- Rencana pembukaan tambang batu gamping dan pabrik semen di Wonogiri, Jawa Tengah mendapat penolakan warga karena berisiko mengancam sumber air, sampai sumber kehidupan warga.
- Widi Hartanto, Kepala DLHK Jawa Tengah mengatakan, izin lingkungan sudah keluar, yakni untuk PT. Anugerah Andalan Asia dan PT. Sewu Surya Sejati. Ia mengklaim lokasi tambang berada di luar kawasan karst yang dilindungi.
- Eko Teguh Paripurno, Pakar Manajemen Kebencanaan Geologi UPN Veteran Yogyakarta mengatakan, ekploitasi karst merusak sistem sungai bawah tanah dan berisiko berdampak pada kekeringan.
- Karst di Pracimantoro masuk dalam kawasan geopark UNESCO. Ekosistem karst memiliki sistem sungai bawah tanah . Ia punya rekahan yang berfungsi mengumpulkan udara dan menjadi sistem udara bawah tanah. Lokasi kedalamannya berbeda-beda, sesuai tatanan geologinya.
Masih begitu kuat ingatan Sarinah, era tahun 2000-an. Dia harus berjalan kaki sekitar 8 kilometer pulang pergi, demi mencari sumber air dari Desa Watangrejo ke sumber air di Desa Sambiroto, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri Jawa Tengah (Jateng).
Kala itu, jalanan berbatu dan berdebu. Sandal karet perempuan 65 tahun ini menipis menemani langkahnya setiap hari berburu air. “Mlampah (berjalan). Bawa air satu dirijen untuk masak dan minum. Teng mriko ngumbahi (di sana mencuci baju sekalian),,” katanya.
Kondisi alam Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, sebagian besar terdiri dari pegunungan batu gamping. Kawasan ini termasuk dalam bentang alam karst, bagian dari Pegunungan Sewu. Sungai-sungai bawah tanah yang mengalir di bawah permukaan menjadikan kawasan ini pinggiran kota.
Karena kondisi pegunungan berbatu, sulit bagi warga membuat sumur sendiri. Sejak banyak pelajar, sejarawan, dan para peneliti datang, banyak temukan sumber air . Air pun mulai teraliri ke rumah-rumah warga melalui pipa. Warga tidak perlu lagi berjalan jauh hanya untuk ambil air bersih.
Sejalan dengan itu, perekonomian warga juga meningkat, usaha rumahan mulai ada. Pertanian dan peternakan juga maju. Berkat air, mengubah wajah Pracimantoro yang awalnya gersang menjadi hijau nan subur. Pemerintah juga mulai membuat sumur bor di beberapa titik.
“Laré zaman saiki mboten ngertos, lahir sampun onten banyu. Mboten rekasa. (Anak jaman sekarang tidak akan tahu. Mereka lahir sudah ada air, tidak sengsara),” katanya.

Tempat indah khawatir terganggu
Warga Pracimantoro menikmati udara dan kehidupan terus membaik tetapi was-was kini menghantui mereka. Sejak Pemerintah Jawa Tengah (Pemerintah Jateng) mengeluarkan izin kelayakan lingkungan hidup industri semen dan tambang batu gamping di Kecamatan Pracimantoro, warga merasa terancam.
Izin lingkungan pabrik semen itu keluar untuk PT Anugerah Andalan Asia (AAA). Kapasitas maksimal 4,5 juta ton semen per tahun seluas 123.315 hektar mencakup Desa Watangrejo, Suci, dan Sambiroto.
Sedangkan, izin kelayakan lingkungan hidup produksi pertambangan mineral bukan logam komoditas batu gamping untuk semen kepada PT Sewu Surya Sejati (SSS). Kapasitas usaha 4,2 juta ton gamping per tahun seluas 186,13 hektar dari permohonan 598,04 hektar. Cakupan lahan di Desa Watangrejo, Suci, Gambirmanis, Joho dan Petirsari.
