Kala Proyek Tol Semarang-Demak Rusak Puluhan Hektar Hutan Mangrove

2 weeks ago 41
  • Hutan mangrove sekitar 46 hektar di pantai utara Jawa, terbabat lagi demi melancarkan megaproyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak sepanjang 26,95 kilometer yang masuk proyek strategis nasional (PSN).
  • Widi Hartanto,  Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Tengah mengatakan, saat proses analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) memang sudah diketahui bakal menghilangkan sekitar 40-an hektar hutan mangrove di pesisir laut utara Jawa. Jadi, katanya,  sudah terencana sedemikian rupa dan kesepakatan bersama para pihak.
  • Susan Herawati,  Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengatakan, pembabatan mangrove merusak ekosistem di pesisir utara Jawa. Padahal,  kondisi pesisir utara sudah parah. Beberapa kelurahan di Demak bahkan sudah mulai tenggelam.
  • Dadan Mulyana, pakar mangrove IPB University mengatakan, kondisi pesisir utara pulau Jawa susah tanam mangrove karena berbagai faktor penyebab. Dia sudah 30-an tahun bergelut dalam isu mangrove dan mengetahui detail kondisi pesisir utara Jawa. Belum lagi, mangrove juga tergolong sangat sensitif dan rapuh.

Hutan mangrove sekitar 46 hektar di pantai utara Jawa, terbabat lagi demi melancarkan megaproyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak sepanjang 26,95 kilometer yang masuk proyek strategis nasional (PSN).

Proyek yang digadang-gadang sekaligus menjadi tanggul laut ini dianggap dapat menyelesaikan masalah banjir rob yang kerap terjadi di pesisir pantai utara. Pembangunan seksi I Semarang-Sayung sepanjang 10,64 kilometer berada di atas laut sedang seksi II Sayung-Demak sepanjang 16,31 kilometer berada di daratan.

Widi Hartanto,  Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jawa Tengah mengatakan, saat proses analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) memang sudah diketahui bakal menghilangkan sekitar 40-an hektar hutan mangrove di pesisir laut utara Jawa. Jadi, katanya,  sudah terencana sedemikian rupa dan kesepakatan bersama para pihak.

“Tim kami akan memberikan syarat, oke, kalau ini ada dampak mangrove yang akan hilang,  maka anda harus melakukan pengelolaan mengganti di tempat lain. Itu masuk dalam dokumen lingkungan dan harus ditaati,” katanya.

Dia mengatakan, rencana pengembalian mangrove yang terbabat karena jalan tol sudah jadi komitmen bersama.  DLH Jateng bersama dengan DLH kabupaten/kota sudah berkoordinasi.

Mengenai kemungkinan membelokkan ruas jalan saat proses penyusunan desain dan amdal agar tak membabat mangrove, Widi menilai secara teknis tak bisa. Dalam pembangunan infrastruktur, katanya,  seringkali harus mengorbankan lingkungan tetapi dia beralasan bisa teratasi dengan penanganan dampak.

“Salah satunya apa? Karena mangrove-nya mati maka harus mengganti di tempat lain. Dari sisi dampak lingkungan dengan berkurangnya vegetasi mangrove ini bisa segera ditangani.”

Widi juga menyebut sudah ada tindaklanjut untuk mencari lokasi penanaman mangrove oleh pengelola jalan tol. Fungsi pemantauan dan pengawasan juga bakal dilakukan. Apabila pengelola tak taat, katanya, bisa kena teguran maupun sanksi administrasi.

Dia memastikan, akan kawal mangrove ini sampai tumbuh besar. Dia juga membuka kesempatan bagi para pihak kalau ingin bergabung dalam menanam mangrove.

“Nanti kami dampingi dari DLH dan cabang dinas kami yang di Demak. Prinsipnya itu bisa diselesaikan.  Itu komitmen ya, artinya dikawal tumbuh besar. Bahkan bisa lebih dari 40 hektar.”

Hanif Faisol Nurofiq,  Menteri Lingkungan Hidup juga komitmen bakal mengganti hutan mangrove yang terbabat tol laut.

“Kita harus mengkompensasi karena simpanan karbon (pada mangrove) cukup tinggi. Nanti DLH (Dinas Lingkungan Hidup) yang akan turun, kita akan cek kembali yang tol laut,” katanya saat kunjungan kerja ke Timbulsloko, Demak dan Semarang akhir Desember lalu.

