Jejak Kucing Kuwuk di Hutan Tersisa Pulau Jawa

1 month ago 47
  • Kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) disebut juga Leopard Cat, karena corak kulitnya bertotol mirip macan tutul
  • Kucing kuwuk dijuluki juga kucing hutan, kucing macan tutul, atau harimau buluh. Ia tergolong satwa yang menghindari manusia.
  • Menurut para peneliti, kucing kuwuk tersebar luas di seluruh Jawa, dari pantai barat termasuk Taman Nasional Ujung Kulon hingga ujung timur di Taman Nasional Alas Purwo. Sementara Jawa bagian tengah menjadi bagian penting yang harus diperhatikan bagi distribusi kucing kuwuk, karena tidak ada kawasan lindung di wilayah ini.
  • Kucing ini beradaptasi terhadap aktivitas manusia denga cara menyingkir untuk sementara waktu. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko pertemuan dengan manusia dan mencegah aktivitas yang bersamaan.

Ukurannya sedikit lebih besar dari kucing rumah. Namun, tubuhnya lebih ramping dan kakinya lebih panjang. Orang Jawa, umumnya menyebut satwa karnivora ini kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis).

Jenis ini disebut Leopard Cat, karena corak kulitnya bertotol mirip macan tutul. Ia tergolong satwa yang menghindari manusia. Jadi, praktik pemeliharaan kucing kuwuk sebagai hewan eksotik akan menyiksa satwa yang disebut juga kucing hutan, kucing macan tutul, atau harimau buluh ini.

Kini, tinggal tiga spesies kucing yang mendiami Pulau Jawa, salah satu pulau terpadat di dunia, menurut sebuah laporan penelitian (2020). Menyusul punahnya harimau jawa, mamalia karnivora di pulau ini hanya menyisakan macan tutul jawa, kucing hutan, dan kucing bakau.

“Saat macan tutul tidak ada, kucing hutan yang lebih kecil dengan sendirinya menjadi kucing predator terbesar, dan merupakan predator penting hama pertanian,” tulis Nanang Irawan bersama tim, dalam laporan yang menyoroti habitat kucing hutan di kawasan non-lindung di pulau Jawa itu.

Baca: Mengapa Anak Kucing Hutan Sering Berkeliaran Tanpa Induk?

Kucing kuwuk yang disebut juga kucing hutan merupakan satwa yang menghindari kehadiran manusia. Foto: SINTAS

Bukan kawasan lindung

Menggunakan data kemunculan 2013 hingga 2019 dan data lingkungan, para peneliti mengembangkan pemodelan distribusi spesies. Hasilnya, kucing kuwuk dapat hidup di berbagai habitat. Namun, habitat utamanya adalah kawasan hutan yang agak terbuka.

“Meskipun sebagian besar kawasan lindung sesuai untuk habitat kucing terkecil di Jawa ini, kawasan non-lindung justru menyediakan area jauh lebih besar, yaitu sebesar 66,8 persen,” tulis laporan itu.

Menurut para peneliti, kucing kuwuk tersebar luas di seluruh Jawa, dari pantai barat termasuk Taman Nasional Ujung Kulon hingga ujung timur di Taman Nasional Alas Purwo. Sementara Jawa bagian tengah menjadi bagian penting yang harus diperhatikan bagi distribusi kucing kuwuk, karena tidak ada kawasan lindung di wilayah ini.

Kemungkinan, satwa ini banyak mendiami kawasan tengah Pulau Jawa karena kontur pengunungan yang terkonsentrasi di tengah pulau. Sementara, kepadatan tertinggi diperkirakan ada di pegunungan dan dataran tinggi di Jawa Timur. Jenis tutupan lahan bagi habitat kucing kuwuk adalah hutan tanaman dan hutan sekunder, dan terbanyak justru berada di kawasan yang tidak dilindungi.

Penelitian lainnya (2024) yang mengamati habitat kucing kuwuk di sekitar pembangunan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Cisokan, Bandung Barat, dan Cianjur, Jawa Barat, menemukan bahwa satwa ini meninggalkan area proyek ketika aktivitas pembangunan berlangsung. Kucing kuwuk juga meninggalkan habitatnya ketika petani mulai membuka lahan pertanian dengan cara tebang bakar, dekat kawasan itu.

“Ketika aktivitas konstruksi dan pertanian terjadi, kucing macan tutul mencari wilayah lain  untuk menyesuaikan diri dengan intensitas aktivitas manusia,” tulis Teguh Husodo dan kolega. Ketika aktivitas manusia menurun, kucing ini akan kembali lagi ke habitatnya.

Kucing ini beradaptasi terhadap aktivitas manusia denga cara menyingkir untuk sementara waktu. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko pertemuan dengan manusia dan mencegah aktivitas yang bersamaan.

