Cara Simpanse Mengembangkan Bahasa Ternyata Mirip Manusia

7 hours ago 2
  • Simpanse liar mampu mengembangkan kemampuan sistem komunikasi yang lebih kompleks dari diduga sebelumnya. Mereka bisa menggabungkan teriakan, geraman, dan panggilan untuk menciptakan makna baru.
  • Kemampuan ini mirip yang dilakukan manusia, yang menggunakan idiom dan mengubah susunan kata untuk membangun frasa baru. Seperti diketahui, manusia mampu menghasilkan makna tak terbatas hasil kombinasi berbahasa. Sedangkan primata, menurut para ahli, hanya mampu menggunakan maksimal satu mekanisme penggabungan.
  • Contoh sistem komunikasi sederhana adalah panggilan tunggal dengan makna baku, misalnya peringatan datangnya bahaya. Sedangkan sistem terbuka seperti yang dipakai manusia, memungkinkan pembentukan kalimat dan makna baru tak terbatas. Bisa melalui kombinasi kata, tata bahasa, dan sintaksis.
  • Orangutan bernama Rocky mampu menirukan suara manusia. Sedikitnya, dia bisa menirukan 500 suara. Hebatnya lagi, Rocky mampu menirukan tinggi rendah suara sesuai permintaan peneliti. Ini membuka wawasan bahwa orangutan mampu mengendalikan suaranya dan dapat menghasilkan suara baru.

Simpanse liar mampu mengembangkan kemampuan sistem komunikasi lebih kompleks dari yang diduga sebelumnya. Mereka bisa menggabungkan teriakan, geraman, dan panggilan untuk menciptakan makna baru.

Kemampuan ini mirip yang dilakukan manusia, yang menggunakan idiom dan mengubah susunan kata untuk membangun frasa baru. Seperti diketahui, manusia mampu menghasilkan makna tak terbatas hasil kombinasi berbahasa. Sedangkan primata, menurut para ahli, hanya mampu menggunakan maksimal satu mekanisme penggabungan.

“Kami menguji apakah simpanse menggunakan beberapa mekanisme perluasan makna. Kami merekam 4.323 ucapan pada 53 simpanse liar,” tulis Cedrik Girard Buttoz, penulis utama laporan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science, Mei 2025.

Para peneliti membandingkan peristiwa saat simpanse mengeluarkan kombinasi vokal dua panggilan (bigram) dengan peristiwa saat memunculkan panggilan komponen (panggilan vokal satu individu).

Simpanse bisa meramu aneka bigram dan panggilan komponen untuk maksud berbeda. Dengan cara ini, memungkinkan dihasilkan makna jauh lebih banyak.

“Sistem seperti itu pada primata belum pernah didokumentasikan dan mungkin bersifat transisi antara sistem sederhana dan sistem terbuka pada manusia,” tulis Buttoz, peneliti bioakustik pada Centre de Recherche en Neurosciences de Lyon, University of Saint-Etienne, Saint-Etienne, France.

Contoh sistem komunikasi sederhana adalah panggilan tunggal dengan makna baku, misalnya peringatan datangnya bahaya. Sedangkan sistem terbuka seperti yang dipakai manusia, memungkinkan pembentukan kalimat dan makna baru tak terbatas. Bisa melalui kombinasi kata, tata bahasa, dan sintaksis.

Pola komunikasi simpanse mungkin berada di antaranya, yang merupakan tahap peralihan dalam evolusi.

Baca: Perilaku Unik Simpanse: Pesta Buah Beralkohol di Hutan Afrika

Simpanse yang memiliki cara mengembangkan bahasa mirip manusia. Foto: Rhett A. Butler/Mongabay

Simpanse berbahasa

Penelitian yang dilakukan dari 2019 hingga 2020 itu berusaha mencatat aktivitas dan merekam suara sejumlah simpanse liar. Para peneliti mengikuti 53 simpanse dari fajar hingga senja hari atau selama 12 jam. Mereka adalah simpanse dewasa yang berusia di atas 10 tahun dari tiga kelompok di sebuah taman nasional di Pantai Gading, Afrika Barat.

Dari sana peneliti mengidentifikasi 22 peristiwa berbeda, terkait vokalisasi simpanse. Selanjutnya, peneliti melakukan analisis statistik terhadap dua kombinasi panggilan tertentu yang dihasilkan (bigram). Linguistik bigram merujuk pada pasangan dua kata atau huruf yang muncul berurutan, membentuk arti tertentu.

