- Dalam mitos Amazon, boto dianggap sebagai makhluk gaib yang mampu berubah wujud menjadi manusia, namun penelitian ilmiah baru-baru ini mengungkap sisi unik lain dari perilaku mereka yang belum pernah tercatat sebelumnya.
- Peneliti mencatat perilaku lumba-lumba boto yang menyemprotkan urin ke udara sambil berinteraksi dengan pejantan lain. Perilaku ini diduga memiliki fungsi komunikasi sosial atau kimiawi.
- Urin yang disemprotkan mungkin membawa sinyal tentang status sosial atau kesehatan boto. Meski komunikasi kimia umum pada hewan darat, fenomena ini jarang teramati di perairan karena keterbatasan organ penciuman pada hewan laut.
Para ahli biologi tercengang ketika menemukan perilaku aneh pada lumba-lumba sungai Amazon, yang dikenal dengan sebutan boto. Lumba-lumba ini membalikkan tubuhnya hingga perut menghadap ke atas saat buang air kecil, lalu memancutkan urin ke udara. Menariknya, lumba-lumba jantan lain kerap mendekati semburan tersebut, bahkan kadang mengejar pancuran itu dengan moncongnya. Beberapa peneliti menduga bahwa perilaku ini berkaitan dengan penandaan aroma dan strategi pemilihan pasangan, meskipun alasan pastinya masih terus diteliti.
Fenomena tersebut ternyata sejalan dengan cerita rakyat yang telah lama berkembang di wilayah Amazon. Dalam kisah tradisional, lumba-lumba sungai jantan sering digambarkan sebagai jelmaan (encantade) yang mampu berubah menjadi pria tampan di malam hari untuk merayu perempuan. Meskipun legenda ini mungkin muncul karena kemiripan organ kelamin lumba-lumba dengan manusia, tim ahli biologi asal Kanada yang mengamati populasi lumba-lumba di Brasil tengah selama empat tahun tidak menemukan bukti adanya perubahan wujud seperti dalam cerita tersebut. Sebaliknya, mereka mendokumentasikan 36 kejadian unik “lomba buang air” di udara, yang mengungkap sisi lain dari keanehan perilaku boto.
Baca juga: Lumba-lumba Pink, Predator Puncak Sungai Amazon yang Suka Bermain
Keberanian Boto dan Rentetan Permainan Aneh
Menurut salah satu peneliti, Claryana Araújo-Wan, pengamatan ini menimbulkan rasa penasaran mendalam, sebab jarang sekali ada laporan perilaku tersebut pada mamalia perairan lain. “Kami benar-benar kaget karena ini pertama kalinya kami melihat perilaku seperti itu,” ujarnya kepada New Scientist.
Cara Kerja “Aerial Urination” dan Interaksi Jantan
Para ilmuwan mendokumentasikan sedikitnya 36 kejadian semprotan urin ke udara di Sungai Tocantins sejak 2014 sampai 2018, mencatat urutan, durasi, serta konteks sosialnya. Ketika perut boto tampak di atas permukaan, penis lumba-lumba muncul, lalu urin melesat membentuk pancuran sekitar 90 sentimeter. “Ketika terdapat pejantan ‘penerima,’ ia bisa mendekati semburan urin dengan moncongnya—kadang hingga mengejarnya—atau sekadar bertahan di area di mana saat urin menyentuh air,” sebut laporan dalam jurnal Behavioural Processes.
Durasi rata-rata aksi ini sekitar 10–11 detik, walau kadang hanya 1 detik atau bisa berlangsung hingga 41 detik. Para peneliti mencatat bahwa mayoritas pelaku dan penerima sama-sama lumba-lumba jantan. Mereka menduga bulu-bulu halus di moncong boto bisa berfungsi sebagai reseptor kimia. “Penyemprotan urin ke udara, yang kerap terjadi saat ada pejantan lain, memiliki peran sosial atau komunikasi yang lebih luas daripada sekadar mengeluarkan limbah.”
Baca juga: Lumba-Lumba “Jomblo” di Laut Baltik, Bicara Sendiri Karena Kesepian
Peran Kimia dan Bunyi Saat Urin Menerpa Permukaan Air
Mamalia darat biasanya mengandalkan urin sebagai penanda teritorial atau untuk mengungkap dominasi serta kondisi fisik. Pengamatan perilaku serupa di lingkungan air cenderung lebih langka. Terlebih lagi, sebagian besar mamalia laut, termasuk paus dan lumba-lumba, kehilangan atau setidaknya memiliki sistem penciuman yang berkurang. Akan tetapi, riset terbaru menunjukkan mereka mampu mengenali senyawa kimia di air maupun di udara. “Kami sangat terkejut karena belum pernah melihat hal semacam ini,” ujar Claryana Araújo-Wang.

Pada ikan cichlid Afrika, urin dapat menandai wilayah atau menyiratkan kesiapan kawin. Crayfish narrow-closed pun menunjukkan reaksi menurun pada agresivitas jika mendeteksi urin crayfish lain. Maka, hipotesis lumba-lumba sungai turut mengarah pada gagasan bahwa pancuran urin mungkin menjadi sinyal kimia atau setidaknya menimbulkan bunyi tertentu ketika bercampur air, yang kemudian menarik perhatian lumba-lumba lain.
Baca juga: Spesies Ikan Bergigi Mirip Manusia dan Bermata Seperti Sauron Ditemukan di Pedalaman Amazon
Dugaan Motivasi Sosial hingga Pemilihan Pasangan
Dalam dua pertiga kasus, ada lumba-lumba jantan lain yang mengamati atau mendekati sang “urinator.” Tindakan itu menimbulkan spekulasi bahwa aromanya memuat informasi fisiologis atau status sosial. Bisa jadi, lumba-lumba jantan mencari tahu kondisi hormon rekan sejenis atau menilai seberapa kuat pesaing dalam konteks dominasi dan reproduksi.
Para peneliti berpendapat fenomena “aerial urination” ini kemungkinan bersifat multifungsi. Ada unsur komunikasi kimia, tapi mungkin juga menunjukkan rasa penasaran atau semacam permainan, mengingat boto dikenal sangat aktif serta jarang merasa gentar terhadap rangsangan baru.
Sejauh ini, para ahli yakin bahwa boto memanfaatkan gabungan reseptor kimia dan respons sentuhan haptik di moncong demi memahami keadaan fisiologis lumba-lumba lain. Penjelasan lebih lengkap tentu dibutuhkan guna memperkuat bukti bahwa pancuran urin menjadi bagian penting dari interaksi sosial para penghuni Sungai Amazon ini. Meski belum sepenuhnya terjawab, yang jelas keberanian dan kreativitas boto selalu menyuguhkan kejutan baru bagi sains maupun legenda setempat.