Tutupan Hutan Aceh Berkurang Setiap Tahun?

5 days ago 13
  • Luas tutupan hutan di Provinsi Aceh diperkirakan berkurang setiap tahun.
  • Tahun 2015, Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 21.056 hektar. Pada 2016 (21.060 hektar), 2017 (17.820 hektar), 2018 (15.071 hektar), 2019 (15.140 hektar), 2020 (14.756 hektar), 2021 (9.028 hektar), 2022 (9.383 hektar), 2023 (906 hektar), dan 2024 (10.610 hektar).
  • Tutupan hutan di Aceh berkurang akibat perambahan, pembalakan liar, pertambangan, hingga konversi menjadi kebun.
  • Dari 3,5 juta hektar kawasan hutan di Aceh yang ditetapkan Menteri Kehutanan, luas tutupan hutan yang ada hingga Desember 2024 sekitar 2.936.525 hektar.

Luas tutupan hutan di Provinsi Aceh diperkirakan berkurang setiap tahun. Bila dibandingkan tahun 2023, maka pada 2024 terjadi peningkatan kerusakan hingga 19 persen.

Lukmanul Hakim, Manager Geographic Information System (GIS) Yayasan HAkA, menjelaskan pada 2023, Aceh kehilangan tutupan hutan sekitar 8.906 hektar.

“Namun pada 2024, tutupan yang hilang mencapai 10.610 hektar,” jelasnya, Selasa (25/2/2025).

RInciannya, seluas 5.699 hektar berada di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) yang merupakan wilayah hutan hujan tersisa di Sumatera. Sementara 4.911 hektar, berada di luar di luar KEL.

“Dari 3,5 juta hektar kawasan hutan di Aceh yang ditetapkan Menteri Kehutanan, luas tutupan hutan yang ada hingga Desember 2024 sekitar 2.936.525 hektar.”

Baca: Tutupan Hutan Aceh Berkurang, Bencana Alam Mengancam

Suaka Masrgasatwa Rawa Singkil yang kondisinya tidak baik-baik saja karena mengalami tekanan pembukaan lahan. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Lukman menjelaskan, penghitungan kerusakan dilakukan menggunakan metode penginderaan jauh dengan interpretasi visual manual citra satelit, yaitu Landsat 8, Sentinel 2, dan Planet Scope. Lalu, dibantu data peringatan dini kehilangan pohon (Glad Alert) dari Global Forest Watch (GFW). Hasil temuan tersebut, diverifikasi memanfaatkan drone dan citra satelit resolusi tinggi, Planet Scope, dan Google Earth

Jika dihitung setiap kabupaten/kota, maka Aceh Selatan menjadi penyumbang kehilangan tutupan hutan terbesar selama tiga tahun terakhir.

“Pada 2024, Aceh Selatan kehilangan hutan seluas 1.357 hektar, disusul Kabupaten Aceh Timur (1.096 hektar), serta Kota Subulussalam (1.040 hektar).”

Baca: Visi Lingkungan Harus Ada pada Calon Gubernur Aceh

Suaka Masrgasatwa Rawa Singkil yang memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup di sekitarnya. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Kerusakan juga terjadi di Suaka Margasatwa (SM) Rawa Singkil yang pada 2024 menncapai 425 hektar. Jika dihitung 2020-2024, tutupan hutan yang hilang mencapai, 2.181 hektar.

“Sementara di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) wilayah Aceh, tutupan hutan yang hilang pada 2024 mencapai 100 hektar. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 23,41% dibanding tahun sebelumnya.”

Menurut Lukman, meski perlindungan SM Rawa Singkil dan TNGL tergolong tinggi, tapi kerusakan masih terjadi.

“Kami ingin sampaikan dua rekomendasi. Pertama, perkuat perlindungan hutan disertai program pemulihan untuk wilayah terdegradasi. Kedua, optimalkan penegak hukum dalam penanganan kasus kejahatan,” paparnya.

Baca: Aceh Selatan Banyak Kehilangan Tutupan Hutan, Mengapa?

Suaka Masgasatwa Rawa Singkil yang luasnya 82 ribu hektar, berada di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, dan Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Berdasarkan catatan HAkA, tahun 2015, Aceh kehilangan tutupan hutan seluas 21.056 hektar. Pada 2016 (21.060 hektar), 2017 (17.820 hektar), 2018 (15.071 hektar), 2019 (15.140 hektar), 2020 (14.756 hektar), 2021 (9.028 hektar), dan 2022 (9.383 hektar).

Menurut Lukman, daerah yang paling banyak kehilangan tutupan hutan pada 2022 adalah Kabupaten Aceh Selatan (1.883 hektar), Aceh Jaya [776 hektar], Aceh Timur [753 hektar], Aceh Utara [666 hektar], dan Aceh Barat [642 hektar].

Pada 2023, Aceh Selatan (1.854 hektar), Kota Subulussalam (911 hektar), Aceh Utara (866 hektar), Aceh Timur (611 hektar), dan Aceh Barat (557 hektar).

“Tutupan hutan berkurang akibat perambahan, pembalakan liar, pertambangan, hingga konversi menjadi kebun,” ungkapnya

Baca juga: Madu, Pohon Sialang dan Hutan Gambut Rawa Singkil

Hutan Leuser merupakan paru-paru dunia yang harus dijaga. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Perlindungan dan pemulihan hutan

A. Hanan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, memastikan, Pemerintah Aceh berupaya menangani deforestasi yang terjadi. Termasuk, bekerja sama dengan berbagai pihak untuk melindungi dan memulihkan hutan.

“Hilangnya hutan bukan sekadar masalah lingkungan, tetapi juga ancaman serius bagi masyarakat dan ekonomi lokal, serta meningkatkan risiko bencana,” terangnya, Selasa (25/2/2025).

Hutan Aceh menghadapi tekanan hebat akibat aktivitas ilegal, termasuk penggunaan lahan yang tidak berizin.

“Kami terus memperkuat kebijakan pengelolaan dan konservasi, termasuk mendorong perhutanan sosial agar masyarakat dapat mengelola secara berkelanjutan,” ujarnya.

Hutan Leuser merupakan bentang alam luar biasa yang kaya keragaman hayati. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Muzakir Manaf, Gubernur Aceh, saat pelantikan Bupati Aceh Tenggara, Minggu (16/2/2025), mengatakan pemerintahan baru di Aceh Tenggara harus ikut menjaga hutan Leuser. Hutan ini merupakan aset terbesar Aceh dan juga paru-paru dunia.

“Hutan Leuser sangat penting dijaga dan dilestarikan.”

Menjaga hutan, termasuk di Kabupaten Aceh Tenggara, sangat penting dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana alam. Untuk itu penebangan liar harus dihentikan.

“Hutan tidak hanya memberikan manfaat ekosistem lingkungan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk pariwisata. Ini semua bisa mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat,” tegasnya.

Farwiza Farhan, Perempuan Inspiratif Penjaga Hutan Leuser

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|