Interpol: Selama 2024, 20 Ribu Satwa Berhasil Disita dalam Operasi Anti Perdagangan Satwa di Dunia

1 day ago 9
  • Hampir 20.000 satwa yang terancam punah dan dilindungi berhasil diselamatkan dalam operasi kepolisian global yang dikoordinasi oleh Interpol pada akhir tahun 2024.
  • Kampanye ini, bernama Operation Thunder, yang melibatkan lembaga penegak hukum dari 138 negara dan menargetkan enam kelompok kejahatan transnasional.
  • Petugas melakukan ratusan penangkapan dan menyita ribuan burung, kura-kura, primata, kucing besar, trenggiling, serta reptil lainnya.
  • Interpol menyebut, kejahatan satwa liar diperkirakan bernilai hingga 17 miliar poundsterling (21 miliar dolar AS) per tahun di seluruh dunia, menjadikannya kejahatan internasional terbesar keempat setelah perdagangan senjata, narkoba, dan perdagangan manusia.

Selama tahun 2024 Interpol bekerjasama dengan World Customs Organization (WCO), melaporkan telah berhasil menyelamatkan hampir 20.000 satwa yang terancam punah atau dilindungi dari perdagangan ilegal. Operasi membongkar kejahatan lingkungan ini diberi sandi Operation Thunder 2024 yang melibatkan polisi, bea cukai, patroli perbatasan, petugas kehutanan, dan satwa liar dari 138 negara.

Pada 4 Februari, Interpol dan WCO mengumumkan sebanyak enam jaringan kriminal transnasional yang diduga melakukan perdagangan hewan dan tumbuhan yang dilindungi oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES) telah diidentifikasi, dengan jumlah 365 penangkapan yang telah dilakukan.

Menurut pernyataan pers bersama itu, ada sebanyak 2.213 dari penyitaan yang dilakukan di seluruh dunia selama Operation Thunder 2024, yang berlangsung dari 11 November hingga 6 Desember tahun lalu. Satwa hidup yang disita itu termasuk 12.427 burung, 5.877 kura-kura, 1.731 reptil lainnya, 33 primata, 18 kucing besar, dan 12 trenggiling.

Ini termasuk penyitaan secara signifikan 6.500 burung kicau yang ditemukan di Turki selama pemeriksaan kendaraan di perbatasan Suriah, serta 5.193 kura-kura hias slider bertelinga merah yang disembunyikan di koper penumpang yang tiba dari Malaysia di Bandara Internasional Chennai di India.

Sebanyak 12 trenggiling hidup disita selama minggu-minggu operasi, salah satunya seperti di Mozambik. Foto: Interpol dan WCO.
Penyitaan 18 kucing besar, termasuk anak-anak harimau ini yang ditemukan di Republik Ceko. Foto: Interpol dan WCO.
Oryx ini disita di Irak. Pengumpulan DNA merupakan bagian penting dalam mendukung proses penuntutan secara hukum. Foto: Interpol dan WCO.

Otoritas Amerika Serikat menemukan 1 metrik ton teripang yang dianggap sebagai makanan, yang diselundupkan dari Nikaragua. Australia dan Inggris melaporkan penyitaan empedu beruang, bahan yang digunakan dalam pengobatan tradisional yang dikumpulkan dengan menggunakan selang atau kateter yang dimasukkan ke dalam kantong empedu hewan tersebut.

Spesies-spesies ini diperdagangkan untuk memenuhi permintaan pasar sebagai makanan, dengan anggapan memiliki manfaat kesehatan, hewan peliharaan, atau barang “mewah,” menurut Interpol dan WCO.

“Jaringan kejahatan terorganisir mengambil keuntungan dari permintaan akan tumbuhan dan satwa langka, mengeksploitasi alam untuk memuaskan keserakahan manusia,” kata Sekretaris Jenderal Interpol, Valdecy Urquiza.

“Ini memiliki konsekuensi yang luas: mendorong hilangnya keanekaragaman hayati, menghancurkan komunitas, berkontribusi pada perubahan iklim, dan bahkan memicu konflik serta ketidakstabilan.”

Menurut Interpol, kejahatan satwa liar diperkirakan bernilai hingga 17 miliar poundsterling (21 miliar dolar AS) per tahun di seluruh dunia, menjadikannya kejahatan internasional terbesar keempat setelah perdagangan senjata, narkoba, dan perdagangan manusia. Otoritas mengidentifikasi lebih dari 100 perusahaan yang terlibat dalam perdagangan spesies yang dilindungi, sebut laporan itu.

Para ahli forensik satwa liar berencana mengumpulkan sampel DNA sebelum memindahkan hewan-hewan yang diselamatkan ke pusat konservasi. Sampel ini sering menjadi bukti kunci dalam penuntutan langkah hukum, tetapi juga dapat mengungkap rute dan tren perdagangan ilegal.

Ratusan ribu bagian hewan yang dilindungi, produk turunan, pohon, tumbuhan, biota laut, dan arthropoda (hewan dengan cangkang luar) juga disita, kata Interpol dan WCO.

Kayu juga dicatat sebagai temuan terbesar, dengan 214,9 metrik ton terutama dicegat dalam pengiriman melalui kargo laut. Sebagian besar penyitaan lainnya terjadi di bandara dan pusat pengolahan pos (surat).

Kulit macan tutul yang disita di Namibia selama operasi global terbesar yang pernah dilakukan melawan perdagangan satwa liar. Foto: Interpol dan WCO.
Hampir 4,5 ton sisik trenggiling yang disita di Nigeria. Foto: Interpol dan WCO.
Produk dari kulit ular sanca (piton), seperti sabuk yang disita di Italia ini, dianggap sebagai barang mewah atau bernilai tinggi. Foto: Interpol dan WCO.

Perdagangan ilegal sering difasilitasi secara daring (online). Interpol dan WCO menyatakan bahwa investigasi mengungkap tersangka yang mencoba memperluas jangkauan mereka dengan menggunakan banyak profil dan akun daring yang terhubung di berbagai kanal media sosial dan pasar online.

Sekretaris Jenderal WCO, Ian Saunders, memperingatkan bahwa perdagangan satwa liar ilegal “tumbuh dengan cepat”  dengan “efek yang menghancurkan.”

“Operation Thunder terus menyoroti kejahatan yang sering kali bukan menjadi prioritas bagi para aktor penegak hukum. Melalui upaya bersama, kami telah membangun mekanisme kerja sama yang memfasilitasi pertukaran informasi dan intelijen, serta menyempurnakan strategi penegakan hukum kami,” sebutnya.

Artikel ini dipublikasikan perdana di sini pada tanggal 10 Februari 2025 oleh Mongabay Global. Tulisan ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.

***

Foto utama: Satu dari  33 primata yang dilindungi disita selama Operation Thunder, salah satunya ditemukan di Chili. Foto: Interpol dan WCO.

Penyelundupan Satwa Langka Mulai Marak ke India

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|