- Kehidupan Tanpa Api: Selama lebih dari satu miliar tahun, Bumi tidak memiliki api, dengan atmosfer yang kaya metana dan suhu dingin, sehingga ekosistem didominasi oleh mikroba dan organisme sederhana tanpa hutan atau pembakaran bahan organik.
- Kemunculan Oksigen dan Kebakaran: Sekitar 470 juta tahun yang lalu, tumbuhan darat mulai muncul dan melakukan fotosintesis, meningkatkan kadar oksigen di atmosfer. Ketika oksigen mencapai sekitar 13%, kebakaran hutan pertama kali terjadi, yang dibuktikan dengan penemuan arang dalam catatan fosil dari Silurian Akhir.
- Dampak Kebakaran pada Ekosistem: Kebakaran berperan penting dalam ekosistem, membantu regenerasi tanaman dan mempengaruhi siklus karbon global. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebakaran tidak hanya mempengaruhi vegetasi, tetapi juga dapat mengubah pola cuaca dan iklim saat ini.
Selama lebih dari satu miliar tahun, kehidupan di Bumi berkembang dalam kondisi yang sangat berbeda dari yang kita kenal sekarang—tanpa adanya api. Bayangkan sebuah planet yang dikelilingi oleh atmosfer tebal yang kaya akan metana, di mana suhu sangat dingin dan tidak ada sumber panas yang dapat memicu pembakaran. Dalam dunia tanpa api, ekosistem Bumi didominasi oleh mikroba dan organisme sederhana yang beradaptasi dengan lingkungan yang keras. Tidak ada hutan yang rimbun, dan tidak ada pembakaran bahan organik yang menjadi bagian penting dari siklus kehidupan saat ini. Bagaimana kondisi Bumi yang tanpa api ini bisa terjadi, bagaimana akhirnya api menjadi bagian penting dari ekosistem kita?
Bumi Tanpa Api
Bumi adalah satu-satunya planet yang kita ketahui pernah memiliki api. Meskipun ada gunung berapi yang mengeluarkan magma panas di permukaan Venus, planet terpanas di Tata Surya, tidak ada api yang pernah tercatat di sana. Hal yang sama berlaku untuk Merkurius, Jupiter, dan planet-planet lainnya. Selama miliaran tahun dalam sejarah Bumi, tidak ada api yang ada.
Baca juga: Peristiwa Pluvial Karnia: Bumi Diguyur Hujan Tanpa Henti selama 1 Juta Tahun
Sekitar 2,4 miliar tahun yang lalu, atmosfer Bumi kemungkinan besar dipenuhi dengan metana (CH₄), hasil dari aktivitas mikroba anaerobik. Peristiwa yang dikenal sebagai Great Oxidation Event (Peristiwa Oksidasi Besar) terjadi ketika cyanobacteria purba mulai melakukan fotosintesis, memanfaatkan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida (CO₂) dan air (H₂O) menjadi glukosa dan oksigen (O₂). Meskipun oksigen mulai terakumulasi, konsentrasinya masih belum cukup untuk mendukung pembakaran. Peristiwa ini, yang kadang disebut sebagai Oksigen Katalis, menyebabkan Bumi mengalami pendinginan yang ekstrem karena oksigen yang dihasilkan mengganggu metana, menghilangkan efek rumah kaca yang ada.
Kemunculan Oksigen dan Kebakaran Pertama
Tahap awal kebakaran di Bumi dimulai dengan munculnya tumbuhan darat pada periode Ordovician Tengah, sekitar 470 juta tahun yang lalu. Tumbuhan-tumbuhan awal ini melakukan fotosintesis, yang menghasilkan oksigen sebagai produk sampingan. Proses ini secara bertahap meningkatkan kadar oksigen di atmosfer. Ketika konsentrasi oksigen mencapai ambang kritis sekitar 13%, kemungkinan terjadinya kebakaran hutan pun mulai ada.
