- Kanzi adalah bonobo jenius yang secara alami belajar memahami ratusan simbol dan ribuan kata dalam Bahasa Inggris, serta mampu berkomunikasi dengan manusia melalui lexigram.
- Ia juga mampu membuat alat dari batu dan memainkan gim seperti Minecraft dan Pac-Man, menjadikannya simbol penghubung antara dunia manusia dan primata.
- Kematian Kanzi menandai akhir dari era studi bahasa pada primata, sekaligus membuka diskusi etika dan pemahaman baru tentang kecerdasan hewan non-manusia.
Pada 18 Maret 2025, dunia ilmu pengetahuan kehilangan salah satu primata paling berpengaruh dalam sejarah studi evolusi dan kognisi: Kanzi, seekor bonobo (Pan paniscus) jantan yang dikenal karena kecerdasannya yang luar biasa. Ia bukan hanya mampu berkomunikasi menggunakan simbol dan memahami ribuan kata dalam bahasa Inggris, tetapi juga mampu membuat peralatan dari batu dan bahkan memainkan gim seperti Pac-Man dan Minecraft. Kanzi meninggal secara mendadak di usia 44 tahun di fasilitas Ape Initiative, Des Moines, Iowa, tempat ia tinggal sejak tahun 2004 bersama kelompok bonobo lainnya. Meski tengah dalam pengobatan untuk penyakit jantung, pada hari kematiannya Kanzi justru tampak aktif seperti biasa: ia bermain, mencari makan, dan menikmati sesi grooming sebelum tiba-tiba tidak responsif.
Belajar Bahasa seperti Bayi Manusia, Bukan karena Dilatih
Kanzi bukanlah primata pertama yang belajar berkomunikasi dengan manusia—tetapi ia yang paling unik. Ia tidak diajari secara langsung oleh para peneliti, melainkan menyerap bahasa seperti seorang bayi manusia. Ketika masih kecil, Kanzi sering mendampingi induk angkatnya, Matata, yang sedang dilatih menggunakan lexigram—papan simbol visual abstrak yang mewakili kata atau konsep. Matata tidak pernah benar-benar menguasainya, tetapi Kanzi justru menyerap semuanya secara pasif. Ketika para peneliti akhirnya mencoba berkomunikasi dengannya, mereka terkejut: Kanzi tidak hanya memahami makna simbol-simbol itu, tetapi juga mampu menggunakannya secara aktif dan kreatif.

Sepanjang hidupnya, Kanzi menguasai lebih dari 300 simbol dan mengenali ribuan kata dalam Bahasa Inggris lisan. Ia juga mampu menyusun simbol untuk menciptakan makna baru. Misalnya, saat ia ketakutan karena melihat seekor berang-berang, ia menyusun dua simbol: “air” dan “gorila” untuk mengekspresikan perasaan takutnya. Ini bukan sekadar pemahaman bahasa, tetapi bentuk nyata dari kemampuan berpikir abstrak dan simbolik.
Barbara J. King, antropolog biologi, mengenang bagaimana Kanzi pernah melihat benda kecil di sakunya, lalu menunjuk simbol “telur” dan “pertanyaan.” Mungkin tebakan Kanzi salah—benda itu ternyata bola, bukan telur—tetapi upaya komunikasinya menunjukkan sebuah bentuk niat bertanya yang sangat manusiawi.
Baca juga: Kera Besar Ternyata Bisa Mengingat Teman dan Keluarganya yang Puluhan Tahun Tak Jumpa
Membuat Alat, Main Game, dan Mengejutkan Dunia Sains
Kemampuan Kanzi tidak berhenti di bahasa. Pada awal 1990-an, dua arkeolog dari Indiana University, Nicholas Toth dan Kathy Schick, melatih Kanzi dan saudara perempuannya, Panbanisha, untuk membuat alat dari batu—suatu keterampilan khas manusia purba. Kanzi diajari cara menghantamkan batu inti dengan hammerstone untuk menghasilkan serpihan tajam. Tapi yang mengejutkan, ia kemudian mengembangkan tekniknya sendiri: melempar batu ke lantai keras agar serpihannya lebih besar dan bisa digunakan untuk memotong tali. Setelah itu, ia menyadari bahwa kekuatan benturan memengaruhi ukuran serpihan, dan mulai menerapkan pelajaran itu kembali pada teknik hammerstone-core.
