Satwa Unik Indonesia, Burung Penari Hingga Primata Punk

1 day ago 6
  • Indonesia menjadi rumah keanekaragaman hayati dunia. Bahkan indeks biodiversitas global kita menempati urutan kedua setelah Brazil.
  • Ikan wader buta, komodo bergigi besi hingga rambut punk yaki menunjukkan keragaman dan keunikan satwa di Indonesia. Tiap spesies punya keunikan adaptasi dan evolusi yang berbeda. 
  • Sayangnya keragaman tersebut kini mengalami ancaman kepunahan. Hilangnya habitat dan perburuan menjadi faktor utamanya. 

Secara global, Indonesia menjadi negara kedua dengan megabiodiversitas tertinggi. Ada sekitar 300.000 atau sekitar 17% satwa liar di dunia tersebar di Indonesia. Sayangnya, banyak satwa endemik yang kini terancam punah. Perburuan dan hilangnya habitat menjadi faktor utama punahnya satwa di Indonesia. 

Indonesia memiliki berbagai keunikan satwa endemik yang tidak ditemukan di belahan bumi lainnya. Tak hanya itu, sebagai negara yang memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga, Indonesia memiliki skor indeks biodiversitas global kedua setelah Brazil. Mulai dari harimau sumatera, gajah sumatera, jalak bali, komodo, burung cendrawasih hingga primata terkecil di dunia seperti tarsius ada di Indonesia.

Berdasarkan data Global Biodiversity Index, Indonesia berada di peringkat pertama jumlah mamalia terbanyak dunia (729 spesies), peringkat kedua jumlah spesies ikan dunia (4.813 spesies), peringkat keempat jumlah spesies burung dunia (1.723 spesies), dan peringkat keempat jumlah spesies reptil dunia (773 spesies).

Sayangnya, keragaman satwa di Indonesia terus mengalami ancaman kepunahan. Berdasarkan daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), ada 21 spesies dalam keadaan kritis dan 366 spesies dalam keadaan terancam. Hilangnya rumah mereka dan maraknya perburuan liar menjadi dua alasan tertinggi. 

Kepunahan satwa endemik ini tentu berdampak bagi ekosistem di Indonesia. Padahal, banyak satwa Indonesia yang memiliki keunikan tubuh hingga perilakunya. Berikut sejumlah hewan endemik dengan beragam cerita uniknya:

1. Bagai daredevil, ikan wader tak bermata

Inilah spesies baru ikan wader buta gua klapanunggal atau Barbodes klapanunggalensis. Foto: ZooKeys/M. Iqbal Willyanto

Bagai superhero Daredevil dari komik marvel, ada satu spesies ikan di Indonesia yang tak dapat melihat. Yakni, ikan wader buta (Barbodes klapanunggalensis). Spesies endemik yang ditemukan di kedalaman gelap karst Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini tak memiliki mata.

Ikan ini berevolusi di dalam gua. Sisa matanya kini ditandai cekungan orbital yang tertutup kulit dan tanpa tepi orbital. Sebagai pengganti mata, indra perasa mereka berkembang lebih baik dengan banyaknya bulu halus yang menjadi reseptor. 

Kehadirannya menjadi alarm apabila terjadi perubahan dalam ekosistem karst. Mereka merupakan bagian penyangga keseimbangan ekosistem gua. 

Meski habitat ikan endemik satu ini terancam keberadaan tambang. Jumlah populasinya yang sedikit bisa diasumsikan dalam daftar merah IUCN dan masuk kategori rentan atau terancam.

2. Komodo, naga lokal bergigi lapis besi

Komodo merupakan satwa liar dilindungi. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Siapa yang tak mengenal komodo? Kadal purba raksasa satu ini merupakan hewan endemik Indonesia yang terkenal mancanegara. Habitat komodo (Varanus komodoensis) berada di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur maupun Pulau Flores.

Berdasarkan penelitian King’s College London, ujung gigi mereka berlapis zat besi. Tak seperti reptil lainnya, sepanjang tepi pemotong menunjukan konsentrasi zat besi yang memberikannya warna jingga. Berkat itu, mereka dapat mengunyah mangsa dengan mudah berkat zat besi yang mempertahankan ketajaman gigi. 

Keunikan komodo tak hanya berhenti pada giginya tapi juga caranya berkembang biak. Yakni, dikenal dengan partenogenesis, pembuahan aseksual pada makhluk hidup. Artinya individu betina komodo tidak memerlukan pembuahan dari jantan. 

3. Tarian memikat cendrawasih botak

Cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), yang ditemukan di Raja Ampat. Foto: Tim Laman

Cendrawasih botak (Cicinnurus respublica), hewan endemik dari Raja Ampat ini  hanya dapat ditemukan di Pulau Waigeo dan Pulau Batanta. Ukurannya 16-19 cm dengan warna bulunya yang indah. Perburuan dan hilangnya habitat menjadi ancaman kehidupan mereka.

Burung endemik satu ini memiliki perilaku unik dalam melakukan perkawinan. Jantan akan berusaha mengambil lahan di hutan dan mempertahankannya untuk memikat betina. Lokasi itu akan menjadi tempat perkawinan, kemudian jantan akan menunjukan daya tarik sembari bertengger di batang dekat tanah.