Simpanse tidak menggabungkan bunyi dengan cara tunggal dan tetap. Namun, beragam dan bisa menghasilkan arti baru. Mereka memiliki empat metode berbeda, dan ini baru pertama kali diketahui yang dilakukan selain manusia, mengutip Sciencenews.

Pertama, kombinasi untuk menghasilkan makna baru. Kedua, kombinasi memodifikasi makna. Ketiga, kombinasi komposisi mempertahankan makna. Keempat, mekanisme urutan yang mengubah makna.

Salah satu contoh, bunyi “huu” yang diikuti mengeram terkait aktivitas makan atau istirahat. Sementara, mengeram lalu mengeluarkan bunyi “huu” sebagian besar dibuat selama perjalanan atau berkumpul.

Para peneliti menemukan bahwa penggabungkan panggilan ini terdapat dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari mereka. Kombinasi tersebut juga mengekspresikan beragam makna.

“Temuan ini menunjukkan bahwa simpanse dapat melampuai alfabet yang terbatas untuk mengkomunikasikan pesan lebih kaya dan lebih rinci,” tulis Sciencenews.

Baca juga: Suara Simpanse dan Manusia Sama dalam Perkara Ini

Simpanse bernama Bahati and anaknya Baroza di Taman Nasional Gombe, Tanzania. Foto: Jane Goodall Institute/Anna Mosser

Komunikasi orangutan         

Mengetahui kemampuan kera besar dalam berkomunikasi memberi wawasan kepada kita bagaimana manusia berevolusi, terutama dalam berkomunikasi dan berbahasa.

Temuan menarik lain pernah diperlihatkan orangutan yang tinggal di kebun binatang Indianapolis, Amerika, beberapa waktu sebelumnya.

Orangutan bernama Rocky mampu menirukan suara manusia. Sedikitnya, dia bisa menirukan 500 suara. Hebatnya lagi, Rocky mampu menirukan tinggi rendah suara sesuai permintaan peneliti. Ini membuka wawasan bahwa orangutan mampu mengendalikan suaranya dan dapat menghasilkan suara baru.

Sebelumnya, kemampuan ini tidak diketahui. Bahkan mengajari simpanse dan bonobo berbicara selalu gagal. Namun, keberhasilan Rocky mengontrol nada dan tinggi suara memperlihatkan bahwa mereka memiliki perangkat fisik dasar untuk berbicara, mengutip BBC.

“Pandangan tradisional adalah mungkin hanya kita satu-satunya kera yang mengembangkan bahasa lisan, karena kita memiliki kendali motorik yang diperlukan. Tampaknya tidak benar, kita perlu memikirkan faktor baru untuk menjelaskan apa yang mendorong sistem vokal pada garis keturunan kita begitu cepat hingga menghasilkan bahasa lisan,” kata Adriano R. Lameira,  dikutip dari BBC.

Peneliti dari Kelompok Riset Antropologi Evolusioner, Universitas Durham, Inggris, ini menambahkan, orangutan yang tinggal di penangkaran bahkan bisa menghasilkan beragam suara. Mulai bersiul hingga mengoceh.

Baca juga: Apakah Orangutan Bermimpi Seperti Manusia?

Orangutan sumatera ini hidup di Stasiun Riset Ketambe, Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Penelitian yang dipimpin Lameira dan dipublikasikan di jurnal Scientific Reports itu membuka wawasan penting baru. Kemampuan mengontrol pita suara tidak ekslusif berlangsung pada garis keturunan manusia setelah berpisah dengan kerabatnya, namun terjadi jauh sebelum itu. Rocky adalah bukti bahwa primata nonmanusia mampu mengendalikan suaranya.

Jika orangutan bisa menirukan bahasa manusia, apakah mereka bisa belajar berbicara seperti manusia?

Menurut Lameira, orangutan memiliki kapasitas dasar untuk itu. Namun, ilmuwan belum mengetahui apa yang memotivasi mereka bersuara. Jika manusia bisa menghubungkan suara dengan pikiran, tampaknya primata tidak melakukan hal yang sama. Mereka memilih lebih baik menggunakan tangan dan tubuh untuk berkomunikasi, mengutip BBC.

Orangutan adalah satu-satunya anggota kelompok kera besar di Asia. Indonesia, Malaysia, dan Brunei adalah tiga negara yang berbagi rumah untuk satwa luar biasa ini. Ada tiga spesies orangutan yang dikenal yaitu orangutan sumatera, orangutan kalimantan, dan orangutan tapanuli. Kelestariannya tergantung kepedulian kita semua.

Kera Besar dan Kera Kecil, Apa Bedanya?

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|