Alasan Kuat, Masyarakat Penukal Pertahankan Kebun Buah Hutan

2 weeks ago 31
  • Tidak hanya untuk dikonsumsi, buah-buahan hutan juga memberi manfaat kesehatan untuk tubuh manusia.
  • Di Sumatera Selatan, buah-buahan hutan masih banyak banyak ditemukan di kebun adat, sepert jongot di Penukal, Kabupaten PALI (Penukal Abab Lematang Ilir), ghepangan di Semende, Kabupaten Muara Enim, dan benuaran di Kabupaten Empat Lawang.
  • Selain durian dan duku, buah hutan yang cukup dikenal masyarakat di Sumatera Selatan adalah beragam jenis Baccaurea. Sebut saja, rambai (Baccaurea motleyana), rukam (Baccaurea dulcis), dan tampui (Baccaurea macrocarpa).
  • Hasil studi mencatat 10 jenis tumbuhan Baccaurea spp., yang memiliki khasiat sebagai bahan ramuan obat tradisional yang dikembangkan masyarakat Indonesia, seperti mengatasi sakit perut, mengatur menstruasi, sakit kepala, obat jerawat, perawatan kulit, obat diabet, obat peradangan pada mata, obat gatal karena jamur, obat radang sendi artritis, dan sembelit.

Tidak hanya untuk dikonsumsi, buah-buahan hutan juga memberi manfaat kesehatan untuk tubuh manusia.

Di Sumatera Selatan, buah-buahan hutan masih banyak banyak ditemukan di kebun adat, sepert jongot di Penukal, Kabupaten PALI (Penukal Abab Lematang Ilir), ghepangan di Semende, Kabupaten Muara Enim, dan benuaran di Kabupaten Empat Lawang.

Jongot merupakan kebun buah hutan yang dimiliki keluarga pada masyarakat Penukal. Selain sebagai sumber pangan, obat-obatan, ekonomi, jongot juga berperan sebagai penjaga mata air Sungai Penukal yang bermuara ke Sungai Musi.

Selain durian dan duku, buah hutan yang cukup dikenal masyarakat di Sumatera Selatan adalah beragam jenis Baccaurea. Sebut saja, rambai (Baccaurea motleyana), rukam (Baccaurea dulcis), dan tampui (Baccaurea macrocarpa).

“Kalau di jongot paling banya buah rambai, tampui, dan rukam. Kalau saya paling suka buah rambai dan saya bikin jus. Segar dan enak,” kata Yusri Kolbi, Kepala Desa Kota Baru, Kecamatan Penukal Utara, Kabuapten PALI, awal Februari 2025.

Dari tiga tanaman tersebut, kayu rukam sering dimanfaatkan sebagai penumbuk padi atau galah, kerena keras dan kuat.

“Buah ini tidak lagi ditanam masyarakat di jongot, sebab bibitnya menyebar alami.”

Di Penukal, rambai, tampui, dan rukam bukan hanya dikonsumsi langsung, tapi juga dijadikan manisan, bumbu masak, dan obat tradisional.

“Buah rambai sebagai sambal irupan, cocolan buat ikan panggang. Sementara kulit buah rambai dijadikan asam untuk masakan pindang ikan,” kata Azizah [47], warga Desa Tempirai, Kecamatan Penukal Utara, pertengahan Februari 2025.

Sementara buah rukam yang muda digunakan untuk obat diare.

“Rebusan akar rukam sering dikonsumsi para ibu sehabis melahirkan. Tujuannya, untuk kesehatan,” kata Ermawati [58], warga Desa Tempirai, yang pernah menjadi tenaga kesehatan desa.

Baca: Hanya di Jongot, Buah-buahan Hutan ini Ditemukan

Tampui (Baccaurea macrocarpa) merupakan jenis Baccaurea yang banyak ditemukan di kebun adat atau hutan adat di Sumatera dan Kepulauan Bangka Belitung. Foto: Ariadi Damara/Mongabay Indonesia

Jenis-jenis Baccaurea

Mengutip pernyataan Prof Dr Tukirin Partomihardjo, peneliti senior dan Ketua Forum Tanaman Langka Indonesia, dalam artikel “Berjumpa dengan Keluarga Baccaurea” yang diterbitkan trubus.id, Genus Baccaurea mempunyai sekitar 30 jenis yang sudah diidentifikasi. Tanaman buah ini tersebar di Kalimantan, Sumatera, Indonesia timur, dan Malaysia. Sumatera merupakan pusat penyebaran Baccaurea.

Beberapa jenis yang dapat dikonsumsi adalah rukam, tampui, rambai, serta Baccaurea brachteata (kapul), Baccaurea lanceolate (langsat hutan), dan Baccaurea racemose (menteng). Satwa yang menyukai Baccaurea adalah kelelawar, burung, dan monyet.

Tumbuhan buah ini juga merupakan penyusun hutan primer, sebagai pengisi lapisan bawah. Lapisan hutan atas yang diisi pohon-pohon tinggi seperti kelompok Dipterocarpaceae atau meranti-merantian, tidak menghalangi tumbuhan ini berbuah lebat.

