- Puluhan nelayan, kelompok perempuan, dan pemuda Negeri Liang, Maluku berkumpul di tepian pantai November lalu. Mereka tengah mengikuti pelatihan pemasangan dan perawatan bank karang. Kegiatan ini merupakan langkah awal dari Project Liang, kegiatan rehabilitasi terumbu karang rusak karena gempa bumi 2019 dan penangkapan ikan destruktif.
- Kerusakan terumbu karang di Negeri Liang meninggalkan jejak luka dalam bagi masyarakat pesisir. Hasil tangkapan ikan menurun drastis, dan abrasi kian mengancam garis pantai. Banyak nelayan beralih ke pekerjaan lain, sedang kelompok perempuan yang sebelumnya membuat kerupuk ikan atau olahan laut lain kehilangan bahan baku.
- Di perairan dangkal Negeri Liang, 20 bank karang telah terpasang. Struktur ini menjadi tempat pembibitan terumbu karang jenis Acropora, yang tumbuh cepat dan mampu menciptakan habitat baru bagi berbagai biota laut.
- Raja Negeri Liang, Taslim Samual, menyebut, program ini bukan sekadar proyek rehabilitasi. Baginya, ini awal dari perjalanan panjang menuju keberlanjutan.
Puluhan nelayan, kelompok perempuan, dan pemuda Negeri Liang, Maluku berkumpul di tepian pantai November lalu. Mereka tengah mengikuti pelatihan pemasangan dan perawatan bank karang. Kegiatan ini merupakan langkah awal dari Project Liang, kegiatan rehabilitasi terumbu karang rusak karena gempa bumi 2019 dan penangkapan ikan destruktif.
“Ini bukan sekadar soal memasang karang. Ini soal masa depan laut kami, masa depan anak-anak kami,” kata Sitti, anggota kelompok perempuan yang terlihat antusias mengikat potongan karang ke struktur buatan berbentuk kubah.
Di belakangnya, anak-anak kecil bermain di pasir, seolah ikut menyaksikan langkah besar untuk keberlanjutan ekosistem laut yang jadi tumpuan hidup mereka.
Kerusakan terumbu karang di Negeri Liang meninggalkan jejak luka dalam bagi masyarakat pesisir. Hasil tangkapan ikan menurun drastis, dan abrasi kian mengancam garis pantai. Banyak nelayan beralih ke pekerjaan lain, sedang kelompok perempuan yang sebelumnya membuat kerupuk ikan atau olahan laut lain kehilangan bahan baku.
“Saya dulu tidak pernah khawatir soal ikan. Pergi pagi, pulang siang sudah cukup untuk makan sehari-hari. Sekarang, seminggu pun tidak pasti dapat hasil,” kata Hasanudin, nelayan yang kini lebih sering bekerja serabutan.
Project Liang hadir dengan fokus pada pemulihan terumbu karang melalui bank karang, Yayasan Jala Ina bersama AMATI Indonesia dan Pemerintah Negeri Liang memulai langkah untuk menghidupkan kembali laut yang pernah mereka banggakan.
Bank karang
Di perairan dangkal Negeri Liang, 20 bank karang telah terpasang. Struktur ini menjadi tempat pembibitan terumbu karang jenis Acropora, yang tumbuh cepat dan mampu menciptakan habitat baru bagi berbagai biota laut.
Dikutip dari laman NOAA Fisheries Acropora pharaonis biasa ditemukan di Samudra Hindia. Koloninya berupa meja horizontal besar atau struktur vertikal mirip pohon. Koloni berwarna abu-abu kecokelatan, biasanya dengan ujung cabang pucat. Acropora pharaonis terdaftar sebagai spesies terancam berdasarkan Undang-undang Spesies Terancam Punah.
“Bank karang ini ibarat taman bagi ikan-ikan. Saat terumbu mulai tumbuh, mereka akan kembali. Kalau ikan datang, nelayan juga akan mendapatkan hasil,” ujar Yusuf Sangadji, Direktur Eksekutif Yayasan Jala Ina, sambil menunjukkan desain struktur karang yang sudah mereka tanam.
Tak hanya soal ekologi, proyek ini juga melibatkan langsung masyarakat lokal. Dari pemasangan sampai perawatan, mereka dapat pelatihan teknis agar memahami bagaimana menjaga terumbu karang yang tengah tumbuh.
“Kalau kita tidak ikut terlibat, siapa yang akan menjaga laut kita?” ujar Maryam.
Raja Negeri Liang, Taslim Samual, menyebut, program ini bukan sekadar proyek rehabilitasi. Baginya, ini awal dari perjalanan panjang menuju keberlanjutan.
“Laut adalah identitas kami. Jika terumbu karang pulih, bukan hanya kemenangan ekologis, juga simbol harapan. Kami di Negeri Liang berkomitmen menjaga hasil kerja ini untuk generasi mendatang,” katanya.
Semangat kolektif ini makin terlihat dengan keterlibatan berbagai pihak, mulai dari UKM Selam Padis, Unit Selam Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura, hingga kelompok-kelompok masyarakat.
Kolaborasi mereka tidak hanya memastikan teknis pemasangan berjalan lancar, juga memperkuat rasa tanggung jawab bersama.
Masa depan
Para nelayan berharap, karang-karang kecil itu bisa tumbuh dan memulihkan yang sebelumnya rusak di dasar laut. Masyarakat Negeri Liang memandang ini sebagai titik balik. Mereka tahu, hasil tidak akan langsung terlihat, tetapi perlahan, ekosistem laut akan pulih, ikan-ikan kembali.
“Kalau kita rawat dari sekarang, anak cucu kita tidak akan kenal laut rusak. Mereka hanya akan tahu laut yang kaya, jadi rumah bagi ribuan ikan,” kata Hasanudin, penuh harap.
********
Penyesalan yang Menggerakkan Konservasi Terumbu Karang di Pandanan