menjadi 2.768 ha. Sementara, dari 1998-2008 berkurang seluas 1.376 ha menjadi 1.392 ha. Tahun 2008-2018, meningkat sebanyak 1.061 ha menjadi 2.453 ha.

“Faktor pemicunya antara lain terjadi tsunami, abrasi, dan angin atau badai. Meningkatnya luasan mangrove disebabkan penerapan sistem hybrid engineering oleh masyarakat setempat bersama WII (Wetlands International Indonesia),” ungkap mereka.

Anak-anak mandi di lahan kosong di Kampung Garam, Kelurahan Kota Uneng, Kabupaten Sikka, NTT, yang digenangi air llaut damak banjir rob. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

Data menunjukan, pada 1988 tutupan mangrove rapat dengan luasan sebesar 95% mengalami penurunan menjadi 89% akibat tsunami 1992.

Tahun 1998 hingga 2008, kondisi tutupan hutan mangrove kelas rendah mengalami penurunan menjadi 11%, sementara kelas sedang naik menjadi 17% dari 2% pada 1988.

“Kondisi ini akibat dari proses pertumbuhan pada tingkat semai, yang membutuhkan waktu cukup lama untuk menjadi kelas rapat dalam hal ini tingkat pohon,” jelas riset tersebut.

Pada 2018, tingkat kerapatan hutan mangrove pada kelas rapat mengalami penurunan menjadi 4% dari 72% dan kelas sedang meningkat dari 17% menjadi 19% selama kurun waktu 10 tahun. Sementara, pada kelas rendah mengalami peningkatan dari 11% menjadi 77%, sebagai akibat suksesi sekunder, yaitu kawasan hutan mangrove yang pernah terdegradasi mengalami pemulihan melalui proses regenerasi alami.

Jaga Hutan Mangrove Sinaka, Kepiting pun Sejahterakan Warga

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|