Setelah 60 Tahun, Ilmuwan Temukan Gen Penyebab Warna Oranye pada Kucing

1 month ago 41
  • Setelah 60 tahun penelitian, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi gen yang menyebabkan warna oranye pada kucing domestik.
  • Gen Arhgap36 terletak pada kromosom X dan berperan dalam menentukan warna oranye pada kucing, menjelaskan mengapa kucing oranye lebih sering jantan.
  • Kucing jantan hanya memerlukan satu kromosom X untuk mewarisi warna oranye, sedangkan kucing betina memerlukan dua kromosom X.
  • Temuan ini membuka wawasan baru dalam pemahaman genetika kucing dan berpotensi memberikan petunjuk tentang bagaimana warna bulu berkembang pada spesies lain.

Kira-kira, apa saja persamaan antara Garfield, Heathcliff, dan Puss in Boots? Betul, mereka semua adalah seekor kucing, berwarna oranye, dan semuanya adalah jantan. Ini bukan sebuah kebetulan semata. Ternyata, sebagian besar kucing oranye memang berkelamin jantan, sementara hampir semua kucing calico (Tritone: hitam, oranye, putih)  dan tortoiseshell (hitam dan oranye, atau krem) berkelamin betina. Perbedaan warna bulu ini telah membuat para ilmuwan dan pecinta kucing bingung selama beberapa dekade, hingga sekarang.

Setelah 60 tahun melakukan penelitian, para ahli genetika akhirnya berhasil mengidentifikasi gen yang menyebabkan warna marmalade (warna bulu kucing yang mirip dengan warna buah jeruk, oranye kekuningan atau kemerahan) pada kucing domestik.

Baca Juga: Mengapa Kucing Putih Sering Dianggap ‘Bodoh’? Inilah Penjelasan Ilmiah di Baliknya

Penemuan Gen Penyebab Warna Oranye pada Kucing

Dua tim peneliti independen baru-baru ini berhasil menemukan gen yang menyebabkan warna bulu oranye pada kucing, sebuah temuan yang telah lama dinantikan oleh para ilmuwan. Penelitan ini mengungkapkan bahwa warna bulu oranye pada kucing kemungkinan besar disebabkan oleh penghapusan segmen DNA di bagian non-coding dari genom kucing. Greg Barsh, seorang ahli genetika dari Universitas Stanford, menyebut temuan ini sebagai “misteri genetik” yang akhirnya terpecahkan setelah bertahun-tahun dicari ungkapnya kepada Sara Reardon di Science.

Red tabby domestic short-haired cats. Foto: Wikipedia Commons CC-BY-SA 3.0

Barsh dan timnya menemukan bahwa sel-sel kulit kucing yang menumbuhkan bulu oranye mengekspresikan RNA 13 kali lebih banyak dari gen yang disebut Arhgap36 yang terletak pada kromosom X, dibandingkan dengan sel-sel kulit kucing yang tidak memiliki warna oranye. Awalnya, para peneliti menduga bahwa bagian pengkode protein dari gen Arhgap36 telah bermutasi dan menjadi terlalu aktif, namun mereka terkejut saat menemukan bahwa yang terjadi adalah penghapusan segmen DNA di bagian awal gen tersebut. Penghapusan ini diduga mempengaruhi ekspresi gen secara keseluruhan, tetapi tidak memengaruhi komponen asam amino dari protein yang dihasilkan.

Segmen DNA sepanjang 5 kilobase ini ditemukan pada setiap kucing oranye yang diteliti dalam penelitian Barsh, yang mencakup 145 kucing oranye, 6 kucing calico/tortoiseshell, dan 37 kucing non-oranye. Temuan ini memberikan bukti genetik yang kuat bahwa penghapusan ini menyebabkan warna oranye pada kucing dan terkait dengan jenis kelamin.

Pewarisan Gen Oranye: Kucing Jantan Lebih Sering Memiliki Warna Oranye

Salah satu penemuan penting dalam penelitian ini adalah pemahaman tentang bagaimana warna oranye pada kucing diwariskan, yang menjelaskan mengapa sebagian besar kucing oranye adalah jantan. Kucing jantan hanya mewarisi satu kromosom X dari induknya, sementara kucing betina memerlukan dua kromosom X untuk mewarisi warna oranye. Ini menjelaskan mengapa kucing oranye jantan lebih sering ditemukan, sementara kucing betina dengan warna oranye lebih jarang.

Kucing Oren. Foto: Alexas_Fotos/Pixabay

Pada kucing oranye jantan, gen oranye biasanya diwariskan melalui induk yang memiliki warna oranye atau campuran seperti tortoiseshell atau calico, yang juga membawa gen oranye pada kromosom X. Sebaliknya, untuk kucing betina, mereka harus mendapatkan dua kromosom X yang masing-masing membawa gen oranye, yang sangat jarang terjadi, hanya sekitar 20%. Hal ini karena kromosom X pada kucing betina biasanya membawa dua warna bulu yang berbeda, seperti yang terlihat pada kucing calico atau tortoiseshell. Sebagai hasilnya, kucing oranye betina lebih langka dibandingkan kucing jantan.

Baca Juga: Inilah Penjelasan Mengapa Kucing Takut Pada Timun

Studi Terpisah yang Mengonfirmasi Temuan

Penelitian yang dilakukan oleh Hiroyuki Sasaki dari Universitas Kyushu bersama timnya juga mengonfirmasi hasil temuan ini. Mereka menemukan penghapusan gen yang sama pada 24 kucing liar dan peliharaan di Jepang, serta 258 genom kucing dari berbagai negara. Mereka juga mengamati bahwa kulit kucing calico mengandung lebih banyak RNA Arhgap36 di area warna oranye dibandingkan dengan area cokelat atau hitam, yang menunjukkan bahwa gen ini berperan dalam mempengaruhi warna kulit dan bulu kucing.