Menteri berencana menanam mangrove pada area seluas 700 hektar target nasional Termasuk di Timbulsloko yang mulai tenggelam. Dia bilang, vegetasi perlu demi mengatasi masalah penurunan muka tanah.

“Timbulsloko akan segera kita tindaklanjuti dengan penanaman mangrove masif ya, mungkin alokasi sekitar 700 hektar karena penurunan muka tanah sudah sangat dramatis,  hampir 10 sentimeter per tahun,” katanya.

Kerusakan hutan mangrove demi jalan tol laut berada di Kelurahan Trimulyo,  Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pemerintah siapkan lahan pengganti di beberapa lokasi dan masih indikatif seperti di Sidogemah Sayung, Demak seluas 8 hektar dan Kalimati Tanjungmas Semarang Utara 7 hektar.

Kemudian di Terboyo Kulon Genuk, Semarang seluas 20 hektar, sisanya,  11 hektar masih proses pencarian lokasi.

Susan Herawati,  Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengatakan, pembabatan mangrove merusak ekosistem di pesisir utara Jawa. Padahal,  kondisi pesisir utara sudah parah. Beberapa kelurahan di Demak bahkan sudah mulai tenggelam.

“Ini menggambarkan bagaimana mekanisme negara ini dalam melihat permasalahan krisis iklim. Krisis iklim di Indonesia cenderung seperti tambal sulam, 46 hektar dirusak kemudian ada rencana penanaman kembali.”

Dia menyayangkan solusi banjir rob di pesisir utara justru pembangunan infrastruktur jalan tol berdalih tanggul laut. Alih-alih mitigasi dan upaya riil lain.

Pola pembangunan model ini, katanya, sangat merugikan masyarakat pesisir.

“Kenapa respons menghadapi isu banjir ini malah pembangunan infrastruktur keras seolah-olah kita membutuhkan jalan untuk menanggulangi banjir.”

Susan menilai,  solusi pemerintah itu hanyalah solusi palsu dan tidak nyambung. Malah, solusi ini dapat menimbulkan masalah baru. Selain berbagai persoalan lingkungan dan masyarakat berisiko  muncul, juga rentan korupsi.

“KPK harus turun untuk mengawasi.”

Perbandingan citra satelit 2021 dan 2024

Tak semudah itu

Hutan mangrove di pesisir utara Jawa berperan sangat penting. Tak hanya menahan gelombang dan meminimalisir abrasi juga penyimpan karbon, mampu memperbaiki kualitas air dan rumah bagi pelbagai jenis biota laut maupun satwa daratan.

Berdasarkan penelitian Fani Safitri dkk dari IPB dan rilis pada Jurnal Kelautan Tropis Juni 2023, menyebutkan, kondisi mangrove di pesisir utara. Penelitian berjudul Pemetaan Kerapatan Ekosistem Mangrove Menggunakan Analisis Normalized Difference Vegetation Index di Pesisir Kota Semarang menyebutkan, kerapatan mangrove pada 2013 seluas 412.889 hektar. Sedangkan pada 2022 seluas 142.562 hektar.

Kerapatan mangrove turun sekitar 270.327 hektar atau 65,5%. Salah satu penyebab, pembangunan tanggul laut Semarang-Demak. Penelitian ini menggunakan citra satelit Landsat 8 dan citra Sentinel 2.

Desty Stephany Solahudin dkk pada Jurnal Ilmiah Indonesia melakukan penelitian Analisa DPSIR Pembangunan Tol Semarang-Demak dan Kawasan Ekosistem Mangrove di Wilayah Pesisir Demak.  Hasil penelitian yang rilis Agustus 2024 ini menyebutkan, pembangunan tol di kawasan ekosistem mangrove menimbulkan dampak lingkungan.

Pembangunan tol mencederai usaha konservasi lingkungan yang selama ini sudah dilakukan. Pembangunan juga tidak ada keadilan lingkungan, karena tak ada keadilan antara pihak yang terdampak lingkungan langsung dengan pihak yang melakukan pembangunan.

Ketimpangan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan juga terjadi. Sedang respons pemerintah tak ada, dan perencanaan mendetail sekedar lokasi rencana relokasi mangrove.

