Produk Kosmetik dan Perawatan Diri Mengandung Mikroplastik?

3 days ago 10
  • Isu adanya kandungan mikroplastik pada produk kosmetik maupun perawatan diri menjadi perhatian serius masyarakat.
  • Dosen Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Ni Luh Dewi Aryani, mengatakan pada produk kosmetik serta perawatan diri mengandung sejumlah senyawa yang merupakan pembentuk mikroplastik. Kandungannya, tergantung pada fungsi produk tersebut.
  • Bahan alami dapat dimanfaatkan untuk menggantikan mikroplastik. Tentunya, yang bersifat biodegradable atau mudah terdegradasi alami. Contoh, bahan abrasive dapat diganti dengan biji-bijian dari kacang almond, atau beras.
  • LSM lingkungan hidup Ecoton baru-baru ini melakukan penelitian terhadap 80 produk kosmetik dan personal care yang dijual bebas di pusat perbelanjaan. Mereka menemukan 50 persen produk yang diteliti itu mengandung mikroplastik.

Isu adanya kandungan mikroplastik pada produk kosmetik maupun perawatan diri menjadi perhatian serius masyarakat.

Dosen Fakultas Farmasi Universitas Surabaya, Ni Luh Dewi Aryani, mengatakan pada produk kosmetik serta perawatan diri mengandung sejumlah senyawa yang merupakan pembentuk mikroplastik. Kandungannya, tergantung pada fungsi produk tersebut.

Kosmetik berdasarkan fungsinya dapat digolongkan menjadi perawatan kulit/skin care, perawatan rambut/hair care, serta kosmetik rias/decorative cosmetic.

“Mikroplastik terbagi dua golongan, primary microplastic dan secondary microplastic. Yang digunakan pada kosmetik adalah primary microplastic,” terangnya, (25/11/2024).

Sebagai bahan pembentuk mikroplastik yang ukuran partikelnya 5 milimeter ke bawah, ada beberapa tipe digunakan, seperti polyethylene (PE), polypropylene (PP),  polyethylene terephthalate (PET), dan polymethyl methacrylate (PMMA).

Bahan-bahan itu digunakan pada produk perawatan diri mulai pasta gigi, krim wajah, sampo, shower gel, hingga kosmetik rias, misalnya eyeshadow, blush on, serta foundation.

Dewi menyebut, fungsi bahan mikroplastik itu tergantung dari setiap produk yang dibuat.

“Bisa sebagai eksfoliator, atau penstabil krim yang disebut emulsifying agent. Atau pembentuk opacifying agent agar creamy, maupun pembentuk film. Itu fungsinya,” terangnya.

Sedangkan microbeads merupakan primary microplastic berbentuk solid, yang digunakan di kosmetik sebagai abrasive agent. Misalnya, untuk kosmetik pembersih, atau kosmetik dengan tujuan eksfolian maupun exfoliating.

“Misalnya, untuk sediaan scrub cream, atau produk-produk pembersih wajah. Biasanya, menggunakan microbeads yang tujuannya memberikan efek abrasive agar kulit menjadi bersih dan sel-sel kulit matinya berkurang.”

Dewi menambahkan, dalam perkembangannya microbeads dapat dimodifikasi untuk berbagai macam tujuan yang memberikan efek. Misalnya, sebagai moisturizer atau pelembab, sebagai peningkat densitas/pengental, maupun penstabil.

Microbeads juga digunakan untuk sediaan decorative, berbentuk bulat kecil-kecil seperti glitter. Atau, bulatan kecil pada pasta gigi.”

Baca: Sungai Brantas Sakit, Pemerintah Jawa Timur Diminta Laksanakan Putusan Mahkamah Agung

Dunia memproduksi hampir 400 juta metrik ton plastik setiap tahun, tetapi hanya sekitar 9 persen yang didaur ulang.Foto: Eko Widianto/Mongabay Indonesia

Bahan Alternatif

Dewi menerangkan, bahan alami dapat dimanfaatkan untuk menggantikan mikroplastik. Tentunya, yang bersifat biodegradable atau mudah terdegradasi alami.

Contoh, bahan abrasive dapat diganti dengan biji-bijian dari kacang almond, atau beras. Sedangkan bahan penstabil dapat menggunakan polymer alami seperti turunan selulosa, alginate, serta polymer yang biodegradable, seperti polylactic acid (PLA), atau polycaprolactone (PCL).

“Tentunya, bahan alami itu harus dimodifikasi atau perlakuan tertentu,” ucapnya.

Baca juga: Calon Pengantin Diminta Tes Uji Mikroplastik, Ada Apa?

Instalasi manusia plastik didirikan aktivis Ecoton di Taman Apsari, depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, agar kita waspada bahaya plastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

Temuan Mikroplastik

LSM lingkungan hidup Ecoton baru-baru ini melakukan penelitian terhadap 80 produk kosmetik dan personal care yang dijual bebas di pusat perbelanjaan. Mereka menemukan 50 persen produk yang diteliti itu mengandung mikroplastik.

Kepala Laboratorium Mikroplastik Ecoton, Rafika Aprilianti mengatakan, microbeads atau bahan mikroplastik ditemukan pada produk perawatan diri orang dewasa, anak-anak, maupun bayi. Padahal, peraturan BBPOM Nomor 23 Tahun 2019, melarang penggunaan microbeads pada  kosmetik.

“Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak kulit, makanan dan minuman, serta udara yang kita hirup,” terangnya, Kamis (7/11/2024), pada aksi di depan kantor Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BB POM) Surabaya. Pada kesempatan tersebut, tidak ada perwakilan BB POM Surabaya yang menemui para aktivis.

ECOTON juga meneliti 30 merek minuman pemanis dalam kemasan, yang semuanya mengandung mikroplastik. Salah satu pemicu, karena kemasannya berbahan plastik.

“Sangat rentan terhadap panas dan bila ada gesekan dapat terdegradasi menjadi mikroplastik.”

Rafika menyebut, terdapat 16 ribu senyawa kimia beracun dalam plastik, yang dapat mengganggu hormon bila terpapar atau terkonsumsi manusia. Dampak lainnya adalah dapat mengganggu metabolisme tubuh, merusak organ tubuh, hingga menyebabkan berbagai penyakit kanker, gagal ginjal, hingga diabetes.

“Pada 2023, terdapat 70 persen anak-anak Indonesia terkena diabetes. Ini masalah serius,” imbuh Rafika.

Ecoton menemukan 50 persen dari 80 produk kosmetik dan perawatan diri mengandung mikroplastik. Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia

Direktur Eksekutif Ecoton, Daru Setyorini, menyebut pada produk kebutuhan masyarakat seperti sabun cair, sampo, deterjen, pewangi dan pelembut pakaian, telah ditemukan mikroplastik. Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) diminta melakukan pengawasan lebih ketat terhadap produk tersebut.

“Kemampuan kami sangat terbatas.”

Daru mengatakan, sudah ada daftar bahan kimia yang dilarang.

“Untuk itu, produk dan kemasannya harus diperhatikan,” paparnya.

Studi: Meski Sudah Didaur Ulang, Mikroplastik Masih Tetap Jadi Sumber Pencemar

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|