Bambu Sebagai Sumber Energi Terbarukan Masa Depan, Mengapa Tidak?

19 hours ago 6
  • Bambu merupakan tumbuhan istimewa, bagi masyarakat Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara. Masyarakat Minahasa memanfaatkan bambu untuk berbagai keperluan, mulai dari bahan bangunan, kuliner, alat musik, dan upacara adat.
  • Bambu memiliki nilai ekologis tinggi. Akarnya mampu menyimpan cadangan air dan mencegah erosi tanah. Bambu juga berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.
  • Penelitian terbaru menunjukkan bahwa biomassa bambu dapat diubah menjadi berbagai jenis bahan bakar. Ini membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil sekaligus mengatasi krisis energi.
  • Dengan potensi pertumbuhan cepat dan kemampuan menyerap karbon dioksida yang tinggi, bambu menawarkan solusi menjanjikan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan krisis energi.

Bambu merupakan tumbuhan istimewa, bagi masyarakat Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

Hari Suroto, Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, mengungkapkan bambu tidak hanya dimanfaatkan sebagai produk kerajinan, tetapi juga bahan kuliner dan bagian upacara adat mereka.

Bambu digunakan untuk memasak berbagai hidangan tradisional seperti nasi jaha, pangi, leilem, dan ayam buluh. Bambu memberikan aroma dan rasa khas pada makanan.

“Sebutannya buluh. Masak menggunakan bambu, merupakan tradisi masyarakat Minahasa,” ujarnya, Senin (3/2/2025).

Baca: Jaga Kelestarian Bambu, Tanaman Penyerap Air yang Penting buat Warga

Indonesia memiliki potensi tumbuhan bambu yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia

Kuliner Minahasa yang kental menggunakan bambu adalah winongos. Hidangan perpaduan  daun gedi, daun pepaya muda dan bumbu rempah ini, dimasak dalam bambu muda dan tipis.

Menurut Hari, penggunaan bambu sebagai alat masak pada dasarnya sudah ada sejak zaman prasejarah di Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Bambu dikenal sejak masa Neolitikum atau saat manusia menetap dalam suatu komunitas permukiman.

“Mereka juga sudah mengenal berkebun, walaupun praktik berburu dan meramu masih dilakukan.”

Sebagai kerajinan tangan, masyarakat Minahasa mengolah bambu menjadi perabotan rumah tangga, hiasan dinding, hingga aksesoris seperti lampion dan tolu, atau topi tradisional. Dalam kehidupan sosial budaya, suling bambu, menjadi identitas yang digunakan saat acara penting.

“Teristimewa pada perlombaan antarkelompok, baik di tingkat kecamatan, kabupaten, maupun provinsi,” ujar Hari.

Baca juga: Jatnika dan Keinginannya Membangun Peradaban dari Bambu

Hutan bambu yang dikembangkan di Kebon Pring Andeman, Malang. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

Bambu sebagai sumber energi terbarukan

Bambu memiliki nilai ekologis tinggi. Akarnya mampu menyimpan cadangan air dan mencegah erosi tanah. Beberapa jenis bambu tumbuh subur di Minahasa adalah Dendrocalamus asper, Bambusa blumeana, dan Schizostachyum lima.

“Bambu mampu menghadapi ancaman lingkungan dan dampak buruk perubahan iklim,” papar Hari.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada 2020 berjudul “An Overview on Biomass of Bamboo as a Source of Bioenergy” oleh Sonal Hada, dkk, menyoroti potensi besar bambu sebagai sumber energi terbarukan.

Para peneliti menemukan bahwa biomassa bambu dapat diubah menjadi berbagai jenis bahan bakar melalui proses kimiawi. Hal ini membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus mengatasi krisis energi.

Namun, mereka menggarisbawahi bahwa pemanfaatan bambu besar-besaran masih menghadapi tantangan seperti perbanyakan tanaman dan kebutuhan lahan yang luas.

“Potensi bambu sebagai sumber energi terbarukan tetap menjanjikan dan perlu terus dikembangkan,” tulis Sonal Hada dan kolega.

Sisa kayu dan bambu untuk bahan pembangkjit biomassa di Mentawai. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

Penelitian terbaru tahun 2024 yang dilakukan Gokul Gopan, Renjith Krishnan, dan M Arun, membuka jalan pemanfaatan bambu sebagai sumber energi masa depan. Studi mereka yang berjudul “Review of bamboo biomass as a sustainable energy” menunjukkan bahwa biomassa bambu dapat diubah menjadi gas sintetis (syngas) yang dapat digunakan untuk menghasilkan listrik atau bahan bakar lain.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya pengembangan teknologi lebih efisien dan ramah lingkungan, dalam proses konversi biomassa bambu.

“Dengan potensi pertumbuhan cepat dan kemampuan menyerap karbon dioksida yang tinggi, bambu menawarkan solusi menjanjikan untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan krisis energi,” ungkap para peneliti di Journal of Law-Carbon Technologies.

Para peneliti memaparkan bahwa pemanfaatan bambu sebagai sumber energi, tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan.

Nasib Pembangkit Biomassa Bambu di Mentawai

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|