Nelayan Surabaya Jaga Mangrove, Khawatir Reklamasi

5 days ago 15
  • Hutan mangrove menjadi benteng tambak ikan bandeng dan udang seluas 1.350 hektar di Kelurahan Keputih, Sukolilo, Surabaya.
  • Luas hutan mangrove di Kelurahan Keputih seluas 112,36 hektar kondisinya semakin menurun secara kualitas maupun kuantitas.
  • Peneliti Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) Ziadatur Rizqiyah menyimpulkan mangrove turut berfungsi menyaring sampah dari daratan yang mengalir dari sungai ke lautan.
  • Hutan mangrove Wonorejo menjadi habitat bagi sekitar 49 spesies burung pesisir. Bahkan menjadi daerah transit bagi koloni ribuan burung biru laut ekor hitam atau biru laut ekor blorok (godwit). Burung migran dari wilayah Eropa-Asia yang transit ke Indonesia.

Benteng hijau hutan mangrove masih terlihat di pesisir timur Surabaya, Jawa Timur. Bentang mangrove ini berperan penting dalam menjaga pesisir. Ia jadi tempat migrasi burung-burung lintas benoa, ekosistem mangrove juga berfungsi menahan terjangan ombak dan mencegah abrasi. Sayangnya, ekosistem penting ini kini terancam reklamasi proyek bertajuk Surabaya Waterfront Land (SWL).

Wahadi, menatap hamparan tambak di Kelurahan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Aneka jenis mangrove di tepian tambak yang membuatnya begitu rindang.

Mangrove-mangrove itu jug berfungsi menahan laju abrasi, mencegah pendangkalan muara dan menjadikan pergantian air ke tambak lancar. Maklum, setiap 15 hari sekali, para petambak mesti mengganti air tambak dengan yang baru.  

Dia khawatir, rencana reklamasi untuk pulau buatan oleh PT Granting Jaya seluas 1.085 hektar berdampak terhadap ekosistem mangrove karena sedimentasi. “Tambak-tambak pasti rusak terkena dampaknya,” katanya.

Begitu pentingnya mangrove, Wahadi pun bertekad untuk terus menjaganya. Bekerjasama dengan organisasi Wahana Visi Indonesia, Wahadi dan para petani lain menanam berbagai jenis mangrove.

Hutan mangrove, katanya, juga  berfungsi menjadi tempat berkembang biak beragam biota laut.  Wahadi mengajak nelayan kerang tak lagi menggunakan garit, yakni,  pengait berjari yang terbuat dari besi untuk menangkap kerang. Alat tangkap ini, katanya, merusak ekosistem laut. Garit merusak akar mangrove, hingga tanaman tumbang dan mati. 

Total luas tambak di Keputih mencapai 1.350 hektar dengan sekitar 200 petani pengelola. Mereka membudidayakan bandeng (Chanos chanos), udang windu (Penaeus monodon), dan udang vaname (Litopenaeus vannamei). 

Wahadi mengelola tambak bandeng 3,5 hektar. Rerata setiap 3,5 bulan panen bandeng antara 6-7 kwintal. “Penghasilan kotor sekitar Rp12 juta-Rp 15 jutaan per 3,5 bulan,” katanya kepada Mongabay belum lama ini. 

Untuk menambah penghasilan mereka menangkap udang sayur dan kepiting liar. Maklum, rimbun tanaman bakau menjadikan kawasan ini banyak  kepiting. Hasilnya, lumayan untuk tambahan beli bensin dan membayar kebutuhan sekolah anak. 

Para petani tambak sadar kalau hutan mangrove berperan penting menahan abrasi. Sejak setahun lalu, mereka menanam aneka jenis bibit di kawasan konservasi hutan mangrove di  pesisir Keputih ini. Mangrove mereka tanam di sekitar muara sungai hingga pesisir. 

Penanaman itu juga mendapat bantuan dari Pemerintah Korea Selatan. Tahap pertama tanam 17.000 bibit,  dan tahap kedua 21.000  bibit. Petani tambak juga mengolah buah mangrove menjadi sirup dan biji mereka sangrai menjadi kopi. 