Bukti pertama tentang kebakaran muncul dalam catatan fosil dari Silurian Akhir, sekitar 420 juta tahun yang lalu. Bukti ini berupa tumbuhan yang terkarbonisasi, atau arang, yang ditemukan dalam batuan sedimen. Penemuan arang ini menunjukkan bahwa api sudah ada dalam ekosistem kuno tersebut. Selain itu, penemuan lokasi-lokasi lain dari usia Silurian yang juga mengandung arang semakin memperkuat bukti bahwa kebakaran sudah terjadi pada periode itu.
Bayangkan dunia tanpa pohon, di mana lanskap didominasi oleh tumbuhan setinggi lutut hingga pinggang dan jamur raksasa yang disebut Prototaxites, yang bisa mencapai ketinggian hingga sembilan meter. Inilah dunia Silurian di mana kebakaran hutan pertama terjadi, membakar vegetasi primitif dan meninggalkan jejak arang yang akan ditemukan jutaan tahun kemudian.
Baca juga: 90 Juta Tahun Lalu, Antarktika di Kutub Selatan Dipenuhi Hutan Hujan dan Dinosaurus
Menariknya, tingkat oksigen di atmosfer sangat berhubungan dengan keberadaan arang dalam catatan fosil. Hal ini menunjukkan peran penting oksigen dalam terjadinya kebakaran hutan. Keterkaitan ini menggambarkan keseimbangan yang halus antara komposisi atmosfer Bumi dan keberadaan api.
Segitiga Api: Unsur Penting untuk Pembakaran
Agar api dapat terjadi, ada tiga elemen kunci yang harus ada: bahan bakar, oksigen, dan sumber pemicu. Ini sering disebut sebagai “segitiga api.”
- Bahan Bakar: Di Bumi awal, bahan bakar untuk kebakaran berasal terutama dari tumbuhan darat awal, seperti tumbuhan rhyniophytoid kecil yang tidak memiliki daun pada periode Silurian.
- Oksigen: Kebangkitan tumbuhan darat dan aktivitas fotosintetik mereka menyebabkan peningkatan kadar oksigen di atmosfer. Kadar oksigen ini akhirnya mencapai ambang yang diperlukan untuk pembakaran. Menariknya, ada “titik manis” untuk kebakaran terkait dengan kadar oksigen. Di bawah 13% oksigen, bahan tanaman tidak akan terbakar, dan di atas 35%, ia terbakar begitu cepat sehingga hutan tidak dapat tumbuh dan bertahan.
- Sumber Pemicu: Petir memberikan percikan yang diperlukan untuk menyalakan kebakaran awal ini.
Pada periode Silurian, ketiga elemen ini tersedia dalam jumlah yang cukup. Namun, dengan kadar oksigen yang masih berfluktuasi, kebakaran hutan yang meluas tidak menjadi umum hingga sekitar 383 juta tahun yang lalu.
Temuan Penelitian Terbaru
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kebakaran memiliki dampak yang lebih besar terhadap ekosistem daripada yang sebelumnya diperkirakan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada tahun 2023 mengungkapkan bahwa kebakaran hutan tidak hanya mempengaruhi vegetasi, tetapi juga berkontribusi pada siklus karbon global. Kebakaran melepaskan karbon yang tersimpan dalam biomassa, yang dapat memperburuk perubahan iklim.
Selain itu, penelitian oleh tim ilmuwan dari Universitas Harvard menunjukkan bahwa kebakaran yang terjadi di masa lalu dapat mempengaruhi pola cuaca dan iklim saat ini. Mereka menemukan bahwa peningkatan frekuensi kebakaran di masa lalu berkontribusi pada pembentukan awan dan pola curah hujan yang berbeda, yang dapat mempengaruhi ekosistem modern.
Peran Kebakaran dalam Ekosistem
Kebakaran juga berfungsi sebagai proses alami yang penting dalam ekosistem. Penelitian menunjukkan bahwa kebakaran dapat membantu regenerasi tanaman dengan membersihkan lahan dari bahan mati dan memberikan ruang bagi spesies baru untuk tumbuh. Misalnya, beberapa spesies tumbuhan, seperti pinus, bergantung pada kebakaran untuk membuka kerucut bijinya dan memfasilitasi perkembangbiakan.