- Populasi Jalak Bali pernah menyusut ekstrem, tinggal 6 ekor di alam pada 2022, akibat perburuan dan alih fungsi hutan.
- Habitat aslinya di Taman Nasional Bali Barat terus menyempit, kini terancam pembangunan bandara di Bali Utara.
- Penangkaran dan pelepasliaran meningkatkan populasi, tapi keragaman genetik masih jadi tantangan serius.
- Jalak bali adalah spesies monogamis yang bertelur saat musim hujan, dengan pola hidup unik dan makanan beragam.
Pernah dengar suara kicau jalak bali langsung di alam liar? Jalak bali (Leucopsar rothschildi) memiliki bulu yang eksotis. Ia menjadi satwa endemik Indonesia dari Provinsi Bali yang hampir punah.
Burung kicau ini memiliki dominasi warna putih dengan sedikit corak hitam pada ekor dan sayap, serta memiliki ‘kacamata’ berwarna biru. Ia lebih dikenal dengan curik bali atau curik putih dan menjadi maskot Provinsi Bali.
Tahukah kamu uang logam 200 rupiah yang pertama kali diterbitkan pada 2003? Burung endemik Bali ini dipilih menjadi gambar depan karena keunikannya. Sayangnya, itu tak membuat perlindungan terhadap burung endemik ini semakin diperketat.
Pada 1970, populasinya hanya 112 ekor di alam. Angka tersebut semakin berkurang akibat perburuan liar, perdagangan ilegal dan alih fungsi hutan. Puncaknya pada tahun 2002. Populasi jalak bali di Taman Nasional Bali Barat hanya 6 ekor saja.

Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), status curik bali adalah kritis atau critically endangered. Sementara itu, CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora) memasukkan spesies curik putih dalam Appendiks I. Artinya, terlarang untuk diperdagangkan. Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi memasukkan jalak bali sebagai satwa dilindungi nomor 665.
Berikut fakta unik tentang burung langka yang hidupnya hanya di hutan-hutan Bali Barat:
1. Habitat jalak bali yang terus tergerus

Curik bali pertama kali ditemukan pada 1910 oleh pakar satwa kebangsaan Inggris, Walter Rothschild dan mempublikasikannya melalui jurnal ilmiah. Burung dengan ukuran 25 cm ini hanya ditemui di kawasan Taman Nasional Bali Barat, tepatnya di Semenanjung Tanjung Gelap Pahlengkong dan Prapat Agung.
Habitatnya berada di kawasan hutan mangrove, hutan rawa, sabana dan hutan dataran rendah, dengan ketinggian 210-1,144 mdpl. Berdasarkan catatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bali, pada 1970 habitatnya mencapai 300.000 hektar, kini hanya tersisa 1.000 hektar saja (2020). Hal ini yang menjadi pertimbangan jumlahnya di alam liar.
Kini mereka terancam Proyek Strategis Nasional pembangunan bandara di Sumberklampok, Bali Utara. Sekitar 64 hektar hutan Taman Nasional Bali Barat yang menjadi habitat jalak bali akan beralih fungsi. Daya dukung habitat menjadi tantangan bagi TNBB yang dikelilingi pemukiman dan hutan produksi.
Baca juga: Ancaman Burung Jalak Bali Berubah Jadi Burung Besi
2. Populasi meningkat, meski belum pertanda baik

Dalam upaya keberlanjutannya sejak 1991 adanya larangan perdagangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (saat ini Kementerian Kehutanan) melakukan upaya penangkaran kepada para pihak dengan melakukan registrasi. Prinsip keberlanjutan ini diatur dengan 3 hal, legalitas, traceability dan sustainability.
Kewajiban penangkaran adalah wajib restocking di alam minimal 10%. Berkat upaya tersebut, angka populasinya pun meningkat. Sebaran populasi di Labuan Lalang sebanyak 210 ekor dalam 2 hektar, Tanjung Gelap 32 ekor, Cekik 95 ekor, Lampu Merah 12 ekor, Belimbing 45 ekor. Populasinya dari 1974-Juli 2020 sebanyak 355 ekor di alam. Data pelepasan sejak 2011-2019 sekitar 490 ekor.
Meski begitu, tantangannya adalah seberapa tinggi potensi peningkatan populasi di alam tanpa menurunkan keragaman genetik. Jatna Supriatna, peneliti zoologi dan biologi konservasi mengingatkan bahwa pentingnya keberagamanan genetik dibandingkan populasi yang meningkat.
Dia meminta manajemen penangkaran jangan mengawinkan indukan dan anak. Sistem traceability yang memastikan keragaman genetik spesies masih menjadi menantang bagi perguruan tinggi. Tak hanya di TN Bali Barat, pelepasliaran konservasi jalak bali juga dilakukan di Nusa Penida.
Baca juga: Konsevasi Jalak Bali di Nusa Penida
3. Keunikan telur jalak bali

