Macan Tutul dan Macan Kumbang, Satu Spesies Dua Nama

5 days ago 12
  • Apakah macan tutul dan macan kumbang jenis yang sama?
  • Macan tutul ditujukan bagi jenis kucing besar dengan corak mantel bertotol, sedangkan macan kumbang untuk yang berwarna hitam.
  • Secara sains, walau penampakan warna kulit berbeda, macan tutul dan macan kumbang sebenarnya satu spesies. Pengamatan detil, ditambah bukti sekuens DNA memperkuat hal itu. Kondisi warna yang lebih gelap akibat mutasi gen pada satwa seperti macan tutul itu disebut melanisme.
  • Di Jawa, warga setempat menyebut macan tutul yang berwarna hitam sebagai macan kumbang. Kumbang adalah nama lokal untuk serangga berwarna hitam legam.

Apakah macan tutul dan macan kumbang jenis yang sama?

Macan tutul ditujukan bagi jenis kucing besar dengan corak mantel bertotol, sedangkan macan kumbang untuk yang berwarna hitam.

Dunia Barat juga menyebut mereka berbeda. Leopard untuk macan tutul, sementara panther bagi macan kumbang. Hanya saja, panther juga mencakup jenis kucing besar lain yang berwarna hitam.

Secara sains, walau penampakan warna kulit berbeda, macan tutul dan macan kumbang sebenarnya satu spesies. Pengamatan detil, ditambah bukti sekuens DNA memperkuat hal itu. Kondisi warna yang lebih gelap akibat mutasi gen pada satwa seperti macan tutul itu disebut melanisme.

“Yang disebut ‘macan kumbang’ adalah macan tutul terkena melanisme, Ini merupakan mutasi genetik yang meningkatkan produksi melanin, pigmen cokelat tua yang menggelapkan bahkan warna kuning pada bulu belum tua,” ungkap Giovanni Giuseppe Bellani, dalam bukunya Felines of the World. Dia seorang zoologis.

Nama latin macan tutul adalah Panthera pardus, merupakan keluarga kucing (Felidae), dengan subfamili (Pantherinae) macan tutul, singa, harimau, jaguar, dan macan tutul salju.

Baca: Menghitung Populasi Macan Tutul Jawa di Habitat Tersisa

Ini adalah macan kumbang yang terpantau kamera jebak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru akhir 2024. Foto: Instagram/Kemehut/BBTN Bromo Tengger Semeru

Macan tutul

Di antara Pantherinae, macan tutul adalah spesies dengan daerah distribusi terbesar. Sayangnya, dalam 50 tahun terakhir sangat berkurang. Di Afrika spesies ini telah kehilangan 49 persen wilayah jelajahnya, sementara di Eurasia bahkan 84 persen, menurut nukilan buku itu.

Laporan penilaian IUCN untuk spesies ini menyebut selain populasinya berkurang dan terisolasi, di sebagian besar wilayah jelajahnya bahkan telah dinyatakan punah. Misalnya di Mesir.

Padahal sesungguhnya, macan tutul merupakan spesies yang sangat mudah beradaptasi. Dia bisa berada di lingkungan semi gurun, sabana, pegunungan, dan beberapa tipe hutan. Penyebarannya yang luas, menyebabkan macan tutul terdiferensiasi ke berbagai bentuk, ukuran, warna mantel, juga pola totol.

Menurut laporan itu, macan tutul berkurang drastis karena meningkatnya konflik dengan manusia, fragmentasi habitat, perdagangan liar, pemanenan kulit untuk upacara adat, penurunan jumlah mangsa, juga perburuan.

Pola totol pada mantel seperti bunga, membuat satwa ini menjadi kucing yang paling cantik sekaligus diburu di seluruh dunia. Awalnya, kamuflase ini bermanfaat saat mengendap-endap mengintai mangsa, namun kini justru membuat satwa ini jadi target keserakahan manusia.

Saat ini ada delapan subspesies macan tutul yang diakui. Yaitu Panthera pardus pardus (Afrika), Panthera pardus delacouri (Indochina), Panthera pardus fusca (India), Panthera pardus kotiya (Sri Lanka), Panthera pardus nimr (Arab), Panthera pardus orientalis (Amur), Panthera pardus tulliana (Persia), dan Panthera pardus melas (Jawa).

­Dibanding harimau misalnya, ukuran tubuh macan tutul memang lebih kecil. Jika panjang tubuh harimau ada pada kisaran tiga meter, macan tutul bahkan kurang dari dua meter. Jika berat harimau bisa mencapai 300 kg, berat macan tutul kurang dari 100 kg.

Baca: Terekam Kamera: Macan Tutul Mangsa Kucing Kuwuk di Hutan Muria

Macan tutul jawa terekam kamera jebak di Kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, pada awal Januari 2017. Foto : BKSDA Jabar

Hanya di Jawa

Macan tutul dikenal sebagai pemanjat pohon hebat. Satu ciri adalah ekor panjangnya, membantunya stabil saat berada di atas pohon. Macan tutul juga suka membawa mangsa ke atas pohon, untuk menghindari gangguan dari predator lain seperti singa dan hyena. Masih mengutip nukilan buku itu, macan tutul afrika bahkan mampu mengangkat mangsa yang beratnya dua kali berat badannya ke atas pohon.

