Mengenal ‘Warige’, Ilmu Astronomi Masyarakat Adat Sasak

2 days ago 16
  • Masyarakat Adat Sasak, konsisten menerapkan warige, sebuah acuan dalam melihat pertanda dan perilaku tertentu dengan berpatokan pada gejala bintang, tanaman dan hewan. Dengan membaca tanda-tanda itu, pembaca warige dapat memprediksi kondisi cuaca, perubahan musim.
  • Hasil pembacaan warige jadi panduan masyarakat untuk bercocok tanam, juga aktivitas  lain, termasuk, menentukan waktu pelaksanaan nunas nede (ritual sambut musim tanam), bau nyale (ritual menyambut kemunculan cacing laut di pesisir selatan Lombok), hingga menentukan hari pernikahan. 
  • Angga Putradi, mahasiswa ilmu komputer menyebut, warige pengetahuan tradisional mengenai ilmu astronomi secara tradisional. Agar mudah dipahami dan dipraktikkan, ia pun mengadopsi pengetahuan warige dalam  platform digital. Menurutnya, pengetahuan modern tentang astronomi, cuaca, flora dan fauna hari ini sebenarnya berangkat dari pengetahuan masa lalu dengan  bahasa dan mediumnya berbeda.
  • Yuga Anggana, dosen seni UIN Mataram mengatakan, berbagai kearifan lokal masyarakat masih bertahan karena ada penutur, ada komunitas yang melaksanakan, dan ada situs tempat ritual itu berlangsung. Termasuk warige yang tetap dipakai komunitas Adat Sasak hingga kini.

Amaq Mar mencoba menghitung mengggunakan jemarinya. “Kalau sudah waktunya nanti akan dilaksanakan, Desember nanti,” katanya  saat Mongabay menanyakan waktu ritual nunas nede.

Bagi masyarakat Suku Sasak di Lombok, ritual ini menjadi agenda tahunan sebagai ungkapan rasa syukur atas panen. Sekaligus, doa menjelang musim tanam berikutnya. 

Kendati menjadi agenda tiap tahun, namun waktu pelaksanaan senantiasa berubah-ubah. Sekali waktu awal Desember, pertengahan, lalu menjelang akhir Desember.

Amaq, sesepuh Suku Sasak, menyebut, tidak ada tanggal pasti kapan gelar nunas nede. Sebab, ia harus berhitung dulu dengan metode warige (sistem astronomi masyarakat Lombok) untuk mencari ‘hari baik’. 

Sebagai  sistem astronomi, warige berdasarkan pada perhitungan bintang, bulan, termasuk membaca tanda alam. Karena cukup rumit, tidak semua orang tahu dan memahami sistem ini bekerja, jauh berbeda dengan penanggalan masehi. 

Masyarakat adat Suku Sasak, Lombok. Foto: Fathul Rahman/Mongabay Indonesia.

Warige secara umum  sebagai acuan dalam melihat pertanda dan perilaku tertentu dengan berpatokan pada gejala bintang, tanaman dan hewan. Dengan membaca tanda-tanda  itu, pembaca warige dapat memprediksi kondisi cuaca, perubahan musim.

Hasil pembacaan itu kemudian mereka pakai sebagai panduan masyarakat. Tidak hanya dalam bercocok tanam, juga aktivitas lain, termasuk, menentukan kapal pelaksanaan nunas nede

“Kalau bahasa kita di sini, kalau Amaq Mar keluarkan padinya untuk dijemur, kemungkinan hari itu akan panas, walaupun musim hujan. Pengetahuan seperti ini mirip seperti BMKG membaca cuaca,’’ kata Ahmad Hadi Ramdani, Ketua Karang Taruna Desa Kesik.

Warige tidak hanya Masyarakat Suku Sasak pakai untuk ritual nunas nede. Bau nyale, ritual menyambut kemunculan cacing laut di pesisir selatan Lombok juga mendasarkan pada perhitungan ini. 

Bagi masyarakat Sasak, kemunculan cacing laut adalah berkah.  Kemunculan cacing laut yang menurut legenda sebagai jelmaan Putri Mandalika ini biasa menjadi ajang rebutan jadi makanan. 

Menyadari daya tarik tradisi ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Tengah pun menjadikan sebagai salah satu agenda wisata tahunan. Karena penentuan tanggal tidak berdasarkan pada perhitungan warige, seringkali cacing laut justru tidak muncul di hari event pariwisata itu. 

Pada pelaksanaan bau nyale tahun ini, misal. Pemkab Lombok tengah mengagendakan wisata itu pada 18-19 Februari, tanpa mempertimbangkan perhitungan warige. Akhirnya, cacing laut pun tak muncul. Tak pelak, Pemkab pun menjadi sasaran kritik karena cacing laut baru muncul beberapa hari kemudian, yang menurut mereka sesuai  perhitungan warige

Papan Warige, alat hitung tradisional dalam pengkalenderan masyarakat Adat Sasak, Lombok. Foto: Nelda/Mongabay Indonesia.

