Kapan terakhir kali kamu mendengar suara jangkrik bersahutan saat malam hari? Atau melihat kunang-kunang berkelap-kelip di malam hari, kupu-kupu serta capung berterbangan di sekitar kamu? Jika kamu jarang melihatnya, itu bukan sekadar perasaan saja.
Laporan “The Collapse of Insect” yang dirilis Reuters (2022) menyebut ada sekitar 5-10% spesies serangga punah dalam 150 tahun terakhir. Ini sama dengan 250-500 ribu spesies. Bahkan sejak 1970, populasi serangga menurun hingga 50%. Kepunahannya pun berlangsung cepat sekitar 1-2% tiap tahunnya. Jika terus terjadi, diprediksi sekitar 25% populasi serangga akan punah dalam 30 tahun ke depan.
Kabar kepunahan ini bisa membawa bencana bagi manusia dan ekosistem. Bahkan, ini bisa memicu krisis pangan dan konflik global. Serangga punya peranan besar dalam keseimbangan alam. Ia menjadi makanan bagi spesies lain seperti burung atau hewan amfibi. Mereka juga berperan sebagai penyerbuk dan pengontrol untuk hama. Sehingga, hilangnya serangga dapat menyebabkan hancurnya ekosistem darat dan air tawar.
Baca juga: Kepunahan Serangga Memicu Peperangan
Arifin Muhammad Ade dalam bukunya Narasi Ekologi: Kiamat Serangga dan Masa Depan Bumi menyebutkan kepunahan ini bisa berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Laju perubahan iklim dikhawatirkan oleh ilmuwan dapat mempercepat semua ini.
Lalu, jenis serangga apa saja yang sudah jarang ditemui tapi punya peranan penting dalam ekosistem dan kehidupan manusia. Berikut penjelasannya!
1. Kunang-kunang

Kunang-kunang merupakan serangga eksotik yang unik diantara serangga lainnya. Mereka mampu menghasilkan cahaya tidak panas disebut bioluminesensi. Cahayanya berfungsi sebagai alat komunikasi, menarik mangsa, mencari pasangan, dan berlindung dari predator.
Kehadiran kunang-kunang dapat menjadi bioindikator bahwa lingkungan sekitar daerah tersebut sehat. Sebab, kunang-kunang merupakan serangga yang bergantung pada ekosistem yang lestari.
Namun, populasi kunang-kunang kini terus berkurang. Urbanisasi, perubahan iklim, dan penggunaan pestisida menjadi faktor utama yang mengancam kelangsungan hidup mereka. Selain itu, polusi cahaya dari lampu-lampu kota turut mengganggu proses komunikasi kunang-kunang dalam menarik pasangan. Jika gangguan ini terus berlanjut, populasi mereka bisa semakin menyusut drastis, mengancam keberlanjutan spesies ini di alam.
Baca juga: Isyarat Pesan dari Cahaya Kunang-Kunang
2. Lebah

Lebah tak hanya menghasilkan madu, mereka menjadi penyerbuk utama yang membantu regenerasi hutan dan produksi pangan. Sebagai serangga polinator, hilangnya lebah akan menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem. Dampaknya, akan banyak tanaman pertanian gagal berbuah.
Urbanisasi, deforestasi dan masifnya penggunaan pestisida mengakibatkan populasi lebah terus menurun. Sejak 1850, ada 23 spesies lebah polinator di Inggris telah punah dan berdampak langsung pada persediaan makanan manusia. Kini tiap 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Lebah Sedunia untuk meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga keberadaan mereka.
3. Kupu-kupu

Kapan terakhir kali kamu melihat indahnya warna sayap kupu-kupu? Hitam dengan bulatan warna biru atau putih dengan corak kuning dan warna menarik lainnya.
Selain sebagai simbol kecantikan, kupu-kupu dianggap menjadi indikator kesehatan lingkungan, termasuk mendeteksi perubahan iklim. Sebagai ‘agen penyerbuk’, ia mampu menjangkau area lebih luas dibandingkan lebah.
Hingga 2010, IUCN menyebut ada penurunan signifikan pada populasi kupu-kupu asli Eropa hampir sepertiga populasi yang ada. Secara global, IUCN menyebut ada sekitar 18.000 spesies kupu-kupu yang terdata, 2.400 spesies diantaranya ada di Indonesia. Angka ini masih akan bertambah karena banyaknya serangga yang belum teridentifikasi di hutan tropis.
Jika laju kepunahan ini terus berlanjut, bukan hanya kupu-kupu yang hilang, tetapi juga kepada banyak tanaman dan hewan yang bergantung pada mereka.
Baca juga: Kapan Terakhir Kamu Menangkap Capung?
4. Capung

Keberadaan capung erat kaitannya dengan ekosistem perairan. Kehadiran mereka menjadi bioindikator kualitas air karena nimfa capung hanya dapat berkembang di lingkungan yang bersih. Penelitian di Indonesia juga memperlihatkan daerah dengan kualitas perairan yang baik, memiliki lebih banyak jenis capung.
Serangga yang dikenal sebagai naga terbang ini, juga diandalkan dalam pertanian untuk menumpas hama seperti wereng dan kutu daun. Nyamuk juga menjadi mangsa bagi serangga predator satu ini.
Sayangnya, dalam daftar merah spesies terancam punah IUCN mencatat 16 persen dari 6,016 spesies capung kini terancam punah. Ada seperempat spesies di Asia Tenggara terancam punah. Ini karena berkurangnya lahan basah dan deforestasi.
5. Kepik

Kepik dikenal dengan ladybug—serangga mungil dengan polkadot kecil berwarna. Hidupnya singkat hanya berkisar 2-3 tahun dan bertahan hidup dengan memakan nektar.
Serangga ini menjadi predator alami untuk hama seperti kutu daun dan tungau. Kemampuannya dalam mengendalikan populasi hama menjadikannya sekutu petani dalam pertanian organik. Tak jarang, petani juga akan memberikan lahan kecil dengan tanaman bunga agar kepik tertarik untuk singgah.
Saat ini, keberadaan kepik terancam dengan jumlah yang menurun. Sebagai serangga yang bergantung pada suhu lingkungan, perubahan iklim, polusi, dan hilangnya habitat menjadi alasan utamanya. Sementara penggunaan pestisida menambah ancaman bagi kehidupan mereka.
(****)
*Bernardino Realino Arya Bagaskara, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rio aktif sebagai jurnalis di pers mahasiswa Teras Pers. Dia memiliki minat pada isu sosial kemasyarakatan, termasuk lingkungan.