Selain itu, peneliti Sasaki juga menemukan bahwa gen Arhgap36 pada tikus, kucing, dan manusia mengalami modifikasi kimiawi yang menonaktifkan gen ini pada salah satu kromosom X pada betina, suatu fenomena yang dikenal dengan inaktivasi kromosom X. Proses inaktivasi ini menjelaskan mengapa kucing calico dan tortoiseshell memiliki pola warna yang terpisah antara oranye, cokelat, dan hitam, tergantung kromosom X mana yang terinaktivasi di setiap sel kulit.

Penemuan yang Membuka Pemahaman Baru tentang Genetika Kucing

Temuan ini membuka wawasan baru dalam pemahaman genetika kucing. Arhgap36 adalah gen yang sebelumnya belum diketahui dapat mempengaruhi warna kulit atau bulu. Gen ini terlibat dalam berbagai aspek perkembangan embrio, namun mutasi besar yang memengaruhi fungsinya di seluruh tubuh biasanya akan membunuh organisme. Namun, mutasi yang terjadi hanya pada ekspresi gen dalam sel melanocyte, yang bertanggung jawab untuk produksi pigmen, membuat kucing yang memiliki mutasi ini tetap sehat, meskipun mereka memiliki warna bulu yang sangat khas.

Para ahli genetika, seperti Carolyn Brown dari Universitas British Columbia, merasa yakin bahwa ini adalah gen yang telah lama dicari oleh para ilmuwan. Penemuan ini juga mendapat sambutan positif dari Leslie Lyons, seorang ahli genetika kucing dari Universitas Missouri, yang menyatakan bahwa meskipun temuan jalur molekuler baru yang mempengaruhi warna bulu ini mengejutkan, interaksi yang kompleks antara gen-gen penyebab warna pada hewan adalah hal yang biasa dalam ilmu genetika.

Namun, bagi penggemar kucing di seluruh dunia, temuan ini tidak hanya memberi pengetahuan baru tentang genetika, tetapi juga semakin menambah daya tarik kucing oranye yang telah lama menjadi favorit banyak orang.

Baca Juga: Benarkah Anjing Takut Pada Kucing? Inilah Alasan dan Solusinya

Penelitian Lain Menyebut Kucing Oranye Sangat Spesial

Seringkali, kucing oranye menjadi subjek dari berbagai stereotip di kalangan penggemar kucing. Namun, beberapa temuan ilmiah dapat memberikan penjelasan yang mendasari sifat penyayang dan ramah yang sering dikaitkan dengan kucing jenis ini.

Menurut Psychology Today, sifat ramah pada kucing oranye cenderung lebih dominan pada kucing jantan. Penelitian yang dilakukan oleh Pontier et al. (1995) mengenai frekuensi varian gen oranye di antara populasi kucing menunjukkan bahwa kucing oranye mungkin memiliki perbedaan perilaku dibandingkan dengan kucing dari jenis lainnya dalam beberapa aspek.

Untuk melakukan penelitian ini, para peneliti mengambil sampel dari 30 populasi kucing di Perancis antara tahun 1982 hingga 1992, mengumpulkan data dari 56 hingga 491 kucing dari setiap populasi. Mereka menemukan tiga tren menarik terkait dengan kucing oranye.

  • Kucing oranye lebih umum di lingkungan pedesaan (kurang padat) dibandingkan dengan lingkungan perkotaan.

Temuan ini menunjukkan bahwa kucing oranye mungkin menikmati kesuksesan reproduksi yang lebih besar dalam kondisi sosial tertentu. Di lingkungan pedesaan, sistem perkawinan kucing lebih poligami, artinya kucing jantan cenderung kawin dengan beberapa kucing betina, sedangkan betina cenderung kawin dengan hanya satu jantan. Sementara itu, di lingkungan perkotaan, baik kucing betina maupun jantan memiliki banyak pasangan.  

  • Kucing oranye kurang umum di daerah dengan risiko kematian yang lebih tinggi. 

Di lingkungan perkotaan, sifat kompetitif yang dimiliki oleh kucing jantan oranye dapat meningkatkan risiko kematiannya, misalnya akibat perkelahian dengan kucing atau hewan lain, yang pada gilirannya mengurangi proporsi kucing oranye dalam populasi tersebut.

  • Kucing oranye menunjukkan dimorfisme seksual yang lebih besar.

Kucing oranye jantan cenderung memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan kucing dari warna lain, sementara kucing betina oranye memiliki berat badan yang lebih kecil. Pola ini telah tercatat dalam penelitian sebelumnya di Australia.

Studi ini mengidentifikasi beberapa karakteristik unik kucing oranye, namun belum menjelaskan mengapa mereka cenderung lebih ramah terhadap manusia. Jika stereotip ini benar, perilaku berisiko kucing oranye jantan, yang memiliki status dominan dan kepribadian berani, mungkin membuat mereka lebih nyaman mendekati manusia dibandingkan dengan kucing lainnya.

Penelitian dari University of California yang dipublikasikan di Journal of Applied Animal Welfare Science mencoba menjawab pertanyaan ini. Setelah survei terhadap 1.200 pemilik kucing, mereka menemukan bahwa warna bulu memang berkaitan dengan sifat kucing. Kucing calico cenderung lebih agresif, sementara kucing oranye lebih ramah, pemalas, namun seringkali sangat berisik dan suka mengeong dengan keras.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|