Meskipun hasil serpihannya tidak sebaik buatan manusia purba dua juta tahun lalu, para peneliti menilai eksperimen ini sebagai bukti penting bahwa bonobo seperti Kanzi mampu memahami prinsip sebab-akibat, mengadaptasi teknik, dan bahkan melakukan inovasi. Seperti ditulis Toth, keterbatasan Kanzi lebih disebabkan oleh faktor biomekanik dan bukan semata-mata karena kognitif.
Tidak kalah menarik, Kanzi juga dikenal luas di internet karena kemampuannya bermain gim. Dalam berbagai video YouTube dan dokumenter, ia terlihat memainkan gim populer seperti Pac-Man dan Minecraft. Yang luar biasa, ia bukan hanya menekan tombol secara acak, tetapi benar-benar memilih permainan melalui simbol dan menikmati tantangan visual serta spasialnya. Kanzi memiliki preferensi dan tujuan—karakteristik yang menunjukkan bahwa aktivitas bermain baginya adalah bentuk eksplorasi mental, bukan sekadar hiburan.
Baca juga: Kera dan Manusia Berbagi Bahasa yang Sama
Akhir Sebuah Era
Kematian Kanzi tidak hanya mengakhiri perjalanan hidup satu individu, tetapi juga menandai berakhirnya sebuah era dalam studi bahasa primata. Menurut Heidi Lyn, psikolog komparatif dari University of South Alabama yang telah bekerja dengan Kanzi selama tiga dekade, “Yang hilang bukan hanya Kanzi, tapi juga seluruh pendekatan penelitian itu sendiri.”

Dalam beberapa dekade terakhir, studi bahasa primata mulai ditinggalkan karena pertimbangan etika. Apa yang terjadi ketika pendanaan habis? Ketika eksperimen selesai, atau ketika primata kehilangan teman sosialnya? Setelah kasus kontroversial seperti Nim Chimpsky yang berakhir di laboratorium biomedis dan Panbanisha yang meninggal dalam fasilitas bermasalah, banyak peneliti mulai meragukan apakah eksperimen semacam itu masih layak dilakukan. Kini, pendekatan baru yang lebih etologis sedang berkembang: para ilmuwan memilih untuk mengamati primata liar dan menyusun kamus vokalisasi bonobo di habitat aslinya.
Meski demikian, warisan Kanzi tetap hidup. Ia telah menunjukkan kepada dunia bahwa perbedaan antara manusia dan hewan tidak setebal yang kita kira. Rhett Ayers Butler, pendiri Mongabay, menulis, “Tidak ada tipuan, tidak ada antropomorfisme. Kanzi jenius. Itu saja” Pernyataan ini merangkum segalanya: Kanzi bukan cermin manusia, tetapi representasi sejati dari kompleksitas pikiran spesies lain.
Referensi:
King, B. J. (2025, May 19). A ‘talking’ ape’s death signals the end of an era. Science News. https://www.sciencenews.org/article/kanzi-bonobo-death-language-cognition
McCartney, M. (2025, March 27). Famous bonobo Kanzi, known for smarts & gaming, dies at age 44. Newsweek. https://www.newsweek.com
Wong, K., & Bryner, J. (Eds.). (2025, March 27). What we learned about ape and human cognition from Kanzi the bonobo, who died this week. Scientific American. https://www.scientificamerican.com
Butler, R. A. (2025, April 4). Kanzi the bonobo redefined what it means to be human. Mongabay. https://news.mongabay.com