Belajar dari Longsor Pekalongan, Mitigasi dan Adaptasi Minim?

3 hours ago 2
  • Hujan intensitas tinggi pada Senin, 20 Januari 2025 mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor di Petungkriyono Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah (Jateng) . Per Minggu, 26 Januari, 25 orang dilaporkan meninggal dunia. Korban tinggi, mitigasi dan kondisi minim?
  • Jateng memiliki kerawanan longsor kelas tinggi berdarkan Data Kajian Risiko Bencana Nasional Provinsi Jawa Tengah 2022-2026 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
  • Risiko tanah longsor di seluruh Jateng seluas 1.020.772 hektar. Pekalongan masuk dalam kategori kelas tinggi dengan potensi luasnya 45.237 hektar.
  • Eko Teguh Paripurno, Pakar Manajemen Kebencanaan Geologi UPN Veteran Yogyakarta menjelaskan Kecamatan Petungkriyono Pekalongan Jateng memang kawasan rawan longsor. Mitigasi dan adaptasi perlu menjadi perhatian. 

Banjir dan longsor melanda Desa Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng) setelah hujan lebat mengguyur, 20 Januari lalu. Dari bencana itu, 25 orang meninggal dunia, dan belasan luka-luka.  

Abdul Muhari, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, tim SAR sempat kesulitan evakuasi karena jalur terputus. Apalagi harus memutar melalui Banjarnegara menuju lokasi. Jalur terhalang karena longsor.  

Bergas Catursasi Penanggungan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, mengatakan, selain korban jiwa, hal itu juga menyebabkan dua rumah dan rusaknya jembatan berat. Tiga mobil, satu bangunan kafe serta tiga akses jalan tertutup longsoran. 

Data BPBD Jateng Jateng mencatat, selain di Pekalongan, banjir juga terjadi di sejumlah tempat, seperti, Brebes, Pemalang, Kota dan Tegal, Kendal, Grobogan, Demak, Banjarnegara, dan Sragen. Peristiwa ini menyebabkan ribuan rumah dan hektar lahan pertanian terendam dan ratusan fasilitas umum terdampak

Pemerintah Pekalongan menerapkan status tanggap darurat selama 14 hari,  21 Januari-4 Februari 2025. Fadia Arafiq, Bupati Pekalongan menyebut, ada 11 kecamatan dari hulu hingga hilir terdampak longsor dan banjir bandang ini. Terparah ada di Kecamatan Petungkriyono. 

Terkait kerusakan sejumlah infrastruktur, bupati mengupayakan segera  perbaikan. “Kami berupaya secepatnya melakukan perbaikan dengan [pos] dana tak terduga  agar ekonomi  bisa segera jalan,” katanya, dikutip dari laman pemerintah  setempat. 

Longsor di Petungkriyono, Pekalongan, Jateng yang berkapasitas 25 orang. Foto: PWM Jateng.

Bagaimana mitigasi dan adaptasi?

Data Kajian Risiko Bencana Nasional  Jateng BNPB 2022-2026,  menyebutkan tingginya risiko  longsor di Jateng. Secara keseluruhan, risiko longsor  1.020.772 hektar,  termasuk,  di Pekalongan seluas 45.237 hektar.

Kajian  berdasarkan pada sejumlah parameter, seperti gangguan kestabilan daerah lereng, curah hujan, kejadian gerakan tanah, dan getaran, kemiringan lereng, tipe batuan, jarak daerah patahan atau sesar aktif.

Masih dalam kajian yang sama, selain faktor cuaca dan fisiografi penyebab terjadinya tanah longsor, juga ada beberapa faktor pemicu lainnya. Mengkonversi konversi lahan dan penggundulan hutan. 

Penataan pertanian yang salah juga turut berkontribusi. Misal,  lahan pertanian di lereng gunung, tumpukan sampah  tak terolah yang berisiko longsor karena tekanan dan hujan air dengan intensitas tinggi.

Eko Teguh Paripurno, Pakar Manajemen Kebencanaan Geologi UPN Veteran Yogyakarta benarkan, kalau  Kecamatan Petungkriyono  rawan longsor. Ia terlihat dari kemiringan, kondisi geologi, ketebalan tanah, dan kepadatan aliran udara. 

“Ditambah faktor tata guna lahan, curah hujan dan faktor kegempaan. Kawasan tersebut memiliki kerawanan longsor yang tinggi.”

ET, sapaan Eko  mengatakan, secara geologi, struktur tanah di lokasi dominan batuan vulkanik yang sudah lapuk dengan kemiringan 40 derajat (52%).

“Jadi,  di antara lembah-lembah, ada material lepasnya.  Sementara sebagian besar batuan lapuknya.” 

Karena kondisi batuan lapuk, kepadatan aliran air  cenderung tinggi dan rapat. Sedang,  daya resap  rendah. “Intensitas hujan tinggi, kecenderungan batuan lapuk meningkatkan kemudahan longsor,”  katanya.  

Dalam situasi itu, mitigasi saja tidak cukup untuk menekan korban. Mitigasi, kata ET, harus pula dengan upaya adaptasi. 

Dia sebutkan, sekitar tiga tahun lalu, longsor juga terjadi di  sana,  tak ada korban jiwa karena tak  ada bangunan di lokasi  itu.  Berbeda  saat ini, sudah  berdiri kedai kopi.

Saat kejadian, puluhan orang sedang mengadakan acara keluarga. Yang lain memanfaatkan lokasi itu untuk berteduh. Kendati pun coffeeshop tidak begitu dekat dengan tebing tetapi material longsoran yang ambrol  mampu menjangkau dan meratakannya. 

Dalam situasi ini, sangat penting bagi masyarakat di daerah rawan untuk membaca ‘tanda’. Mereka bisa mengambil tindakan sigap ketika terjadi bencana. jadi, perlu meningkatkan kembali kemampuan masyarakat untuk mengeluarkan pengungsi mandiri, dan merespons ancaman.

Sistem peringatan dini yang tak berjalan maksimal juta turut mendorong banyak korban. Pada daratan longsor di Pekalongan, misal, korban yang jatuh seharusnya bisa tertekan jika sistem peringatan dini bahwa longsor dan banjir bandang berisiko terjadi saat hujan lebat-berjalan baik. 

*********

Bencana Makin Parah Kala Kualitas Lingkungan Buruk

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|