- Roma Usandi Tarigan (31) merupakan keeper orangutan sumatera di Orangutan Haven. Pulau buatan ini merupakan rumahnya orangutan yang tidak bisa kembali lagi ke alam liar dikarenakan masalah fisik dan psikis.
- Roma bukan hanya bertindak sebagai penjaga, dia juga pengasuh, sahabat, bahkan dalam beberapa hal bertindak sebagai keluarga orangutan sumatera di Orangutan Haven.
- Roma bukan lulusan biologi atau kehutanan, dia hanya menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampung halamannya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
- Orangutan Haven ingin memberikan kesempatan kepada orangutan yang sudah tidak bisa dikembalikan ke hutan, untuk tetap merasakan hidup seperti di alam liar.
Roma Usandi Tarigan (31) terlihat sibuk. Setiap hari, sejak pukul 07.00 WIB, dia mempersiapkan berbagai jenis buah dan sayur. Dia tidak sendiri, empat rekannya juga melakukan hal yang sama.
Sejak 2022, Roma bekerja sebagai keeper orangutan sumatera yang berada di Orangutan Haven. Pulau buatan ini merupakan rumahnya orangutan yang tidak bisa kembali lagi ke alam liar dikarenakan masalah fisik dan psikis.
Selasa pagi, 15 April 2025, sembari menyusuri jalan setapak, Roma menjinjing keranjang berisi buah dan sayur. Semuanya untuk pakan orangutan. Ada terong, kacang panjang, bunga kol, timun, semangka, dan buah lainnya.
Baca: Orangutan Haven, Pulau Buatan untuk Orangutan yang Tidak Bisa Dilepasliarkan

Kali ini, Roma bertugas menjaga orangutan sumatera jantan dewasa yang mengalami kebutaan permanen karena peluru senapan angin. Namanya, Leuser.
Roma bukan hanya bertindak sebagai penjaga, dia juga pengasuh, sahabat, bahkan dalam beberapa hal bertindak sebagai keluarga orangutan di Orangutan Haven.
Roma bukan lulusan biologi atau kehutanan, dia hanya menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di kampung halamannya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Lahir dari keluarga petani, bekerja di dunia primata bukanlah sesuatu yang pernah dibayangkan sebelumnya.
“Jangankan bermimpi, melihat orangutan saja saya tidak pernah,” jelasnya, sambil membersihkan kandang orangutan.
Baca: Jembatan di Pulau Orangutan Haven ini Menggunakan Konstruksi Bambu, Mengapa?

Semua berubah sejak 2017. Saat itu Sumatran Orangutan Conservation Programme (SOCP), sebuah program penyelamatan orangutan sumatera hasil kerja sama Yayasan Ekosistem Lestari (YEL), PanEco, Frankfurt Zoological Society (FZS), dan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, ingin membangun Orangutan Haven, di sekitar tempat tinggal Roma.
Orangutan Haven yang berada di kawasan seluas 50 hektar pun dibangun, dengan sembilan pulau buatan. Bangunan yang dibuat berbahan dasar bambu.
Sejumlah warga lokal dilibatkan untuk mengangkut material ke lokasi Orangutan Haven. Roma terlibat dalam kegiatan ini.
“Awalnya, saya diajak mengangkut material. Kami menyebutnya orang langsir,” terang lelaki kelahiran 1994 ini. Dia bekerja sebagai pelangsir material sejak 2017 hingga 2022.
“Setelah pulau buatan dan beberapa bangunan selesai dibangun, Orangutan Haven membutuhkan keeper untuk menjaga dan merawat orangutan. Saya melamar dan diterima,” ungkapnya.
Baca: Begini Kondisi Orangutan Sumatera yang Dilepasliarkan di Hutan Leuser

Awalnya takut orangutan
Awalnya, Roma takut berdekatan dengan orangutan. Ini dikarenakan, ukurannya tubuhnya besar, suaranya keras, tenaganya kuat, dan gerakannya cepat.
“Seiring waktu, ketakutan itu hilang. Saya mulai belajar membaca bahasa tubuh orangutan. Mereka juga belajar percaya pada saya.”
Perlahan, Roma jatuh cinta dan menjaga serta merawat orangutan sepenuh hati. Baginya, orangutan bukan sekadar satwa liar, tapi bagian dari hidupnya.
“Mereka punya perasaan, memori, dan cara sendiri untuk menunjukkan cinta atau kekecewaan. Leuser, misalnya, yang pura-pura cuek tapi sebenarnya memperhatikan.”
Baca: Orangutan Sumatera Dilepasliarkan di SM Siranggas, Bagaimana Habitatnya?

Sebagai keeper, tugas Roma tak hanya memberi makan orangutan. Dia juga mengatur pola makan, serta memastikan kesehatan fisik maupun mental orangutan yang dijaganya. Keeper juga membantu dokter hewan saat memeriksa orangutan, serta mencatat perilaku dan memberi mereka perhatian.
“Bagi saya, keeper itu bukan hanya pekerjaan, tapi menjaga orangutan yang terluka agar tetap hidup lama. Bagi saya, ketika melihat mereka aktif dan sehat, itu sangat membahagiakan.”
Semua orangutan yang ditampung di Orangutan Haven adalah korban perdagangan satwa liar atau akibat konflik dengan manusia. Orangutan Haven menjadi tempat akhir bagi orangutan terluka.
“Saya seperti merasakan bagaimana penderitaan yang mereka rasakan, hidup mereka terlalu menyedihkan,” ungkap Roma.
Roma juga belum melupakan, saat pertama kali Leuser dibawa ke Orangutan Haven. Ia setres, tidak mau makan dan duduk diam berjam. Butuh waktu beberapa minggu bagi Leuser membuka diri dan dekat dengan keeper.
“Saya sangat ingin melihat orangutan langsung di hutan yang menjadi habitat alaminya,” tutup Roma.

Merawat orangutan
Asril Abdullah, Manager Operasional Orangutan Haven, mengungkapkan Roma terlibat sejak awal pembangunan Orangutan Haven.
“Saat itu, dia bertugas melangsir barang untuk kebutuhan pembangunan. Namun, semangatnya luar biasa.”
Dia bekerja sebagai keeper, padahal belum pernah melihat langsung orangutan.
“Selain rajin, dia cepat belajar dan ramah. Orangutan di sini diperlakukan layaknya teman, bahkan saudaranya,” ungkap Asril.

Ricko Layno Jaya, Manager Konservasi Orangutan Haven, mengatakan sebelum bertugas di Orangutan Haven, Roma mengikuti pelatihan bagaimana memperlakukan orangutan.
“Ini sangat penting, karena orangutan akan tinggal selamanya di Orangutan Haven. Membangun komunikasi dengan orangutan di sini sangat penting, sehingga orangutan terbiasa dengan manusia,” jelasnya, Selasa (20/5/2025).
Roma memperlakukan orangutan cukup baik, menjadikannya sahabat.
“Ini sangat penting dipahami oleh keeper,” tandasnya.