Untuk memuluskan rencana, perusahaan membeli lahan pertanian untuk tambang di puncak bukit di Desa Watangrejo. Sedangkan lahan pertanian di sekitar bukit akan jadi pabrik, masih belum terbeli.
Perusahaan tengah berusaha meminta para pemilik agar bersedia melepas lahannya. Narasinya, mereka akan bekerja di pabrik dengan gaji bulanan Rp2,5 juta. “Iming-iming lapangan pekerjaan,” ujar Wagirin, warga Pracimantoro.
Akhir Januari 2025, perwakilan perusahaan sempat ajak warga bertemu. Pada pertemuan pertama , perusahaan membujuk agar para petani bersedia menjual lahan namun ditolak.
Warga sudah hidup turun temurun dari bertani dan tak ingin melepas untuk jadi pabrik semen.
“Sumber air e mati kalau dibikin pabrik itu. Kasihan anak cucu besok. Bertani itu kebutuhan pokok selalu tercukupi, kerja gaji pabrik UMR habisnya cepet,” ujar Mujasto, warga lain.
Mereka bingung dengan rencana penambangan dan pabrik semen di desanya. Mereka bilang, tidak pernah ada sosialisasi saat proses perizinan mulai.
“Belum lama kami menikmati udara. Dulu, jalan kaki cari air. Kemarin bilang masalah polusi tapi kan polusi bisa diatasi. Tapi kalau air gak bisa diatasi. Intinya warga gak mau jual harga seberapa pun. Titik.”
Mereka ingat, rencana serupa sempat muncul pada 2009 . Lokasinya di Kecamatan Giriwoyo yang juga mendapat persetujuan warga. Belakangan, setelah tak terdengar lagi, tiba-tiba rencana pembangunan pabrik semen itu ada di desanya. Bahkan sudah pemerintah daerah setujui.
“Kan lokasi pabrik ternyata sini. Harusnya orang sini dikumpulkan dulu. Jangan langsung tanda tangan,” ujar Pratikno. Demi keberlanjutan pertanian, dia pun mendesak batalkan rencana tambang dan pabrik semen itu.
Widi Hartanto, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah mengakui izin lingkungan untuk tambang dan pabrik semen itu. Menurut dia, lokasi tambang di luar kawasan karst dilindungi. “Itu di luar kawasan, kalau di karst enggak boleh, itu di luar peta Kawasan Bentang Alam Karst Gunungsewu.”
Lokasi tambang berdekatan dengan KBAK. Widi mengklaim, tak akan merusak kawasan yang oleh UNESCO sebagai Geopark itu. Penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) juga dia klaim sesuai prosedur dengan proses setahun.
Bentang alam Karst Gunungsewu di Wonogiri seluas 14.223 hektar meliputi lima kecamatan, Eromoko, Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, dan Giriwoyo.
“Proses Amdal kalau penilaiannya sih cepet ya, yang lama proses konsultasi publik, sosialisasi ke masyarakat oleh pemrakarsa. Tugas kami itu proses penilaian mungkin sekitar setahun ya karena dengan perbaikan bolak-balik,” katanya.
Widi bilang, setelah terbit izin lingkungan itu, para pelaku usaha wajib melakukan pengelolaan lingkungan, termasuk mentaati aturan selama kegiatan berlangsung. Ada konsekuensi dan sanksi kalau tidak taat.
“Di dokumen Amdal sudah ada komitmennya. Saya akan melakukan ini, air tanah harus apa’ salah satunya yang paling terlihat zero run off itu tidak ada air limpasan, tidak ada air larian yang di permukaan.”
Mongabay berusaha meminta penjelasan kepada perusahaan atas rencana pembangunan tambang dan pabrik semen di Pracimantoro ini tetapi belum membuahkan hasil. Alamat kantor perusahaan di Dusun Tulangan, Desa Pracimantoro, tutup. Begitu juga upaya melalui telepon maupun email ke perusahaan pada 7, 8, dan 10 Februari, tak juga mendapat respons hingga naskah ini terbit.