Baca: Fakta Unik Kucing Hutan, Tidak Takut Air dan Piawai Berenang

Leopard Cat atau kucing hutan merupakan jenis kucing liar yang di Indonesia dilindungi kehidupannya. Foto: Wikimedia Commons/Shan2797/CC BY-SA 4.0

Penelitian sebelumnya (2018) di kawasan Cisokan yang masuk wilayah Cianjur, terdapat hutan non-konservasi yang menjadi habitat penting kucing kuwuk. Mereka ditemukan di kawasan dengan tipe tutupan lahan hutan produksi berupa pinus, hutan alam, dan semak belukar. Tipe tutupan lainnya adalah persawahan irigasi. Diperkirakan, kucing liar ini memangsa tikus dan ular di sekitar persawahan.

Kajian yang mendapati bukti bahwa kucing macan tutul mampu menjadi pengendali hama tikus pernah dilakukan di sebuah perkebunan sawit, Kalimantan Tengah (2021). Sebanyak 11 kucing dipasangi pemancar radio untuk diamati pergerakannya. Terungkap bahwa satwa ini aktif malam hari, dan saat siang bersembunyi untuk beristirahat di semak-semak. Wilayah jelajahnya sekitar 1,5 km persegi, dengan area jantan sedikit lebih luas dibanding betina.

Seekor kucing jantan akan membuat daerah jelajah sendiri. Ketika kawasan jelajahnya bertubrukan dengan jantan lainn, biasanya muncul pertengkaran hebat. Kucing yang kalah akan membuat daerah jelajah baru.

Dari pengamatan, hampir 75 persen makanannya adalah tikus. Sisanya adalah katak, burung, kadal, ular, dan binatang lain.

“Di perkebunan sawit, populasi tikus biasanya sangat tinggi, hingga pihak pengelola memberantasnya menggunakan bahan kimia,” tulis Muhammad Silmi, dalam laporannya bersama tim.

Penelitian tersebut menemukan korelasi positif, di kawasan dengan populasi kucing yang banyak maka jumlah tikus menurun. Pemanfaatan kucing yang dikombinasikan dengan burung hantu sebagai musuh alami tikus, dianggap bisa menekan penggunaan racun kimia.

Baca juga: Kenapa Tidak Ada Kucing Hutan di Kawasan Wallacea?

Kucing kuwuk yang terpantau di hutan Kutai Timur, Kalimantan Timur, pada Februari 2023. Foto: Hadiyana/Ecositrop

Kucing hutan lain

Ada spesies kucing lain yang menyandang nama kucing hutan. Dalam Bahasa Inggris disebut Jungle Cat, nama latinnya Felis chaus. Besarnya dua kali kucing kuwuk. Jika kucing kuwuk beratnya sekitar 3,4 kg maka kucing hutan sekitar 7,8 kg. Panjangnya sekitar 75 cm.

Catatan Cat Spesialist Group IUCN menyebutkan, kucing hutan yang ini mirip dengan lynx. Di ujung telinganya terdapat rambut memanjang, tungkai panjang, sementara ekornya pendek. Populasinya terutama terdapat di Asia, Timur Tengah, juga Eropa. Secara global, statusnya dalam Daftar Merah IUCN adalah Least Concern atau Berisiko Rendah. Namun, ada di beberapa wilayah statusnya secara nasional perlu mendapat perhatian. Misalnya, di China kucing yang statusnya Endangered atau Genting.

Meski bernama kucing hutan, namun habitat yang disukainya bukan hutan tertutup. Melainkan semak belukar, padang rumput, lahan basah, dengan vegetasi lebat. Kucing hutan ini juga, diketahui telah beradaptasi dengan lingkungan manusia. Dia bisa hidup dekat kawasan pertanian irigasi, perkebunan, bahkan perumahan jika perlindungan baginya mencukupi. Selain pemanjat pohon yang baik, kucing hutan dikenal sebagai perenang handal.

Makanan utamanya adalah hewan pengerat seperti tikus, juga burung, unggas air, kadal, dan ular. Sebagai satwa pemakan hewan pengerat, seekor kucing hutan mampu melahap sekitar seribu lima ratus ekor tikus dalam setahun.

Artikel lain menyebutkan, setiap kucing hutan dalam sehari sedikitnya makan 3-5 tikus. Kemampuannya ini belum banyak dilirik untuk membantu petani dalam menekan hama tikus. Terlebih, kucing hutan juga memangsa hewan peliharaan seperti ayam. Itu yang membuat kucing hutan di India menyandang predikat buruk.

Wawancara Erwin Wilianto: Masa Depan Kucing Liar Indonesia Harus Diperjuangkan

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|