Burung dan Lahan Basah, Apa Hubungannya?

2 days ago 13
  • Hutan mangrove di Jakarta Utara, menawarkan keanekaragaman spesies burung cukup tinggi, terpantau sekitar 42 jenis.
  • Hutan mangrove tersisa di sekitar Jakarta Utara ini adalah Suaka Margasawa Muara Angke, Hutan Lindung Angke Kapuk, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, dan beberapa bagian kecil mangrove yang dekat kawasan Pantai Indah Kapuk.
  • Hutan mangrove tersebut menjadi tempat berkumpulnya burung air residen atau juga yang migrasi. Mereka butuh hutan mangrove sebagai tempat mencari makan dan minum, istirahat, bersarang dan membesarkan anak, hingga habitat untuk berinteraksi sosial.
  • Areal mangrove tersisa di Jakarta bagaikan kumpulan oasis, habitat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Juga bisa, menjadi sekolah lapang bagi mereka yang ingin memperdalam keunikan kehidupan di hutan mangrove.

Hutan mangrove di Jakarta Utara, menawarkan keanekaragaman spesies cukup tinggi. Berdasarkan pengamatan Asian Waterbird Census, 4 Februari 2024 lalu, ada 42 jenis yang ditemukan pada satu hari pengamatan di area sekitar 436 hektar.

Hutan mangrove tersisa di sekitar Jakarta Utara ini adalah Suaka Margasawa Muara Angke, Hutan Lindung Angke Kapuk, Taman Wisata Alam Angke Kapuk, dan beberapa bagian kecil mangrove yang dekat kawasan Pantai Indah Kapuk.

Hutan mangrove tersebut menjadi tempat berkumpulnya burung air residen atau juga yang migrasi. Mereka butuh hutan mangrove sebagai tempat mencari makan dan minum, istirahat, bersarang dan membesarkan anak, hingga habitat untuk berinteraksi sosial.

Baca: Hidup Kucing Bakau Bergantung pada Ekosistem Lahan Basah

Cerek kernyut (Pluvialis fulva), burung bermigrasi dengan lokasi berbiak di Palertik hingga Alaska dan dan terlihat di kawasan mangrove Jakarta. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

Boas Emmanuel, pendamping dari Jakarta Birder, mengungkapkan hutan mangrove Angke Kapuk menjadi merupakan lokasi pengamatan jenis burung air dan lainnya yang menyenangkan. Wisatawan mancanegara, menyempatkan ke sini karena mudah dijangkau.

“Target pengamatan adalah bubut jawa (Centropus nigrorufus) yang endemik Jawa dan Bali, cerek jawa (Charadrius javanicus), mandar besar, dan bangau bluwok. Bila mendapati jenis burung migrasi, itu bonus,” terangnya, pertengahan Januari 2025.

Sejumlah burung seperti jenis bebek, cangak, maupun kuntul memerlukan lahan basah untuk kelangsungan hidup mereka. Hutan mangrove, merupakan bagian lahan basah yang tidak saja dibutuhkan burung, tapi juga manusia.

“Hutan mangrove menjadi benteng pesisir lahan basah Jakarta. Bila rusak, tidak saja berdampak pada burung, tapi juga masyarakat sekitar.”

Baca: Habitat Burung Air Migran yang Kian Tidak Aman

Kuntul kecil (Egretta garzetta garzetta), jenis migrasi yang tidak terlalu terpantau oleh banyak orang. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

Penelitian La Sorte dan kolega, September 2023, menjelaskan bahwa ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan bagi kehidupan berbagai jenis burung. Kumpulan ruang terbuka hijau yang kecil, namun saling terhubung, dapat menyediakan habitat yang berguna bagi burung. Bahkan, dapat mendukung kekayaan spesies yang lebih tinggi ketimbang yang lebih luas.

“Ruang terbuka hijau yang areanya kecil pun bermanfaat. Burung-burung residen, maupun yang bermigrasi dapat mencari makan, sekaligus menjadikan area ini tempah singgah dan berlindung,” jelasnya.

Baca juga: Keluarga Mak Jah ‘Penyintas Terakhir Dusun Rejosari’:  Kami akan Tetap Tanam Mangrove

Kuntul besar (Ardea alba), jenis yang sering terlihat di hutan mangrove Angke-Kapuk. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

Jasa ekosistem hutan mangrove

Yus Rusilla Noor, Direktur Wetlands International Indonesia, mengatakan bahwa areal mangrove tersisa di Jakarta bagaikan kumpulan oasis, habitat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

“Tidak hanya menyediakan habitat bagi hidupan liar, tetapi juga bisa menjadi sekolah lapang bagi mereka yang ingin memperdalam keunikan kehidupan di hutan mangrove,” jelasnya, Jumat (31/1/2025).

Menurut Yus, ada empat jasa ekosistem mangrove yang harus kita perhatikan.

  1. Jasa penyediaan (provisioning service) atau jasa yang manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Misalnya, penyedia kayu dan kayu bakar, tempat pemijahan ikan, penghasil madu, serta penghasil sumber obat.
  2. Jasa pengaturan (regulating service) yaitu perlindung pantai dari badai, erosi, gelombang, juga penyerap karbon.
  3. Jasa pendukung (supporting service), atau sebagai ekosistem yang menjadi habitat keanekaragaman hayati
  4. Jasa kebudayaan (cultural service), termasuk ekowisata dan rekreasi (pengamatan burung dan fotografi), serta jasa nilai budaya dan spiritual.

Melalui jasa kebudayaan, hutan mangrove Angke Kapuk, menjadi tempat rekreasi untuk mengurangi cekaman (stres).

“Manusia perkotaan mudah stres akibat tingginya suara kendaraan, polusi, hingga pekerjaan,” jelasnya.

Berdasarkan laporan Convention on Wetland 2021, lahan basah dunia luasnya sekitar 1,2 miliar hektar. Angka ini mengalami penurunan, seiring hilangnya 35% lahan basah alami sejak 1970, akibat pembangunan, drainase, penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan, hingga perubahan iklim.

Trinil pantai (Actitis hypoluecos). Di sekitar hutan mangrove, jenis ini mencari area yang tidak terlalu banyak air. Foto: Fransisca N Tirtaningtyas/Mongabay Indonesia

Referensi:

Beatley, T. 2020. The Bird-Friendly City: Crating Safe Urban Habitats. Island Press, Washington, DC.

La Sorte, FA., Clark JAG., Lepczyk, CA. Aronson, MFJ. 2023. Collections of small urban parks consistently support higher species richness but not higher phylogenetic or functional diversity. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences. doi:10.1098/rspb.2023.1424

Convention on Wetlands. (2021). Global Wetland Outlook: Special Edition 2021. Gland, Switzerland: Secretariat of the Convention on Wetlands.

Tidak Baik-baik Saja, Lahan Basah Berkurang Lebih Cepat Dibanding Hutan Dunia

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|