Sebuah artikel yang mengulas tentang sejarah macan tutul di semenanjung Malaysia, menyebutkan bahwa leluhur macan tutul moderen berasal dari Afrika, dan sekitar satu juta tahun lalu menyebar ke berbagai wilayah dunia. Dua hingga tiga ratus ribu tahun lalu menyebar ke Asia hingga Samudera Pasifik.

Saat Sumatera, Kalimantan, dan Jawa menyatu dalam satu daratan, macan tutul diperkirakan menyebar ke tiga kawasan ini. Ada beberapa hipotesa mengapa spesies ini tidak ada di Kalimantan juga Sumatera.

Hipotesis utama mengapa macan tutul tidak dapat bertahan hidup di Sumatera dan mungkin Kalimantan, jika mereka pernah ada di sana, adalah kelangkaan sumber makanan yang dikombinasikan dengan tekanan kompetitif dari kelompok karnivora di wilayah tersebut.

“Studi perbandingan biomassa spesies mangsa potensial per satuan luas di habitat berbeda menemukan bahwa hutan tropis yang selalu hijau secara signifikan kurang produktif bagi ungulata, yang merupakan mayoritas mangsa kucing besar,” tulis Seng Yian Chew, dari National University of Singapore.

Alasan lain, bisa jadi mereka punah akibat letusan Gunung Toba lebih dari 70 ribu tahun lalu.

Sementara macan tutul di Jawa membentuk populasi tersendiri dalam waktu lama. Mereka berkembang menjadi subspesies yang berbeda dengan leluhurnya dari daratan Asia Tenggara.

Baca: Riset: Wilayah yang Masih Ada Macan Tutul Jawa, Ada Keragaman dan Kelimpahan Satwa

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas) yang dirawat di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Cikananga, Sukabumi, Jawa Barat. Foto: Dok. PPS Cikananga

Macan kumbang

Di Jawa, warga setempat menyebut macan tutul yang berwarna hitam sebagai macan kumbang. Kumbang adalah nama lokal untuk serangga berwarna hitam legam.

Dalam tulisannya, Chew menyitir kajian yang memetakan kemunculan macan tutul hitam. Rata-rata mereka ada di lingkungan hutan yang lembab, di wilayah tutupan hutan rapat, dengan curah hujan rendah. Misalnya, di Asia Tenggara macan tutul hitam ditemukan di Thailand Selatan, semenanjung Malaysia, juga Indonesia (Jawa).

Dalam beberapa hal, mantel berwarna gelap menguntungkan macan tutul. Sebab, bisa membantu penyamaran dan termoregulasi. Di habitat lembab seperti hutan, karakter mantel hitam ini dipertahankan.

Saat ini tengah dilakukan Survei Nasional Macan Tutul Jawa atau Java Wide Leopard Survey (JWLS). Dalam laporan kemajuan survei itu, untuk sementara berhasil diidentifikasi 12 individu macan kumbang dari 34 individu macan tutul jawa. Identifikasi diperoleh dari kamera pengintai yang telah terpasang di 7 bentang alam, dari 21 bentang alam yang menjadi target survei. Perkiraan populasi macan tutul jawa di alam sendiri sekitar 350 individu dewasa.

Survei diluncurkan Februari 2024, yang merupakan kolaborasi terbesar yang pernah dilakukan untuk pengamatan satwa spesifik yang kurang difavoritkan. Survei dilaksanakan Kementerian Kehutanan, Yayasan SINTAS, dan pihak swasta.

Baca juga: Konflik Manusia dengan Macan Tutul Jawa Belum Berakhir

Dua individu macan kumbang ini terpantau di TN Bromo Tengger Semeru, akhir 2024 lalu. Foto: Instagram/Kemehut/BBTN Bromo Tengger Semeru

Tertangkap kamera

Sebelumnya dilaporkan (2024), dua individu macan tutul dan macan kumbang tertangkap kamera pemantau jalan beriringan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tangkapan gambar itu menunjukkan baik macan tutul maupun macan kumbang bisa hidup berdampingan, bahkan mungkin berpasangan.

Besar kemungkinan, akan ada lebih banyak catatan keberadaan macan kumbang di hutan pulau Jawa. Dalam tulisannya di Big Cats, edisi Januari Februari 2025, Erwin Wilianto, pendiri SINTAS menyatakan hasil awal JWLS memberi gambaran macan kumbang atau macan tutul melanistik lebih banyak ditemukan di Jawa dibanding yang berwarna lebih terang.

“Di lanskap yang lebat di Jawa, macan tutul melanistik lebih sering terlihat, bulu gelapnya berkilau dalam bayangan semak belukar, sementara kerabatnya yang berwarna lebih terang, lebih sulit ditemukan dalam ekosistem penuh warna ini,” tulis Erwin.

Macan tutul jawa kini menjadi satu-satunya predator besar yang tersisa di Pulau Jawa, setelah harimau jawa dinyatakan punah pada 1980-an.

Wawancara Profesor Gono Semiadi: Harimau Jawa Sudah Punah Secara Ilmiah

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|