Kasus Manusia Digigit Komodo Kembali Terjadi, Mengapa?

1 month ago 48
  • Hamra (74), warga Dusun Kerora, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, wilayah Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), digigit komodo, Kamis (19/12/2024) petang.
  • Sebelumnya, ada tiga kejadian warga digigit komodo. Pertama, 2 Oktober 2023. Kedua, 24 Oktober 2023. Ketiga, 2 April 2024.
  • Kepala Balai TNK, Hendrikus Rani Siga, memaparkan tentang rencana pemagaran semua kampung yang berada di kawasan huni komodo.
  • Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNK Maria Panggur mengatakan, jumlah komodo sebagai predator puncak akan mengikuti ketersediaan populasi mangsa seperti rusa, kerbau, babi hutan, dan juga keamanan ruang jelajahnya.

Kasus manusia digigit komodo (Varanus komodoensis) kembali terjadi.

Hamra (74), warga Dusun Kerora, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, wilayah Taman Nasional Komodo (TNK), Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), digigit komodo, saat beristirahat di pondok kebunnya, Kamis (19/12/2024) petang.

Dia mengalami luka di kaki dan telah dievakuasi ke RSUD Komodo di Labuan Bajo.

“Ada 39 jahitan di kaki kirinya dan harus menjalani rawat inap,” ujar Wakil Kepala Kepolisian Sektor (Wakapolsek) Komodo Ipda Agustinus Stalin, Kamis malam, dikutip dari Detikom.

Sebelumnya, ada tiga kejadian warga digigit komodo.

Pertama, 2 Oktober 2023. Ratna Wayang yang menjemur ikan di depan rumahnya digigit komodo. Komodo yang awalnya mengejar seekor kambing, justru menggigit tangan Ratna yang tidak jauh darinya, karena buruannya lolos.

Kedua, 24 Oktober 2023. Muhaimin, warga Kampung Wae Rebo, digigit komodo di bagian tangan. Saat itu, dia duduk di batu besar dan tiba-tiba komodo muncul dari belakang. Komodo itu terganggu karena posisi duduk Muhaimin yang menghalangi bangkai rusa, pakannya.

Ketiga, 2 April 2024, pukul 15.00 Wita. Romansyah (39), warga Pulau Komodo, Manggarai Barat, digigit komodo saat mencari madu di sekitar daerah Loh Ginggo, Pulau Rinca.

Balai TNK mencatat, sejak 1974 hingga 2023, ada 36 kasus gigitan komodo yang mengakibatkan lima orang meninggal dunia.

Baca: Mengapa Ada Kasus Manusia Digigit Komodo?

Komodo merupakan satwa liar dilindungi. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Bangun Pagar Pembatas

Kepala Balai TNK, Hendrikus Rani Siga, memaparkan tentang rencana pemagaran semua kampung yang berada di kawasan huni komodo.

TNK juga, kata dia, menganggarkan Rp3,2 miliar untuk pembangunan pagar pembatas sepanjang 1.073 meter di Kampng Komodo, Desa Komodo. Namun, kontraktor pelaksana mengundurkan diri setelah menyelesaikan pembangunan pondasi.

“Pagar pembatas tidak dilanjutkan. Kami bayar sesuai volume pengerjaan,” ujarnya, beberapa waktu lalu.

Ketua LSM Insan Lantang Muda (ILMU) Doni Parera, berharap pihak Balai TNK segera membangun pagar pembatas, guna mencegah komodo masuk ke permukiman warga.

“Di Dusun Kerora belum dibangun,” ujarnya, Sabtu (21/12/2024).

Baca: Saat Pembangunan Taman Nasional Komodo Tuai Sorotan Publik

Komodo betina dewasa yang ada di TN Komodo. Foto: Rhett Butler/Mongabay

Fokus Konservasi

Yuvensius Stefanus Nonga, Deputi WALHI NTT, mengatakan berdasarkan keterangan warga ada kecenderungan perubahan perilaku komodo pascapembangunan Jurassic Park di Pulau Rinca.

Balai TNK diharapkan melakukan kajian ilmiah terhadap perilaku tersebut, termasuk kasus-kasus warga digigit komodo.

“Upaya konservasi komodo harus ditingkatkan, jangan sampai bergeser pada aspek pariwisata,” paparnya, Sabtu (21/12/2024).

Yuvensius menambahkan, penangkapan ilegal rusa di kawasan TNK juga harus dipantau.

“Ini dikarenakan dapat mengganggu kestabilan pakan komodo dan merusak tatanan eksosistem lingkungan.”

Baca juga: Menyoal Kebijakan Kontroversi di Taman Nasional Komodo

Pemandangan indah di TN Komodo. Foto: Basten Gokkon/Mongabay

Sebelumnya, Pengendali Ekosistem Hutan Balai TNK Maria Panggur mengatakan, jumlah komodo sebagai predator puncak akan mengikuti ketersediaan populasi mangsa seperti rusa, kerbau, babi hutan, dan juga keamanan ruang jelajahnya.

Penelitian yang dilakukan Balai TNK dan KSP selama 20 tahun menunjukkan populasi komodo di taman nasional dalam kondisi stabil.

“Ini berarti populasinya sesuai dengan ruang yang ada, serta ketersediaan habitat yang cukup guna menunjang keberadaan komodo,” jelasnya kepada Mongabay, Minggu [21/4/2024].

Maria menerangkan, TNK melakukan berbagai kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan untuk memastikan kondisi ekositem dan satwa liar yang ada terjaga.

“Balai TNK bekerja sama dengan berbagai pihak menjaga kawasan,” tuturnya.

Berdasarkan data Balai TNK, dikutip dari Kompas.com, populasi komodo pada 2018 sebanyak 2.897 ekor, 2019 [3.022 ekor], 2020 [3.163 ekor], 2021 [3.303 ekor], 2022 [3.156 ekor], dan 2023 [3.396 ekor].

Komodo tidak hanya ditemukan di Taman Nasional Komodo [TNK], Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Tetapi juga ada di Pulau Flores, yakni di Cagar Alam Wae Wuul, Kabupaten Manggarai Barat, serta Cagar Alam Wolotadho dan Cagar Alam Riung di Pulau Ontoloe, Riung, Kabupaten Ngada.

Gigi Komodo Seperti Pedang, Gigitannya Sangat Berbahaya

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|