Selama beberapa tahun ini Pemerintah Kota Surabaya melakukan normalisasi Sungai Keputih. Pengerukan sungai agar  lebih dalam dan lebar. Petani tambak, katanya, sudah  merasakan dampak normalisasi Sungai Keputih. Aliran air ke tambak lancar. “Pemerintah Kota Surabaya telah menormalisasi sungai menghabiskan dana ratusan miliar,” katanya.

Nelayan tambak menebar jala di kawasan Mangrove Wonorejo, kawasan yang dekat dengan PSN Surabaya Waterfront Land. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

Terdesak alih fungsi

Dwimarsa Ardilamita, Peneliti dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, menemukan fakta hutan mangrove di pesisir pantai timur Surabaya dalam keadaan rusak. Di Kelurahan Keputih, sepanjang pantai 4,8 kilometer dominan tambak. Luas hutan mangrove di Kelurahan Keputih  112,36 hektar. 

“Kondisi hutan mangrove di Kelurahan Keputih semakin menurun secara kualitas maupun kuantitas,” katanya.

Kerusakan mangrove antara lain, untuk perluasan permukiman, tambak dan  penebangan liar.  Juga,  rendahnya kesadaran sebagian masyarakat tentang konservasi dan fungsi ekosistem mangrove, kemiskinan, pencemaran akibat pembuangan limbah industri dan serangan hama. 

Dwimarsa pun usul agar pengelolaan kawasan konservasi mangrove melibatkan masyarakat pesisir  dengan penetapan kawasan konservasi wilayah pesisir. Dia usul, kawasan konservasi terbagi jadi zona inti, pemanfaatan terbatas, dan zona lain. Zona inti meliputi area lindung seperti  mangrove, sempadan pantai dan sempadan sungai. 

Untuk zona pemanfaatan terbatas budidaya perikanan tambak yang memerlukan kerjasama dalam pengelolaan perikanan tambak dengan sistem silvofishery. Sebuah model yang menggabungkan antara budidaya ikan dengan pelestarian mangrove yang melibatkan peran serta masyarakat. 

Jenis mangrove di Kelurahan Keputih meliputi Mentigi (Ceriops Tagal), Tanjang (Rhizophora Apiculata), Bakau (Rhizophora Mucronata), Prapat Sonneratia Alba, Nyirih (Xylocarpus Granatum), dan Api-api (Avicennia Marina).

Ziadatur Rizqiyah, Peneliti Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) meneliti hutan mangrove di pesisir Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Surabaya. Hasilnya,  mangrove berfungsi menyaring sampah dari daratan yang mengalir melalui sungai ke lautan. 

“Rata-rata dalam dua hari terkumpul 500 kilogram lebih, terdiri atas berbagai jenis sampah plastik,” katanya.

Sedangkan di  Kenjeran setiap bulan, terjaring sekitar 200 kilogram lebih. Mangrove, katanya, membantu menahan laju sampah ke laut. Sampah yang mengalir dari sungai, pada akhirnya berakhir di muara. 

Peran penting hutan mangrove juga untuk menjaga pesisir agar terhindar dari abrasi atau pengikisan tanah akibat gelombang laut. Mangrove memecah gelombang pasang-surut yang besar.

Secara ekologis,  mangrove juga menjadi habitat aneka biota laut  untuk pemijahan atau peranakan, biasa di area tenang. “Tempat pemijahan ikan, kepiting, mimi, ubur-ubur, dan udang,” katanya. 

Ia juga habitat aneka jenis kerang, keong, dan burung. Berbagai jenis burung menjadikan mangrove sebagai tempat mencari pakan dan tempat tinggal. Secara ekologis, katanya, jika terjadi reklamasi pesisir akan mengancam hutan mangrove.

Tanaman pun akan mati karena  reklamasi menghalangi proses pasang surut dan sedimentasi perakaran mangrove perlukan. “Tergantung konsentrasinya, bisa juga menimbulkan kematian mangrove.” 

Dia bilang, hutan mangrove Wonorejo seluas 50 hektar terdiri atas 12-20 spesies. Vegetasi mangrove sangat padat dan rapat. BRUIN turut menanam atau reboisasi dan membersihkan sampah di area mangrove. “Sampah-sampah di area mangrove menutupi akar-akar mangrove. Sehingga mengganggu pernafasan dan proses fotosintesis,” katanya. 