Tidak seperti burung lainnya, telur jalak bali berwarna hijau kebiruan. Telur yang unik ini berbentuk oval dengan panjang sekitar 3 cm. Biasanya, curik bali bertelur pada musim penghujan.
Jumlah telurnya, kata peneliti tergantung pada kondisi ekosistemnya. Semakin baik ekosistemnya, semakin banyak pula jumlah yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan saat burung langka ini dilepasliarkan di pulau Nusa Penida dan Nusa Ceningan. Pertimbangannya dari berbagai aspek, ketersediaan pakan, persaingan dengan jenis burung lain dan sosial budaya masyarakat.
Jalak bali di dua pulau ini memiliki siklus bertelur 2-3 kali dalam setahun. Padahal di Bali Barat hanya satu kali dalam satu tahun. Pohon-pohon yang disenangi untuk dijadikan sarang adalah laban (Vitex puescens), kesambi (Schleichera oleosa), berasan (Cryptocarya sp), pidada (Sonneratia alba), talok (Grewia celtidifolia), dan pilang (Acacia leucophloea). Lubang-lubang yang ditempati untuk bersarang tingginya berkisar 2,5 – 7 meter dari tanah.
Baca juga: Burung endemik Bali terancam punah
4. Spesies yang eksotis

Burung endemik Bali ini memiliki bulu putih dan bagian kepala tumbuh ke atas menyerupai jambul. Paruhnya berwarna abu kehitaman dengan kuning kecoklatan pada bagian ujungnya. Ukuran tubuhnya hanya sekitar 21-24 cm dengan berat 107 gram.
Jalak bali bukan tipe yang bisa terbang jauh, hal itu yang menyebabkan rumahnya hanya di TN Bali Barat. Wilayah ‘rumah’nya hanya sekitar 5 hektar saja. Jarak terbangnya sekitar 56 meter. Dia memiliki karakter riang, suka berkicau dan ‘menari’ saat bermain air.
Tak hanya bentuk yang menawan, jalak bali juga dikenal dengan kicauannya yang merdu. Kicauannya juga khas karena berupa siul dengan jeda nada diikuti dengan suara lengkingan.
Baca juga: Populasi jalak bali di alam liar
5. Jalak bali romantis dan punya makanan favorit

Penelitian I Putu Gede Ardhana menyebutkan bahwa spesies endemik Indonesia ini suka terbang berombongan. Biasanya pada bulan November-April, mereka kawin dan mencari makan.
Jalak bali juga memiliki sifat alami yang romantis. Dia dikenal sebagai burung yang monogamis, atau berpasangan tunggal. Jika sudah mendapatkan pasangan, ia akan melakukan aktivitas apapun bersama pasangannya. Saat bertelur, biasanya induk jantan dan betina bergantian dalam menjaga sarang.
Semakin banyak pakan, burung langka ini semakin sering bertelur. Burung ini senang makan ragam buah dan serangga. Mulai dari ceri, juwed, bunut, hingga pepaya. Jika musim serangga ada, dia akan makan kroto (larva semut), lalat, ulat, rayap dan serangga-serangga kecil.
Jika burung seindah jalak bali harus bertarung demi hidupnya, apa kabar keanekaragaman hayati di Indonesia lainnya?
Populasi Burung Jalak Bali Meningkat, Tetapi Perlu Diteliti Keragaman Genetiknya
*Artikel ini ditulis oleh Theona Sere Ananda N., siswa SMA Citra Kasih Don Bosco Pondok Indah. Naskah awal telah dikembangkan lebih lanjut melalui proses pendalaman riset, penyuntingan substansial, dan penyesuaian struktur oleh mentor dari Mongabay Indonesia.