Macan Dahan dan Satwa Prioritas Konservasi Indonesia

1 day ago 8
  • Lanskap hutan di Pulau Sumatera merupakan rumah bagi macan dahan [Neofelis diardi diardi] yang terkenal pemalu dan cenderung menghindari manusia.
  • Kasus masuknya macan dahan ke permukiman warga di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, merupakan yang pertama tercatat oleh BKSDA Sumatera Selatan.
  • Kejadian ini diduga karena kehilangan sumber makanan dan kerusakan hutan habitat yang disebabkan oleh alih fungsi lahan.
  • Penelitian intensif tentang kelimpahan macan dahan di Sumatera sudah pernah dilakukan dan para peneliti berharap spesies ini dapat dijadikan sebagai satwa prioritas konservasi Indonesia.

Satu individu macan dahan masuk permukiman warga di Desa Batu Kuning, Kecamatan Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.

Dikutip dari detik.com, peristiwa tersebut terjadi pada Senin [24/3/2025], sekitar pukul 11.00 WIB. Yazi, warga setempat, mendapati macan tersebut bersembunyi di gudang.

Yazi menutup pintu gudang itu, lalu melaporkannya ke pihak terkait. Sekitar pukul 00.35 WIB [25/3/2025], Wildlife Rescue Unit [WRU] BKSDA Sumatera Selatan, datang dan melakukan evakuasi.

Andre, Humas Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Sumatera Selatan, menyatakan kondisi macan sehat dan sifat liarnya bagus, berdasarkan pemeriksaan dokter hewan.

“Esoknya, langsung dilepasliarkan di Suaka Margasatwa [SM] Gunung Raya blok Mandoriang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, Selasa [8/4/2025].

Baca: Cara Tidak Biasa Macan Dahan Berkomunikasi di Alam Liar

Macan dahan ini dievakuasi tim BKSDA Sumsel dari permukiman warga di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Foto: Dok. Humas BKSDA Sumatera Selatan

Kerusakan habitat

Masuknya macan dahan ke permukiman warga di sekitar Baturaja merupakan kasus pertama dalam catatan BKSDA Sumatera Selatan.

“Diduga karena kehilangan sumber makanan dan kerusakan habitat, atau bisa juga akibat perubahan cuaca. Tim tengah mengidentifikasi penyebabnya. Habitatnya diperkirakan berada di SM Gunung Raya dan sekitaran Taman Nasional Bukit Barisan Selatan [TNBBS],” lanjutnya.

SM Gunung Raya merupakan wilayah dataran tinggi di Kabupaten Ogan Komering Ulu [OKU] Selatan, Sumatera Selatan. Jaraknya sekitar 132 kilometer dari Baturaja- Ibu Kota Kabupaten Ogan Komering Ulu.

Lanskap SM Gunung Raya merupakan ekosistem hutan hujan tropis dengan topografi bergelombang dan berbukit, antara 500-1.643 meter dari permukaan laut [m dpl].

SM Gunung Raya yang juga menjadi habitah gajah sumatera [Elephas maximus sumatranus] yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak 1978, melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 55/Kpts/Um/1/1978. Luasnya, sekitar 39.500 hektar.

Pada 1986, luasnya bertambah menjadi 78.250 hektar [SK Nomor 410/Kpts-II/1986], namun kembali berkurang menjadi 50.950 hektar pada 2001 [Kepmen Menhut No.76/Kpts-II/2001].

Terakhir, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.3050/Menhut-VII/KUM/2014 Tanggal 23 April 2014, SM Gunung Raya memiliki luas total 44.996,11 hektar.

Belum ada data terbaru terkiat kondisi hutan ini. Namun, berdasarkan data BKSDA yang dikutip dari penelitian Suci dan kolega [2019], pada 2009 sebagian besar kawasan SM Gunung Raya [70 persen], berubah menjadi perkebunan kopi.

“Dengan kejadian ini, tim akan intensif melakukan sosialisasi maupun upaya konservasi lain, baik di sekitar kawasan hutan ataupun di area eks-situ di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung,” kata Andre.