Dadan Mulyana, pakar mangrove IPB University mengatakan, kondisi pesisir utara pulau Jawa susah tanam mangrove karena berbagai faktor penyebab.

Dia sudah 30-an tahun bergelut dalam isu mangrove dan mengetahui detail kondisi pesisir utara Jawa. Belum lagi, mangrove juga tergolong sangat sensitif dan rapuh.

Gak mudah, yang sudah-sudah gagal. Karena gelombang kuat,” katanya.

Gelombang kuat terpicu perubahan iklim global. Banjir rob pesisir utara yang dahulu terjadi kurun waktu lima tahun sekali, sekarang bisa setahun sekali. Akibatnya, terjadi abrasi hebat dan mangrove satu solusi terbaik sangat layak untuk tetap lestari.

“Intensitas gelombang lebih kencang. Ditambah parahnya alih fungsi mangrove jadi tambak atau penggunaan lain. Itu yang menjadikan abrasi hebat di utara, dalam 10 tahun terakhir bisa dua kilometer daratan terkikis per tahun.”

Tak hanya gelombang kuat di pesisir utara jadi faktor penentu, tetapi kesuburan tanah juga mempengaruhi pertumbuhan mangrove. Sederhananya, makin subur, makin mempercepat pertumbuhan.

“Kebanyakan tidak subur. Bisa berfungsi baik ketika akar tunjang yang keluar lebih dari lima itu udah bisa survive. Selama 3-5 tahun karena tergantung kesuburan.”

Berdasarkan hasil penelitiannya, substrat di pesisir utara juga mengandung pirit. Mineral tanah itu kalau teroksidasi dapat menyebabkan racun pada tanaman. Akar tanaman busuk dan mati. Pirit berasal dari protein pakan ikan di tambak yang bersenyawa dengan besi di pesisir.

“Pirit senyawa sulfida kalau terendam tak teroksidasi, tapi kalau surut kering melepaskan unsur besi dan aluminium yang jadi racun tanaman. PH tanah berubah jadi asam, akar busuk dan mati. Itu salah satu kesulitan, selain abrasi, akresi dan chemical.”

Selain itu, kalau pasokan air terganggu jalan tol maka mangrove yang hidup akan mati perlahan. Pasang dan surut air mempengaruhi siklus hidup mangrove. Belum lagi, kalau flora perlahan mati maka otomatis fauna di dalamnya akan hilang atau mati.

Untuk perawatan, katanya, selama tiga tahun pertama,  harus serius. Kalau tidak, sedikit kemungkinan mangrove bisa tumbuh baik.

Setelah penanaman, katanya, lakukan monitoring mangrove. “Mulai dari tiga bulan pertama, enam bulan, setahun, dua tahun hingga tiga tahun. Tak bisa seremonial menanam mangrove lalu ditinggal dan berharap tumbuh dengan sendirinya.”

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 23/2021 tentang pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan. Disebutkan penanaman mangrove harus dengan perawatan selama minimal tiga tahun.  Kategori berhasil jika yang ditanam minimal 75% hidup.

“Kalau hanya seremonial itu bahaya, seremonial jadi racun dalam rehabilitasi mangrove.”

Dia bilang, pembangunan berbasis alam (green development) itu memungkinkan. Dengan begitu, alih fungsi lahan bisa menyesuaikan agar tak ada puluhan hektar hutan mangrove jadi korban.

“Mangrove itu adalah ekosistem yang rapuh, lunak. Sangat sulit ketika rusak untuk dipulihkan, hingga paling aman ialah menjaga kelestariannya, supaya tak rusak,” katanya.

Secara prinsip, katanya, seharusnya kalau hutan mangrove utuh dijaga, kalau jarang perkaya. Kalau rusak segera rehabilitasi.

“Jangan sembarang merusak mangrove kalau bisa dihindari ya dihindari aja,” katanya.

Secara teknis,  mangrove dapat hidup dengan tiga syarat utama yakni, substrat tanah stabil, pasokan air dan unsur hara demi menunjang pertumbuhan mangrove.

Kondisi perbandingan hutan Mangrove dibabat habis di Kelurahan Trimulyo Kecamatan Genuk Kota Semarang Jawa Tengah / Wulan Yanuarwati – Mongabay Indonesia

********

Jaga Hutan Mangrove Tak jadi Sawit, Ilham Ditangkap Polisi

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|