Tak hanya itu, sang jantan juga akan menari vertikal di batang pohon dan menunjukan bulu hijau kebiruan di bagian dada dan ekor. Betina yang tertarik akan mendekati, memberikan punggungnya pada jantan dan melakukan perkawinan selama satu detik. 

4. Maleo senkawor si burung romantis

Maleo senkawor, burung endemik Sulawesi. Hanya ada di kawasan Wallacea. Foto: Burung Indonesia

Maleo senkawor (Macrocephalon maleo), burung endemik romantis yang akan selalu setia dengan pasangannya. Satwa satu ini dapat ditemui di hutan dan pesisir pantai Sulawesi. Bentuknya unik dan cantik seperti memiliki konde di kepalanya.

Maleo merupakan spesies burung yang selalu menghabiskan waktu bersama pasangannya. Bahkan ketika betina akan bertelur, sang jantan akan menemani dari hutan hingga tempat bertelur. Mereka akan menggali pasir bersama di pesisir pantai sebagai lokasi untuk bertelur. Setelah sang betina bertelur, pasangan Maleo akan meninggalkan tempat tersebut dan merelakan anaknya berjuang sendiri setelah menetas.

Kehidupan maleo sayangnya tidak terbebas dari ancaman. Habitatnya semakin berkurang, sebab perlahan berubah menjadi perkebunan dan pemukiman. Selain itu tidak sedikit manusia yang memburu telur mereka. Mereka juga memiliki ancaman alami dari predator seperti biawak. 

5. Monyet kedih pemantau predator

Kedih merupakan satwa yang sulit dilihat di hutan. Foto: Junaidi Hanafiah/ Mongabay Indonesia

Kedih (Presbytis thomasi), primata endemik yang hanya dapat ditemukan di Sumatera Utara, Provinsi Aceh, dan Provinsi Riau. Rambutnya unik, ia memiliki jambul seperti mohawk yang berwarna abu-abu dan hitam. Primata satu ini biasa hidup berkelompok yang terdiri dari 4-17 individu, dengan pimpinan seekor jantan dominan dan selebihnya betina beserta anak.

Dinamika kelompok kedih juga tak kalah menarik. Jantan dominan dalam kelompok biasanya akan mengusir para jantan muda. Para jantan muda yang terusir akan membuat kelompok mereka sendiri dan berlatih agar dapat mengalahkan jantan dominan. Jika jantan dominan tersebut kalah, maka ia akan meninggalkan kelompok beserta anak jantannya untuk membentuk kelompok jantan baru. 

Kedih memiliki beberapa ancaman dalam kehidupan kelompoknya. Jantan dominan biasa tidur di tempat paling atas untuk memantau ancaman dari predator atau jantan dewasa saingannya. Selain itu, tak jarang kedih diburu oleh manusia karena dianggap sebagai hama atau untuk dijadikan peliharaan. 

6. Rambut punk dan pantat menyerupai hati ala Yaki 

Macaca nigra atau monyet hitam sulawesi merupakan satwa endemik Sulawesi. Foto: Rhett Butler

Yaki (Macaca nigra) punya rambut jambul seperti model punk dan berwarna hitam. Primata endemik Sulawesi Utara ini statusnya sudah kritis. Keunikan lainnya, pantat yaki  berbentuk seperti hati dan berwarna pink. Ini yan membedakannya dengan monyet macaca lainnya. 

Perusakan habitat untuk perkebunan, perburuan untuk dikonsumsi hingga diperdagangkan sebagai peliharaan atau untuk atraksi menjadi ancaman yang dihadapi yaki. Untungnya, masih banyak lembaga yang bekerja untuk menyelamatkan kera punk satu ini, salah satunya sebuah program bernama Selamatkan Yaki. 

7. Tikus babi dan babi rusa

Babirusa yang merupakan satwa endemik Sulawesi. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Tikus babi dan babirusa, keduanya merupakan nama dari satwa endemik yang dimiliki oleh Indonesia. Memang terdengar aneh, keduanya memiliki nama yang terdiri dari dua nama hewan. Namun, bila melihat langsung tubuh kedua satwa tersebut maka akan langsung paham kenapa mereka memiliki nama tersebut.

Tikus babi (Echymipera kalubu) memperoleh namanya sebab bentuknya seperti tikus yang memiliki moncong panjang dan berkaki pendek, menyerupai babi. Mamalia kecil dari Papua ini bertubuh unik karena memiliki kantung seperti kangguru. Kantung itu menjadi tempat anak-anaknya tumbuh dan minum susu dari puting induknya. Walaupun tikus babi menjadi sasaran perburuan manusia, populasinya tidak mengalami ancaman kepunahan.

Berbeda dengan tikus babi, babirusa (Babyrousa babyrussa) dapat ditemukan di Sulawesi dan Pulau Buru, Maluku. Satwa ini disebut babi karena termasuk famili Suidae, dan mendapat nama “rusa” karena taringnya menyerupai tanduk rusa. Babirusa jantan biasa memiliki taring besar menembus kulit moncong yang panjangnya dapat mencapai 300 mm. Habitat mereka berada di hutan hujan dataran rendah, terutama wilayah yang memiliki aliran sungai, rawa, dan cerukan-cerukan air. 

Wajah Sedih Kedih di Habitat yang Tidak Lagi Bersahabat

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|