Versi digital

Warige adalah produk budaya yang sarat makna. Bagi Masyarakat Sasak di Lombok, warige tidak hanya metode perhitungan astronomi tradisional,  juga identitas. Sayangnya, masyarakat minim yang memahami metode ini ancam kelestarian tradisi itu. 

Angga Putradi, mahasiswa semester akhir jurusan ilmu komputer  berusaha mentransformasikan warige dalam  platform digital. Semua berawal ketika dia  menyaksikan penggunaan warige saat ritual ada di Bayan,  Lombok Utara.  

Selama berinteraksi dengan mereka, Angga banyak mendengar, mencatat, dan mendokumentasikan bagaimana penerapan warige. Ada papan-papan persegi panjang dengan sejumlah titik di bidangnya yang berfungsi sebagai ‘tanda baca’. 

Dengan titik-titik itu, pembaca warige kemudian menentukan musim tanam, masa panen, pelaksanaan hari perkawinan, hingga memprediksi hujan dan angin. Menyadari warige sebagai  warisan yang harus dilestarikan, Angga mencoba untuk mentransformasikan warige ke dalam versi digitial

“Di informatika,  saya belajar fundamental. Nilai berupa huruf dan angka. Variabel, hubungan huruf dan angka. Saya ingin memindahkan pengetahuan kalender tradisional itu menjadi kalender digital,”katanya. 

Angga mencatat penyebutan bulan-bulan sesuai nama yang masyarakat adat berikan beserta makna tiap bulan. Ritual yang boleh  dan tidak   pada bulan  itu. Dia  juga cek berbagai tanda-tanda bintang yang mereka sebutkan dalam warige dan membandingkan dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Selama berbulan-bulan melakukan uji coba, upaya Angga  mengadopsi warige ke dalam versi digital membuahkan hasil. “Karena sebenarnya, pengetahuan modern tentang astronomi, cuaca, flora dan fauna hari ini sebenarnya berangkat dari pengetahuan masa lalu leluhur kita. Hanya bahasa dan mediumnya berbeda.’’

Angga mencontohkan,  kecelakaan di laut yang  nelayan alami, bagi masyarakat adat, nelayan itu melaut pada waktu yang tidak baik berdasarkan perhitungan warige. Dia lantas mencocokkan  dengan warige versi digital, hasilnya sama. Untuk meyakinkan, Angga mencari informasi terkini dari BMKG. Hasilnya, cuaca saat  nelayan itu alami kecelakaan sedang tidak bersahabat. 

Warige bisa gabung dengan artificial intelligence (AI). Mirip kerjanya. Seperti AI mengolah pesan, mengolah data. Ada kesamaan nilai di alam semesta. Perilaku hewan, misal, tengkerek bunyi itu musim kemarau. Nah, kalau informasi ini kita masukkan ke dalam otak AI, kemudian kita menanyakan tentang kapan musim tanam yang tepat, AI akan memberikan beberapa jawaban. Begitu juga warige,’’ kata Angga.

Angga menunjukkan perhitungan Warige versi digital buatannya. Foto: Fathul Rahman/Mongabay Indonesia.

Kearifan Lokal

Warige versi digital ini bukan semata memindahkan warige versi papan kayu ke dalam dunia internet. Bersama para pemuda adat, kegiatan ini menjadi  proses belajar bersama. 

Dalam mengumpulkan data, Angga banyak melibatkan pemuda adat, sekaligus sebagai bagian penyadaran bahwa pengetahuan yang  orang tua mereka miliki, adalah warisan penting yang kaya  nilai.

Nelda Hania,  pemuda adat mengatakan, di beberapa kasus, pengetahuan lokal kerap menjadi penyelamat saat pengetahun modern tak mampu menjawab persoalan.

“Di tempat kering, tadah hujan sekalipun masyarakat tidak kekurangan. Mereka menanam tanaman pangan yang sesuai kondisi. Ini adalah bentuk kearifan lokal yang sekarang jadi perbincangan global di tengah ancaman kekurangan pangan akibat perubahan iklim,’’ kata Nelda.

Dia ikut mendata berbagai tanaman yang disebutkan sebagai penanda musim yang  para tokoh adat ingat. Dia ikut membantu Angga, mengumpulkan ingatan leluhur. 

Yuga Anggana, dosen seni UIN Mataram mengatakan, berbagai kearifan lokal masyarakat masih bertahan karena ada penutur, ada komunitas yang melaksanakan, dan ada situs tempat ritual itu berlangsung. Dia  contohkan, riset tentang Kebanggruan, sebuah tari mistis dengan penari seperti kesurupan. Hasil penelusurannya, tarian ini berkaitan dengan mata air di desa tempatnya penelitian. 

*****

Warisan Leluhur Selamatkan Warga Adat di Lombok Ini dari Gempa

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|