- Mikroplastik merupakan ancaman nyata di perairan Jakarta.
- DLH Jakarta, sejak 2022 telah memantau 63 titik perairan yang mencakup danau, sungai, air tanah, serta laut dan pulau-pulau sekitar Jakarta. Hasilnya, perairan di kepulauan masih mengandung mikroplastik, meski di tengah laut jumlahnya lebih sedikit.
- Yayasan Ecoton telah melakukan riset pencemaran mikroplastik di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. Hasilnya, di Pulau Onrust ditemukan 35 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan, 19 partikel swab kulit warga, dan 7 partikel pada daun.
- Beberapa jenis mikroplastik yang ditemukan meliputi fiber dari kain polyester atau nilon. Ada juga film dari plastik transparan, fragmen dari kemasan sachet, dan foam dari styrofoam.
Riki Summiadin (33), Petugas kebersihan Dinas Kebudayaan Jakarta, sibuk mengangkat sampai di tepian Pulau Onrust, Kepulauan Seribu.
“Plastik mendominasi, mulai botol, kemasan makanan, hingga styrofoam. Kadang, ada bangkai ikan atau ayam,” ungkapnya, Sabtu (22/02/2025).
Dia bekerja sendiri di pintu masuk pulau seluas 8,22 hektar tersebut. Sampah yang datang ke perairan ini tidak hanya ketika hujan, tetapi juga saat angin kencang.
Sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara, sebelum diangkut tim Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta.
“Tahun ini agak berkurang, namun sampah plastik masih mendominasi,” ujarnya.
Baca: Produk Kosmetik dan Perawatan Diri Mengandung Mikroplastik?

Apakah perairan Pulau Onrust tercemar mikroplastik?
Yayasan Ecoton telah melakukan riset menggunakan alat microplastic scanning. Ecoton juga mengambil sampel daun tanaman dan melakukan swab kulit warga yang berjualan di kawasan tersebut. Sebelumnya, mereka mengambil sampel serupa di Pulau Untung Jawa dan Pulau Kecipir.
Rafika Aprilianti, Kepala Laboratorium Ecoton, mengatakan pengambilan sapel di Pulau Onrust karena lokasinya dekat laut dan banyak sampah plastik kiriman maupaun dari pulau itu sendiri.
“Kami lakukan swab kulit, karena mikroplastik bisa masuk ke tubuh manusia melalui pernapasan, pencernaan, dan kontak langsung melalui pori-pori kulit. Sementara daun, mampu menangkap mikroplastik yang terbawa udara sehingga berfungsi sebagai biofilter alami,” jelasnya, Sabtu (22/2/2025).
Baca: Studi: Meski Sudah Didaur Ulang, Mikroplastik Masih Tetap Jadi Sumber Pencemar

Hasil penelitian menunjukkan, di Pulau Onrust ditemukan 35 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan, 19 partikel swab kulit warga, dan 7 partikel pada daun. Di Pulau Untung Jawa, sebanyak 72 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan, 68 partikel swab kulit petugas kebersihan dan 21 partikel swab warga, serta 13 partikel di daun. Sementara di Pulau Kecipir, ditemukan 44 partikel mikroplastik per 10 liter air, 25 pada swab kulit, dan 17 partikel pada daun.
Untuk memastikan partikel tersebut benar-benar mikroplastik, tim menggunakan metode identifikasi laboratorium, seperti tes FTIR, yang dapat membedakan jenis polimer.
“Beberapa jenis mikroplastik yang kami temukan meliputi fiber dari kain polyester atau nilon. Ada juga film dari plastik transparan, fragmen dari kemasan sachet, dan foam dari styrofoam.”
Meskipun Onrust dan Kecipir tidak berpenghuni, namun mikroplastik tetap ditemukan. Sebab, sampah plastik tidak mengenal batas administratif, termasuk dari pulau lain dan aktivitas wisatawan.
“Jika pemerintah bisa menerapkan sistem sanksi, seperti tilang bagi pelanggar lalu lintas, maka hal serupa dapat dilakukan dalam pengelolaan sampah plastik,” ungkapnya.
Baca juga: Ikan Robot untuk Atasi Persoalan Mikroplastik

Ditemukan di perairan Jakarta
Rahmawati, Kepala Sub Kelompok Pemantauan Kualitas Lingkungan DLH Jakarta, mengapresiasi upaya Ecoton yang merupakan bagian AZWI (Aliansi Zero Waste Indonesia), dalam memantau mikroplastik di perairan Jakarta.
DLH Jakarta, sejak 2022 telah memantau 63 titik perairan yang mencakup danau, sungai, air tanah, serta laut dan pulau-pulau sekitar Jakarta.
Dari jumlah tersebut, 15 titik berada di kawasan kepulauan, termasuk pulau reklamasi, pulau berpenduduk, dan pulau konservasi.
“Hasilnya, perairan di kepulauan masih mengandung mikroplastik, meski di tengah laut jumlahnya lebih sedikit,” jelasnya, Sabtu (22/2/2025).
Fokus pemantauan juga digeser ke sungai dan danau, untuk mendapatkan data lebih akurat. Tentunya, dilakukan dengan berbagai metode, termasuk alat sampling yang sesuai standar. Namun, belum adanya baku mutu spesifik untuk mikroplastik dalam air, masih menjadi kendala.
“Misal, kadar baku mutu E. coli dalam air sudah ditetapkan. Tetapi, untuk mikroplastik belum ada batasnya, sehingga apakah 100 partikel per meter kubik sudah dianggap tercemar atau tidak harus dibahas. Selain itu, perbedaan musim juga mempengaruhi hasil pemantauan.”
Untuk menangani pencemaran, DLH Jakarta berupaya meminimalisir sampah plastik dari sumbernya.
“Pengelolaan sampah berbasis komunitas telah dilakukan. Setiap RW di Jakarta, wajib memiliki tempat pengolahan sampah sendiri,” paparnya.
Penelitian: Indonesia Urutan Ketiga di Dunia Penghasil Polusi Plastik