Macan Kumbang Mangsa Ternak Warga Banten, Habitat Terganggu?

2 days ago 7
  • Apa yang membuat macan kumbang masuk permukiman warga? Apakah habitatnya terganggu atau sumber pakannya berkurang? Panthera pardus melas ini ditangkap tim gabungan BKSDA Jabar-Banten di Kampung Sepang, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (28/3/2025).
  • Identifikasi awal menunjukkan, usia macan tutul ini sekitar 12 tahun, sehingga lebih memilih wilayah jelajah baru. Untuk itu, ia memilih mangsa yang lebih mudah dijangkau, seperti ternak warga.
  • Peristiwa ini terjadi bukan karena Cagar Alam Gunung Tukung Gede, yang merupakan habitatnya, mengalami kerusakan. Kawasan hutan tersebut dalam kondisi baik. Menurut pantauan tim melalui kamera jebak, di kawasan seluas 1,519.50 hektar ini terdeteksi sekitar 10 individu macan kumbang dewasa.
  • Macan tutul, termasuk macan kumbang, mempunyai preferensi pakan beragam, mulai burung, mamalia kecil, kelelawar, hingga mamalia besar. Hewan-hewan tersebut masih cukup umum ditemukan, bahkan di hutan yang mengalami gangguan.

Apa yang membuat macan kumbang masuk permukiman warga? Apakah habitatnya terganggu atau sumber pakannya berkurang?

Sejumlah pertanyaan muncul setelah Panthera pardus melas ini ditangkap tim gabungan BBKSDA Jabar-Banten di Kampung Sepang, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (26/3/2025).

Tuwuh Rahardianto Laban, Kepala Resort Konservasi Konservasi Wilayah III BBKSDA Jabar-Banten, menduga kucing besar ini masih dalam tahap pencarian teritori baru dan belajar berburu. Untuk itu, ia memilih mangsa yang lebih mudah dijangkau, seperti ternak warga.

“Identifikasi awal menunjukkan, usianya sekitar 1-2 tahun, sehingga lebih memilih wilayah jelajah baru,” terangnya, Jum’at (28/3/2025).

Peristiwa ini terjadi bukan karena Cagar Alam Gunung Tukung Gede, yang merupakan habitatnya, mengalami kerusakan. Kawasan hutan tersebut dalam kondisi baik. Menurut pantauan tim melalui kamera jebak, di kawasan seluas 1,519.50 hektar ini terdeteksi sekitar 10 individu macan kumbang dewasa.

“Belum termasuk anak-anaknya.”

Baca: Menghitung Populasi Macan Tutul Jawa di Habitat Tersisa

Macan tutul ini berhasil ditangkap oleh tim gabungan BBKSDA Jabar-Banten, pada Rabu (26/3/2025). Foto: Dok. BBKSDA Jabar-Banten

Macan kumbang diperiksa intensif

Rahardianto melanjutkan, macan kumbang ini telah memangsa sembilan ekor kambing dan lima ekor ayam warga, sejak dilaporkan kehadirannya pada 12 Maret 2025.

Upaya penangkapan awal dengan kandang jebak ukuran kecil tidak berhasil. Berikutnya, tim gabungan kembali memasang kandang jebak lebih besar yang didatangkan dari Taman Safari Indonesia (TSI), pada 26 Maret 2025.

“Sekitar pukul 22:00 WIB, macan tersebut masuk perangkap dan tidak dilakukan pembiusan karena tidak menunjukkan agresivitas. Tim hanya menggunakan ayam hidup dan ayam potong sebagai umpan. Selanjutnya, satwa dilindungi ini dititipkan di TSI untuk dilakukan pemeriksaan intensif.”

Untuk mencegah konflik serupa di masa mendatang, tim akan melakukan patroli rutin serta melibatkan masyarakat melalui MMP (Masyarakat Mitra Polhut).

“Bila hutan rusak tidak hanya macan kumbang yang keluar habitat, satwa liar lain juga akan melakukan hal yang sama,” ujarnya.

Baca: Terekam Kamera: Macan Tutul Mangsa Kucing Kuwuk di Hutan Muria

Slamet Ramadhan, macan kumbang yang dilepasliarkan di Gunung Ciremai, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Juni 2019. Foto: Dok. KLHK

Kajian mendalam perilaku macan kumbang

Erwin Wilianto, Founder Save Indonesia Nature & Threatened Species (SINTAS) Indonesia, menegaskan fenomena macan kumbang terkam ternak warga di Banten, baiknya ada kajian mendalam.

Meski demikian, kondisi yang terjadi membuat macan tutul memang perlu diselamatkan, baik untuk meredakan keresahan masyarakat maupun demi keselamatan macan itu sendiri.

“Berdasarkan informasi lapangan, sepertinya ada anomali perilaku yang perlu segera diperiksa dan ditangani. Hal penting bagi pengelola kawasan maupun tim rescue adalah beberapa tahun lalu ada macan tutul yang tidak jauh dari lokasi, mengidap penyakit canine distemper virus yang coba diselamatkan.”

Erwin memperkirakan, macan kumbang ini bisa jadi sedang mencari teritori baru. Atau bisa juga karena induknya masih mengasuh anak.

Prediksi lain, mengikuti pergerakan mangsa yang pada masa-masa tertentu, musim tanam dan panen cenderung mendekati perkebunan. Atau juga, memang ada gangguan di dalam hutan.

Kemungkinan menipisnya pakan alami sebagai penyebab fenomena ini cukup kecil.

“Sebab, macan tutul, termasuk macan kumbang, mempunyai preferensi pakan beragam, mulai burung, mamalia kecil, kelelawar, hingga mamalia besar. Nah, hewan-hewan ini masih cukup umum ditemukan, bahkan di hutan yang mengalami gangguan,” ujarnya anggota Fishing Cat Working Group ini.

Baca juga: Tidak Ada Harimau: Macan Dahan Penguasa Hutan Kalimantan

Dua individu macan kumbang ini terpantau di TN Bromo Tengger Semeru, akhir 2024 lalu. Foto: Instagram/Kemehut/BBTN Bromo Tengger Semeru

Saat ditanya kemungkinan habitat yang terbatas, Erwin mengatakan itu dilema konservasi.

“Jika dikatakan bahwa pengawetan dan perlindungan sudah baik sehingga populasi bertambah, sayangnya habitat sering kali tidak bertambah, karena lahannya tetap. Artinya, macan-macan baru perlu ruang hidup lebih luas.”

Cagar Alam Gunung Tukung Gede yang bersebelahan dengan Rawa Danau, kemungkinan sudah mendekati batas daya tampung. Untuk itu, pendekatan pengelolaan kawasan berbasis lanskap perlu dikedepankan.

Bisa saja, dikelola dengan menyambungkannya dengan hutan Akarsari (Gunung Aseupan, Gunung Karang, dan Gunung Pulosari) di selatan, termasuk Taman Hutan Raya (Tahura) Banten.

“Setelah dipahami penyebabnya, baru kita cari solusi intervensi paling tepat.”

Tidak ada solusi praktis yang bisa diterapkan secara universal di setiap lokasi.

“Namun, pada prinsipnya, pemantauan dan perlindungan tetap menjadi hal wajib di semua kawasan,” paparnya.

Macan Tutul dan Macan Kumbang, Satu Spesies Dua Nama

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|