Kawasan hutan mangrove yang berdekatan dengan rencana reklamsi dan terancam proyek ini. Foto: Eko Widianto/Mongabay Indonesia

Transit burung migran

Komunitas bird packers menilai hutan mangrove Wonorejo merupakan wilayah penting bagi spesies burung pesisir. Pegiat bird packers sekaligus verifikator data Burungnesia Oki Rahmatirta Wibisana sempat jadi koordinator pengamatan burung pesisir di hutan mangrove Wonorejo, Surabaya pertengahan November 2024.

Hasil pengamatan mahasiswa, komunitas fotografer dan pengamat burung asal Surabaya dan sekitar menemukan ada 49 spesies burung pesisir di area ini. Mereka juga mengamati koloni ribuan burung biru laut ekor hitam atau biru laut ekor blorok (godwit). Burung migran dari wilayah Eropa-Asia yang transit ke Indonesia.  “Koloni burung tersebut terbang hingga ke Australia,” katanya. 

Burung migran ini, katanya, biasa transit di hutan mangrove Wonorejo sampai ribuan. Secara umum,  migrasi mulai Agustus hingga Februari. Sedangkan arus balik menyesuaikan musim berkembang biak. “Beberapa spesies burung dari Siberia,”katanya.

Migrasi burung ini dipengaruhi musim dingin atau salju yang mengakibatkan sumber pakan menurun hingga burung berpindah atau migrasi untuk mencari sumber pakan di daerah lain.

Hutan mangrove Wonorejo menjadi tempat transit karena menyediakan bahan pakan dan naungan yang masih alami. “Hutan mangrove Wonorejo menjadi tempat transit burung migran, yang tidak ditemukan di tempat lain,” katanya. 

Kebanyakan terdiri atas burung air, burung pantai yang transit di wilayah berlumpur di pesisir Wonorejo. Hutan mangrove Wonorejo terjaga, katanya, bisa menyediakan  pakan alami seperti beragam ikan, moluska dan udang kecil yang melimpah. Begitu pentingnya ekosistem ini, warga  melarang siapapun berburu satwa, dan burung dan aktivitas apapun yang berisiko merusak mangrove. 

Hutan mangrove, kata Oki, berfungsi sebagai penyerap karbon. Tanaman mangrove mampu menyerap emisi karbon sebanyak lima kali lipat lebih besar dari hutan terestrial. Hutan mangrove juga habitat bagi mikro organisme perairan seperti ikan, udang, moluska, dan lain-lain. 

 Oki bilang, disana  sesekali juga menemui burung kacamata Jawa (Zosterops flavus) yang statusnya dalam kondisi kritis. Karena itu, Oki pun meyakini, rencana reklamasi di Kenjeran akan berdampak besar bagi ekosistem pesisir Surabaya. 

Jogging track yang dibuat untuk pengunjung yang akan berkeliling Kebun Raya Mangrove Surabaya. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

Wahyu Eka Setiawan, Direktur Eksekutif Walhi  Jawa Timur,  menjelaskan, peran penting hutan mangrove dalam menahan laju abrasi. Hutan mangrove turut  menjaga pesisir, tidak mudah tergerus air laut. Sekaligus memfilter air laut. Fungsi penting lainnya mangrove menyerap karbon lebih besar dibandingkan tanaman lain di daratan. 

Menurut Wahyu, mangrove yang membentang di pesisir Sukolilo dan Wonorejo merupakan kawasan lindung yang tidak boleh dibangun. Namun demikian, peluang tetap terbuka untuk aktivitas ekonomi tanpa mengubah kawasan. 

Hutan mangrove menjadi benteng ancaman abrasi yang mengancam kawasan pesisir di sepanjang Kecamatan Bulak-Sukolilo-Wonorejo. Beberapa titik sudah mengalami abrasi. “Jika ditambah beban pulau buatan dengan reklamasi, tentu kawasan pesisir Timur Surabaya sangat rentan sekali,” kata Wahyu. 

*****

Kebun Raya Mangrove Surabaya ini Satu-satunya di Indonesia

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|