Baca juga: Disebut Misterius, Macan Dahan Memang Sulit Ditemukan

Proses pelepasliaran macan dahan dilakukan di sekitar SM Gunung Raya yang merupakan habitat spesies tersebut. Foto: Dok. BKSDA Sumatera Selatan

Survei macan dahan

Hutan di Pulau Sumatera merupakan habitat penting bagi macan dahan [Neofelis diardi diardi] yang statusnya Rentan (Vulnerable/VU).

Meskipun memiliki taring terpanjang di antara keluarga Felidae, serta segudang keahlian untuk berburu di pepohonan, macan dahan terkenal pemalu dan cenderung menghindari manusia [Chiang & Allen, 2017].

Sumatera juga menjadi rumah bagi enam spesies kucing liar dilindungi, yakni kucing hutan [Prionailurus bengalensis], macan dahan sunda [Neofelis diardi diardi], kucing marmer [Pardofelis marmorata], kucing emas asia [Pardofelis temminckii], kucing kepala datar [Prionailurus planiceps], dan harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae].

Haidir dan kolega [2021], telah melakukan survei intersif tentang kelimpahan macan dahan di Pulau Sumatera. Para peneliti memasang banyak kamera jebak di empat area berbeda selama total 28.404 malam.

Dari 114 foto yang diperoleh, mereka berhasil mengidentifikasi 18 macan dahan berbeda. Dengan menggunakan metode analisis khusus, mereka memperkirakan di area penelitian tersebut terdapat sekitar 0,8 hingga 2,4 macan dahan per 100 kilometer persegi.

“Macan dahan harus dipertimbangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia sebagai spesies prioritas, sehingga ada perhatian konservasi lebih besar dan tindakan pengelolaan yang terarah,” tulis penelitian tersebut.

Macan dahan yang terpantau di hutan Kalimantan. Foto: Ben Buckley/Borneo Nature Foundation

Sebelumnya, Erwin Willianto, pemerhati kucing liar sekaligus anggota IUCN SSC Cat Specialist Group, menjelaskan bahwa secara global, macan dahan terbagi dua jenis. Neofelis nebulosa yang ada di daratan Asia dan macan dahan sunda atau Neofelis diardi yang habitatnya di Indonesia.

“Di Indonesia, macan dahan dibagi dua subspesies, yaitu macan dahan sumatera [Neofelis diardi diardi] dan macan dahan kalimantan [Neofelis nebulosa diardi],” ujarnya.

Penelitian Andreas Wilting, Per Christiansen, Andrew C. Kitchener, Yvonne J.M. Kemp, Laurentius Ambu, dan Jörns Fickel yang dipublikasi di jurnal Molecular Phylogenetics and Evolution pada Februari 2011 menjelaskan hal tersebut. Macan dahan di Sumatera dan Kalimantan memang berbeda.

“Keduanya memang memiliki pola kulit sama, tetapi berbeda morfologi dengan bentuk unik di bagian tengkorak dan gigi. Mereka kemungkinan terpisah sejak satu juta tahun lalu, saat Pulau Sumatera dan Kalimantan terpisah dari daratan Asia,” jelas riset tersebut.

Referensi:

Chiang, P.-J., & Allen, M. L. (2017). A review of our current knowledge of clouded leopards (Neofelis nebulosa). ArXiv Preprint ArXiv:1712.04377.

Haidir, I., Macdonald, D. W., & Linkie, M. (2021). Sunda clouded leopard Neofelis diardi densities and human activities in the humid evergreen rainforests of Sumatra. Oryx, 55(2), 189–196.

Suci, S., Dahlan, Z., & Yustian, I. (2019). Propil Vegetasi di Kawasan Hutan Konservasi Suaka Margasatwa Gunung Raya Kecamatan Warkuk Kabupaten Oku Selatan. Jurnal Penelitian Sains, 19(1), 47–53.

Kucing Batu, Jenis Kucing Liar yang Mirip Macan Dahan

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|