- Ilmuwan lintas negara berhasil menemukan spesies baru burung madu babar (Myzomela babarensis) di Pulau Babar, Maluku Barat Daya.
- Sebelumnya burung ini dianggap sebagai bagian dari dua sub spesies Myzomela boiei (Myzomela banda) yang mendiami tiga kelompok pulau terpencil di timur Indonesia: Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, dan Pulau Babar.
- Berdasarkan tinjauan taksonomi secara mendalam, menunjukkan bahwa burung-burung di Pulau Babar memiliki perbedaan mencolok dalam kicauan mereka dibandingkan dengan populasi di Kepulauan Tanimbar dan Banda, yang sebelumnya dianggap sama.
- Sebagai spesies endemik yang ada di Pulau Babar, burung menawan ini juga kemungkinan mendiami lima pulau satelit kecil di sekitarnya, dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap degradasi habitat dan umum ditemukan di berbagai jenis hutan, termasuk lahan pertanian yang kurang produktif.
Awal Maret 2025, tim ornitolog internasional mengumumkan penemuan spesies burung baru yang menakjubkan di wilayah Indonesia Timur. Burung yang diberi nama Myzomela babarensis atau Myzomela Babar, ditemukan di Pulau Babar, Kepulauan Maluku Barat Daya yang terpencil.
Tim peneliti yang terdiri ilmuwan lintas negara yakni Malaysia, India, Inggris, dan Amerika Serikat tersebut menerbitkan hasil temuannya dengan judul “A Taxonomic Revision of Banda Myzomela Myzomela boiei (S.Muller 1843), Including the Description of a New Species from Babar Island, Indonesia” (2025), di Bulletin of the British Ornithologists Club.
Spesies baru ini merupakan bagian dari genus Myzomela, yang dikenal sebagai burung madu dengan warna-warni cerah. Sebelumnya, burung ini dianggap sebagai bagian dari dua subspesies Myzomela boiei (Myzomela banda) yang mendiami tiga kelompok pulau terpencil di timur Indonesia: Kepulauan Banda, Kepulauan Tanimbar, dan Pulau Babar.
Namun, dalam penelitian terbaru ini berhasil diungkap perbedaan signifikan yang membenarkan statusnya sebagai spesies tersendiri. Para peneliti yang dipimpin Alex Berryman, ilmuwan dari Birdlife International, melakukan tinjauan taksonomi mendalam terhadap populasi Myzomela boiei. Mereka memeriksa spesimen museum, rekaman suara, dan melakukan eksperimen pemutaran suara.
Baca: Inspirasi Burung Hantu pada Teknologi Peredam Suara

Hasilnya menunjukkan, burung-burung di Pulau Babar memiliki perbedaan mencolok dalam kicauan mereka dibandingkan dengan populasi di Kepulauan Tanimbar, yang sebelumnya dianggap sama. Kicauan atau lagu yang kompleks dari Myzomela Babar kemungkinan berfungsi sebagai penghalang untuk pengenalan pasangan dan reproduksi, yang mengindikasikan bahwa ini adalah spesies yang berbeda.
“Dalam publikasi terbaru ini, kami menyarankan agar ketiga populasi tersebut diakui sebagai spesies terpisah, masing-masing dinamai sesuai pulau tempat mereka ditemukan, yakni Myzomela Banda, Myzomela Babar, dan Myzomela Tanimbar,” jelas Alex Berryman, dikutp dari BirdLife.
Dalam publikasi itu dijelaskan, selain perbedaan suara, Myzomela babarensis juga menunjukkan ciri fisik khas. Burung ini sedikit lebih besar dari Myzomela boiei annabellae yang ditemukan di Kepulauan Tanimbar, dengan ekor sekitar 10% lebih panjang dan kemungkinan memiliki lebih banyak warna merah/scarlet di punggungnya.
Burung-madu dari genus Myzomela umumnya dikenal sebagai pemakan nektar dan mereka memainkan peran penting dalam ekosistem pulau sebagai penyerbuk tumbuhan. Beberapa spesies dalam genus ini juga, termasuk Myzomela babarensis, memakan invertebrata kecil. Mengingat Myzomela babarensis sebagai pemakan nektar, maka burung-burung ini berperan sebagai penyerbuk bagi flora lokal di Pulau Babar.
Baca: Sudah Satu Abad, Sikatan Aceh Tak Kunjung Terlihat

Habitat di Pulau Kecil
Pulau Babar adalah pulau kecil seluas 32 km yang terletak di wilayah Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Sebagai spesies endemik, burung menawan ini juga kemungkinan mendiami lima pulau satelit kecil di sekitarnya. Status endemik berarti bahwa Myzomela babarensis secara alami hanya ditemukan di wilayah geografis yang terbatas, sehingga menjadikannya lebih rentan terhadap berbagai ancaman.
Habitat Myzomela babarensis meliputi berbagai jenis hutan. Menariknya, berdasarkan penelitian tersebut, spesies ini menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dengan lahan pertanian yang telah mengalami degradasi. Toleransi terhadap berbagai kondisi habitat, termasuk area yang telah dimodifikasi oleh aktivitas manusia, menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada status konservasinya saat ini.
Meskipun memiliki wilayah jelajah kecil, Myzomela babarensis tampaknya mampu beradaptasi dengan baik terhadap degradasi habitat dan umum ditemukan di berbagai jenis hutan, termasuk lahan pertanian yang kurang produktif. Berdasarkan adaptabilitas ini, para peneliti menyarankan agar Myzomela babarensis, bersama dengan dua spesies lainnya dari kelompok boiei, tetap dikategorikan sebagai “Least Concern” (Risiko Rendah) dalam Daftar Merah IUCN.
“Kami menyarankan agar Myzomela boiei, Myzomela annabellae, dan Myzomela babarensis lebih baik dipertimbangkan sebagai Least Concern,” ungkap Alex Berryman, dikutip dari sci.news.
Baca juga: Melacak Burung Pitta: Spesies yang Terancam Hilang dari Pulau Sangihe

Potensi ancaman
Meskipun saat ini dianggap berisiko rendah, penting untuk mempertimbangkan potensi ancaman spesies ini di masa depan. Secara umum, burung-burung di Indonesia menghadapi berbagai ancaman, termasuk degradasi dan kehilangan habitat akibat deforestasi dan konversi lahan, terlebih di pulau sekecil Pulau Babar.
Perdagangan satwa liar ilegal dan perburuan juga menjadi ancaman signifikan bagi banyak spesies burung di Indonesia. Jika Myzomela babarensis memiliki ciri-ciri yang menarik bagi kolektor atau pedagang burung, ia bisa menjadi target kedepannya. Selain itu, perubahan iklim juga merupakan ancaman global yang dapat memengaruhi ekosistem pulau-pulau kecil dan berpotensi berdampak pada spesies seperti Myzomela babarensis dalam jangka panjang.
Penemuan Myzomela babarensis menunjukkan betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia, terutama di kawasan Timur Indonesia, yang masih berpeluang ditemukannya jenis burung baru. Mengingat, belum banyak misteri keragaman hayati yang terkuak dan pentingnya penelitian berkelanjutan untuk mengungkap spesies-spesies yang belum dikenal.
Dewi Malia Prawiradilaga akan Terus Menemukan Jenis Burung Baru