Ancam sumber air
Dampak lingkungan industri semen sudah menjadi rahasia umum. Tak hanya polusi udara, potensi banjir, longsor, dan penyakit yang timbul, juga sumber udara di lokasi sekitar pabrik. Itu karena industri mulai dengan merusak kawasan karst yang kaya sumber air. Belum lagi proses pembuatan semen, rakus air.
Eko Teguh Paripurno, Pakar Manajemen Kebencanaan Geologi UPN Veteran Yogyakarta mengatakan, karst terbentuk karena fenomena khusus. Secara morfologi harus dikonservasi.
Karst di Pracimantoro selain sebagai kawasan konservasi juga termasuk geopark UNESCO hingga ada status perlindungan ganda.
ET, sapaannya katakan, kendati lokasi tambang dan pabrik semen tidak termasuk KBAK, tidak bisa menjadi pemakluman. Sebab, bentangan alam karst saling berkaitan.
Ekosistem karst memiliki sistem sungai bawah tanah . Ia punya rekahan yang berfungsi mengumpulkan udara dan menjadi sistem udara bawah tanah. Lokasi kedalamannya berbeda-beda, sesuai tatanan geologinya.
“Dengan ada pembongkaran karst, yang pertama jelas pelanggaran, kedua, akan merusak sistem sungai bawah tanah. Makanya disebut akan merusak tata air,” katanya.
Menurut ET, pembuatan semen sejatinya tidak menggunakan karst, melainkan batu gamping. Namun karena karst merupakan batu gamping dengan kualitas baik, maka rentan tereksploitasi. Jadi, hampir sebagian pabrik semen di Indonesia selalu menargetkan kawasan-kawasan karst.
Ironisnya, perlindungan kawasan karst melalui pemberi izin itu tidak terlalu kuat. Ujungnya, banyak wilayah-wilayah karst yang tergerus.

Sumber konflik
ET katakan, di banyak tempat, pembangunan pabrik semen menjadi sumber konflik dengan warga. Karena warga harus menanggung dampak buruk dan kerugian.
“Makanya sering kerja-kerja untuk memulai pabrik semen itu dengan senyap, sangat wajar kalau warga gak ngerti, gak paham,” katanya.
penolakan warga atas pembangunan pabrik semen memang bukan hal baru. Konflik banyak terjadi di Indonesia, termasuk di JawaTengah.
Berdasarkan jurnal Perlindungan Hak atas Air dalam Pembangunan Pabrik Semen di Provinsi Jawa Tengah yang Mimin Dwi Hartono tulis pada Jurnal HAM Vol. XIII 2016, memjelaskan bagaimana gerakan masyarakat dalam memperjuangkan hak atas air.
Mimin menyoroti perjuangan warga di Rembang, Pati dan Kebumen. Gerakan masyarakat sekitar pabrik di tiga kabupaten di Jateng ini tak hanya melalui pendekatan hukum juga partisipasi dalam pembahasan dokumen amdal bersama para ahli.
Mereka juga melakukan gerakan sosial dan kultural.
Sembilan perempuan bahkan aksi menyemen kaki pada 12 April 2016 di depan Istana Negara dan menarik perhatian publik. Mereka menuntut agar Presiden Joko Widodo membatalkan pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Rembang karena merusak sumber air.
Di Kebumen, masyarakat tergabung dalam Komunitas Masyarakat Kawasan Karst Gombong Selatan (KMKKG). Pembebasan lahan sebetulnya sudah jalan sejak 1996 terhenti karena krisis ekonomi.
Sedangkan di Pati, lokasi penambangan batu kapur di atas lahan warga dan Perhutani, dan mengancam hak warga atas air dan kehidupannya. Akankah Pracimantoro Wonogiri kembali alami hal sama?
*******