Buah Jarak: Beracun, namun Memiliki Potensi Energi Terbarukan

7 hours ago 1
  • Buah tanaman jarak pagar mengandung racun, terutama bijinya. Tanaman ini berbahaya karena adanya toksalbumin yang disebut kursin, risin, dan asam sianat, yang berhubungan dengan asam risinoleat.
  • Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan tanaman jarak pagar. Dari penelusuran, jarak pagar (Jatropha curcas) menjadi tanaman yang wajib ditanam pada masa penjajahan Jepang. Kala itu, penjajah Jepang memanfaatkan minyak jarak pagar untuk melumasi senapan dan menjalankan mesin.
  • Saat ini sedang dikembangkan jenis jarak pagar tidak beracun dan aman dikonsumsi baik hewan maupun manusia. Meksiko menjadi negara yang getol mengembangkan varietas jarak pagar tidak beracun ini.
  • Biodiesel dari jarak pagar tidak menghasilkan polutan berbahaya seperti sulfur, logam, atau hidrokarbon aromatik, yang umum ditemukan pada bahan bakar fosil kotor. Berbasis sumber terbarukan, biodiesel ini meminimalkan dampak lingkungan dan ketergantungan pada minyak bumi.

Buahnya sebesar bola pingpong. Bentuknya bulat, berwarna hijau saat masih muda, dan menguning ketika tua. Kemudian berubah menjadi cokelat kehitam-hitaman. Karena mirip buah-buahan, buah jarak pagar yang menguning benar-benar menggoda mata untuk dipetik.

Orang mengira buah jarak pagar bisa dimakan. Padahal beracun, terutama bijinya.

“Tanaman ini berbahaya karena adanya toksalbumin yang disebut kursin, risin, dan asam sianat, yang berhubungan dengan asam risinoleat,” tulis RK Singh, seorang dokter, di sebuah jurnal.

Toksalbumin adalah kelompok protein beracun yang ada di beberapa tanaman seperti pada jarak pagar. Kursin, risin dan asam sianat adalah jenis-jenis racunnya. Sedangkan asam risinoleat merupakan asam lemak tak jenuh komponen utama minyak tanaman ini.

Racun lain dari kelompok non-protein yang ditemukan pada jarak pagar adalah forbol ester.

Sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan tanaman jarak pagar. Dari penelusuran, jarak pagar (Jatropha curcas) menjadi tanaman yang wajib ditanam pada masa penjajahan Jepang. Ada paksaan untuk menanamnya di pekarangan rumah, tegalan, bahkan tanah-tanah gersang yang terlantar. Ini karena, bijinya mengandung minyak. Kala itu, penjajah Jepang memanfaatkan minyak jarak pagar untuk melumasi senapan dan menjalankan mesin.

Kini tanaman jarak pagar kembali dilirik sebagai bahan sumber energi. Terutama, karena kebutuhan energi ramah lingkungan yang makin meningkat.

Baca: Tanaman Jarak dan Kandasnya Program Kemandirian Energi Sumatera Selatan

Buah jarak pagar ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Kandungan racun buah jarak

Saat kulit luar dibuka, akan tampak cangkang biji buah jarak berwarna hitam. Jika cangkang ini dipecah atau dilepas akan terlihat warna putih. Biji inilah yang kadang dimakan atau tertelan anak-anak. Panjangnya, sekitar 2 cm.

Sangat dianjurkan untuk tidak memakannya. Satu atau dua biji jarak, bisa membuat diare. Makan hingga 20 biji akan memuat perut kembung, bahkan muntah terus menerus selama 30 menit, mengutip The Tropical Plants Database.

“Efek sampingnya termasuk nyeri perut dan sensasi terbakar di tenggorokan. Muntah dan diare dapat terjadi dalam waktu lima belas menit dan nyeri perut sekitar setengah jam setelah mengonsumsi,” tulis Singh.

Menurut dia, mengonsumsi biji jarak mentah dalam jumlah banyak bahkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal secara perlahan.

Racun lain yang terdapat pada biji jarak pagar yaitu dapat menyebabkan kulit memerah dan bernanah. Bagian lain dari tanaman yaitu daun dapat digunakan untuk mengendalikan jamur patogen. Di Afrika, biji yang digiling dicampur minyak sawit digunakan untuk membasmi tikus.

Kew Royal Botanical Garden memasukkan jarak pagar sebagai tanaman pestisida yang bermanfaat untuk membunuh dan mengusir hama. Para petani dapat mengusahakan sendiri, terhindar pemalsuan, dan lebih ramah lingkungan.

Saat ini sedang dikembangkan jenis jarak pagar tidak beracun dan aman dikonsumsi baik hewan maupun manusia. Meksiko menjadi negara yang getol mengembangkan varietas jarak pagar tidak beracun ini. Satu varietas yang tumbuh di Veracruz, salah satu negara bagian Meksiko, diketahui dapat dimakan dan telah dimanfaatkan masyarakat lokal sejak lama.

Baca juga: Bambu Sebagai Sumber Energi Terbarukan Masa Depan, Mengapa Tidak?

Tanaman jarak merupakan tanaman banyak manfaat, mulai dari biji, getah, hingga dapat dijadikan pagar taman. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Potensi energi terbarukan

Jarak pagar saat ini dianggap sebagai kandidat terbaik tanaman sumber energi terbarukan. Mayoritas tanaman jarak yang dikembangkan untuk biofuel adalah yang masih nonedible, sehingga tidak mengancam ketersediaan pangan.

Jatropha curcas mengeluarkan lebih sedikit polutan dibanding solar dan dapat digunakan pada mesin diesel dengan kinerja setara,” TMI Riayatsyah dan kolega, menjelaskan di jurnal Frontiers. Mereka meninjau perkembangan jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel.

Biodiesel dari jarak pagar tidak menghasilkan polutan berbahaya seperti sulfur, logam, atau hidrokarbon aromatik, yang umum ditemukan pada bahan bakar fosil kotor. Berbasis sumber terbarukan, biodiesel ini meminimalkan dampak lingkungan dan ketergantungan pada minyak bumi.

Tanaman ini juga membutuhkan sedikit air, dapat tumbuh di lahan tandus, dan usia produksi bisa sampai 50 tahun. Dengan kandungan minyak hingga 40 persen dari berat biji, jarak pagar menjadi sumber energi alternatif potensial untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Indonesia menargetkan biofuel memenuhi 5 persen bauran energi nasional pada 2025. Pengembangan ini termaktub dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional.

Dengan sejumlah keunggulan itu, jarak pagar layak dikembangkan di Indonesia, terutama di lahan kering seperti Nusa Tenggara Timur. Namun, tantangan masih ada. Misalnya, produktivitas, kontinyuitas pasokan, ketersediaan varietas unggul, hingga ekstraksi yang masih belum efisien. Dengan penerapan bioteknologi, pengolahan yang lebih efisien, dan regulasi yang mendukung diharapkan sejumlah kendala itu dapat ditangani.

Upas, Pohon Beracun yang Janjikan Manfaat Kesehatan

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|