Ternyata Racun Tidak Hanya Ada pada Hewan: Tumbuhan, Jamur, bahkan Bakteri Juga Ada

1 week ago 18

Racun bukan hanya fitur dari beberapa hewan, namun juga ditemukan di seluruh dunia kehidupan, mulai dari tumbuhan, jamur, hingga bakteri dan virus, jelas sebuah studi baru.

Penulis utama William Hayes, seorang ahli ekologi di Loma Linda University, AS, telah lama mempelajari ular derik berbisa. Saat mengajar mata kuliah tentang biologi racun, dia dan para mahasiswanya mulai memikirkan contoh-contoh non-satwa yang memenuhi definisi tersebut.

“Semakin dalam kami menggali contoh-contoh itu, kami semakin yakin bahwa racun tidak hanya dimiliki oleh hewan. Itu adalah adaptasi luar biasa yang jauh lebih luas daripada yang saat ini kita pahami,” kata Hayes kepada Mongabay.

Semua hewan berbisa memiliki satu kesamaan, tulis para penulis: Mereka memasukkan racun ke dalam organisme lain menggunakan struktur seperti taring atau duri. Namun, hewan yang berbeda memperoleh, menyimpan, mengirimkan, dan menggunakan racun dengan cara yang berbeda-beda.

Beberapa organisme seperti ubur-ubur dan anemon diketahui memproduksi racun di dalam sel penyengat khusus. Kalajengking dan ular memproduksi racun (bisa) di dalam kelenjar khusus, dan mengirimkannya melalui sengat atau taring.

Satwa lain meminjam racun yang diproduksi oleh organisme lain. Misalnya, kepiting petinju (Lybia tessellate) membawa anemon laut berbisa di cangkangnya seperti sarung tinju untuk pertahanan, sementara anemon tersebut kemungkinan mendapatkan makanan sebagai imbalannya.

Beberapa cacing laut menyimpan racun yang diproduksi bakteri di dalam kelenjar, yang kemudian disuntikkan ke mangsa atau predator yang mereka lukai.

Dari temuan para penulis studi, dunia non-satwa memiliki contoh yang sepadan. Misalnya, organisme mikroskopis bersel tunggal yang disebut ciliata mengandung struktur mirip harpoon (tombak) yang terisi racun. Saat racun disuntikkan ke dalam mangsa bersel tunggal yang lebih besar, ia menyebabkan kelumpuhan atau kematian, kata Hayes.

Di antara tumbuhan, mistletoe (kapasilan) parasit menggunakan struktur akar khusus untuk menembus jaringan tumbuhan lain, sebelum mengirimkan toksin seperti racun yang memungkinkan tumbuhan ini mengekstrak nutrisi dari inangnya.

Seperti halnya kepiting petinju yang memanfaatkan anemon, sekelompok tumbuhan yang disebut tanaman-semut menjadi tempat tinggal bagi koloni semut penyengat yang melindungi tanaman tersebut. Sebagai imbalannya, mereka menerima makanan dan tempat tinggal.

“Ini menarik, buat apa Anda menghabiskan energi untuk mensintesis, menyimpan, dan menghasilkan struktur untuk membela diri dengan racun, ketika Anda bisa dengan mudah menggunakan sistem organisme lain sebagai gantinya?” kata Hayes.

Tanaman-semut bahkan dapat mengendalikan ukuran koloni semut mereka sebagai respons terhadap ancaman, seperti halnya ular atau kalajengking mengendalikan seberapa banyak racun yang mereka kirimkan saat menggigit atau menyengat.

Sifat ini yang lalu disebut oleh para peneliti sebagai “pengukuran racun atau venom metering,” tambah Hayes.

Timothy Jackson, Co-head dari Australian Venom Research Unit di University of Melbourne, yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa hasil studi ini “telah memberikan kontribusi berharga bagi bidang penelitian ini” dengan mengkatalogkan contoh-contoh pengiriman racun di berbagai organisme non-hewan.

“Beberapa dari kami telah mendiskusikan ‘racun’ non-satwa (termasuk mikroba) selama beberapa tahun, jadi saya menyambut baik survei ini,” sebutnya lewat email kepada Mongabay.

Jackson menambahkan bahwa beberapa peneliti racun mungkin menolak inklusi tumbuhan, jamur, mikroba, dan virus, dalam kelas fungsi organisme beracun.

“Namun, alam itu sangat kompleks, dan agak rumit, dan kita harus membiarkan definisi kita berkembang seiring dengan pemahaman kita,” katanya.

Artikel ini dipublikasikan perdana di sini pada tanggal 2 April 2025 oleh Mongabay Global. Tulisan ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.

***

Foto utama: Akasia dengan semut penyengat oleh Ryan Somma melalui Flickr (CCBY-SA2.0).

Tujuh Tanaman Beracun di Dunia, Satu dari Indonesia

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|