90 Juta Tahun Lalu, Antartika di Kutub Selatan Dipenuhi Hutan Hujan dan Dinosaurus

3 weeks ago 39
  • Sekitar 90 juta tahun lalu, Antartika memiliki iklim hangat dan dipenuhi hutan hujan beriklim sedang, dengan ekosistem yang mirip hutan di Selandia Baru saat ini.
  • Penelitian tahun 2020 menemukan sampel tanah purba yang mengungkap adanya akar, serbuk sari, dan spora, serta fosil dinosaurus yang hidup di benua ini meskipun mengalami malam kutub selama empat bulan.
  • Perubahan iklim global saat ini memberikan pelajaran penting dari masa lalu Antartika, mengingat benua ini pernah mengalami transformasi besar dalam sejarahnya.

Saat ini, Antartika dikenal sebagai benua dingin yang tertutup es, namun sejarah geologinya mengungkapkan masa lalu yang sangat berbeda. Sekitar 90 juta tahun yang lalu, benua ini dipenuhi oleh hutan hujan beriklim sedang dan menjadi rumah bagi berbagai spesies, termasuk dinosaurus. Penemuan terbaru membuka wawasan tentang ekosistem purba yang berkembang di Antartika serta memberikan pelajaran penting tentang perubahan iklim.

Bukti Keberadaan Hutan Hujan di Antartika

Pada tahun 2020, para peneliti dari Alfred Wegener Institute di Jerman dan Imperial College London menemukan bukti yang menunjukkan bahwa Antartika pernah menjadi ekosistem subur. Tim ini mengebor sampel inti tanah di Antartika Barat, sekitar 900 kilometer dari Kutub Selatan. Sampel tanah tersebut, yang berusia 90 juta tahun, mengandung akar, serbuk sari, dan spora yang terawetkan dengan baik.

Peta lokasi pengeboran dan bagaimana susunan benua 90 juta tahun yang lalu | Gambar: Alfred-Wegener-Institut

Menurut Profesor Tina van de Flierdt dari Departemen Ilmu dan Teknik Bumi di Imperial College London, “Pelestarian hutan yang berusia 90 juta tahun ini sangat luar biasa, tetapi yang lebih mengejutkan adalah dunia yang diungkapkannya. Bahkan selama bulan-bulan kegelapan total, hutan hujan beriklim sedang tetap dapat tumbuh dekat dengan Kutub Selatan. Ini mengungkapkan bahwa iklim di masa itu jauh lebih hangat dari yang kami perkirakan.”

Temuan ini menunjukkan bahwa Antartika pada pertengahan zaman Kapur memiliki ekosistem hutan hujan yang mirip dengan yang ditemukan di Selandia Baru atau Tasmania saat ini.

Kondisi Iklim Antartika di Masa Lalu

Antartika 90 juta tahun lalu memiliki iklim yang jauh lebih hangat dibandingkan sekarang. Suhu rata-rata di kawasan tersebut diperkirakan sekitar 12 °C, dengan suhu musim panas mencapai 20 °C. Tingkat karbon dioksida (CO₂) di atmosfer pada masa itu sangat tinggi, yang menciptakan efek rumah kaca alami dan menjaga suhu global tetap hangat.

Selain itu, permukaan laut pada zaman Kapur sekitar 170 meter lebih tinggi dibandingkan saat ini, sebagian besar disebabkan oleh tidak adanya lapisan es di kutub. Kondisi ini memungkinkan keberadaan lahan basah dan hutan hujan yang subur, meskipun kawasan tersebut mengalami malam kutub selama empat bulan tanpa sinar matahari.

Dinosaurus yang Hidup di Antartika

Zaman Kapur juga dikenal sebagai era kejayaan dinosaurus. Bukti menunjukkan bahwa dinosaurus hidup di Antartika pada masa ini. Fosil-fosil yang ditemukan di kawasan ini meliputi berbagai jenis dinosaurus, mulai dari herbivora besar seperti sauropoda hingga predator seperti theropoda. Kehadiran dinosaurus ini menegaskan bahwa wilayah tersebut mendukung ekosistem yang kompleks.

Konsep artis tentang tyrannosaurus yang ikonik, Tyranosaurus rex. Therapoda pernah hidup di Antartika, kutub selatan |
Karya seni oleh Matt Celeskey.

Namun, bagaimana dinosaurus dapat bertahan hidup selama empat bulan kegelapan total masih menjadi misteri. Para ilmuwan menduga mereka mungkin bermigrasi ke wilayah yang lebih hangat selama musim dingin atau memiliki adaptasi khusus, seperti metabolisme yang lebih efisien untuk mengatasi suhu dingin.

Kondisi Antartika Saat Ini dan Tantangan yang Muncul

Saat ini, Antartika didominasi oleh es tebal, dengan suhu rata-rata tahunan sekitar -57 °C di pedalaman. Kehidupan tumbuhan sangat terbatas, dengan hanya dua spesies tanaman asli, yaitu rumput rambut Antartika (Deschampsia antarctica) dan lumut mutiara Antartika (Colobanthus quitensis). Namun, kedua spesies ini berkembang lebih pesat dalam beberapa tahun terakhir karena kenaikan suhu global.

Rumput rambut Antartika (Deschampsia antarctica) berkembang lebih pesat dalam beberapa tahun terakhir karena kenaikan suhu global.

Selain itu, lebih dari 100 spesies tumbuhan non-asli telah menyebar ke Antartika, termasuk rumput taman. Kehadiran spesies asing ini menunjukkan bahwa ekosistem yang sebelumnya stabil mulai terpengaruh oleh pemanasan global.

Meskipun sulit membayangkan Antartika kembali menjadi hutan hujan yang subur, temuan ini menegaskan bahwa kondisi iklim dapat berubah secara signifikan, bahkan di tempat yang tampaknya tidak mungkin. Pengetahuan tentang masa lalu ini penting untuk memahami dampak pemanasan global yang sedang berlangsung dan bagaimana kita dapat mengelola perubahan ini di masa depan.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|