Banyaknya sebaran jenis Baccaurea di Sumatera juga melahirkan sejumlah nama desa. Misalnya, Desa Lubuk Tampui di Kecamatan Penukal Utara, Kabupaten PALI, Sumsel, dan Desa Tampui, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Lalu, Desa Rukam, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi.

Rambai menjadi nama desa yang ada di Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatera Barat; di Kecamatan Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara; dan di Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Riau.

Sementara di Pulau Bangka, batang rukam yang berduri, dalam ingatan masyarakatnya, pernah dijadikan senjata saat melawan penjajah tentara Belanda. Selain itu, buah rukam juga dijadikan obat tradisional, dan bumbu masak.

Baca: Jongot, Hutan Adat dan Masyarakat Penukal

Ada beberapa desa di Sumatera yang menggunakan nama tampui. Hal yang membuktikan buah ini tersebar di Sumatera. Foto: Ariadi Damara/Mongabay Indonesia

Buah hutan banyak manfaat

Artikel “Kajian Keanekaragaman Jenis Baccaurea spp., Pemanfaatan, Potensi dan Upaya Konservasinya di Kebun Raya Bogor” yang ditulis Esti Munawaroh dan Inggit Puji Astuti dari Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, LIPI (Pusat Riset Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, BRIN), menjelaskan sejumlah kegunaan dan potensi jenis tumbuhan Baccaurea spp., seperti yang dikoleksi Kebun Raya Bogor.

Pertama, ramuan obat tradisional. Hasil studi mencatat 10 jenis tumbuhan Baccaurea spp., yang memiliki khasiat sebagai bahan ramuan obat tradisional yang dikembangkan masyarakat Indonesia, seperti mengatasi sakit perut, mengatur menstruasi, sakit kepala, obat jerawat, perawatan kulit, obat diabet, obat peradangan pada mata, obat gatal karena jamur, obat radang sendi artritis, dan sembelit.

Kedua, sumber pangan. Disebutkan 15 jenis Baccaurea yang dijadikan sumber pangan. Yakni B.bracteate, B. dulcis, B. edulis, B. javanica, B. lanceolata, B. macrocarpha, B. minutiflora, B. motleyana, B. multiflora, B. parviflora, B. pyriformis,B. ramiflora, B. racemose, B. reticulata, dan B. sapida. B. lanceolate dijadikan bumbu masakan. Sementara  B. macrocarpha dan B. lanceolate dijadikan bahan minuman. Sementara B. lanceolata dan B. macrocarpha sebagai campuran manisan.

Ketiga, pewarna alami. Jenis Baccaurea yang dapat digunakan sebagai pewarna alami untuk kain tenun yakni B.ramiflora dan B.racemosa. Daging buah dari B. ramiflora untuk pewarna jingga hingga kemerahan, sementara jenis B. Racemosa memberikan warna coklat-krem-oranye kecoklatan pada kain sutera (Styowati, FM. dan Waidah. 1996).

Keempat, bahan bangunan dan alat rumah tangga. Tercatat 15 jenis Baccaurea yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan, peralatan rumah tangga, peralatan pertanian, serta peralatan pakaian (Purwanto et al., 2016).

Rambai (Baccaurea motleyana), selain dimakan langsung, juga dijadikan campuran sambal. Kulitnya sebagai bahan olahan asam pindang ikan. Foto: Ariadi Damara/Mongabay Indonesia

Pertahankan jongot 

Sebelumnya, Dr. Edwin Martin, Peneliti Ekologi Sosial, Pusat Riset Masyarakat dan Budaya BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), menyatakan tanaman buah di agroforestry jongot merupakan hasil dari pre-domestikasi masyarakat lokal terhadap pohon hutan yang buahnya dapat dikonsumsi (edible fruits).

“Seleksi awal ini menjadi sumber kekayaan genetik, semacam konservasi plasma nutfah pohon penghasil buah, yang patut dipertahankan,” terangnya, Kamis (6/2/2025].

Buah rukam [Flacourtia rukam] yang matang akan berwarna merah. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Dijelaskan Edwin, dahulu masyarakat lokal fokus menanam tanaman semusim penghasil pangan yang berpindah, serta tidak butuh areal luas. Nah, lahan yang ditinggalkan itu dapat menjadi agroforestry, seperti jongot. Setelah masuk era komoditas berbasis tanaman industri yang ekspansif ditambah perkembangan ilmu pengetahuan, agroforestry terancam punah.

“Beruntungnya, sebagian besar agroforestry tidak di bawah sistem penguasaan privat, tetapi keluarga. Sehingga, mengurangi risiko dijual atau dikonversi menjadi kebun tanaman industri, seperti jongot.”

Guna menjaga kelestarian jongot, dapat ditetapkan sebagai taman kehati. “Tapi, perlu diidentifikasi, dipetakan, dan dibina,” paparnya.

Rukam, Pohon Berduri yang Digunakan Melawan Tentara Belanda

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|