Pakar Konservasi: Papua Punya Potensi Besar Ekowisata Berbasis Birdwatching

1 month ago 68
  • Kampung Malagufuk di Kabupaten Sorong, Papua Barat adalah desa ekowisata yang warganya memanfaatkan aktivitas pengamatan burung (birdwatching) sebagai sumber ekonomi warganya
  • Jenis-jenis burung asli dan endemik Papua dapat dijumpai di wilayah ini, termasuk berbagai jenis cendrawasih, kakatua, kasuari, hingga julang papua
  • Pakar konservasi dan ahli burung (ornitolog) Yokyok Hadiprakarsa, menyebut peluang pengembangan ekowisata sangat memungkinkan untuk direplikasi di berbagai tempat di Papua.
  • Dukungan Pemerintah setempat dan kemauan warga setempat jadi kunci bagi upaya pengembangan ekonomi berkelanjutan yang berhasil.

Dengan daratannya yang masih diliputi oleh hutan-hutan lebat, Papua adalah salah satu pulau yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, -bahkan salah satu yang tertinggi di dunia untuk berbagai jenis satwa dan vegetasi. Termasuk jenis-jenis burung yang diperkirakan mencakup 602 jenis burung, dengan 52% diantaranya adalah spesies endemik.

Untuk melihat langsung burung-burung itu ada di alam, Mongabay Indonesia berkesempatan mengunjungi Desa Malagufuk di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat bersama Yokyok Hadiprakarsa, seorang ahli biologi konservasi satwa liar.

Yoki, demikian dia kerap disapa, saat ini adalah Pendiri sekaligus Direktur Forestry Program di Rekam Nusantara Foundation, anggota Steering Committee pada IUCN-SSC Hornbill Specialist Group sejak 2017, serta Direktur Indonesian Ornitologist Union (IdOU). Karena dedikasinya, pada tahun 2020, Yoki memperoleh penghargaan konservasi internasional bergengsi Whitley Award.

Simak kutipan wawancara bersama Yokyok Hadiprakarsa perihal pengembangan ekowisata burung dan pandangannya tentang potensi hutan untuk masyarakat di Papua.

Yokyok ‘Yoki’ Hadiprakarsa, ahli biologi konservasi dan seorang ornitolog, saat berada di Malagufuk, Papua Barat. Foto: RIdzki R Sigit/Mongabay Indonesia

***

Mongabay: Apa yang menurut Anda menarik dari ekowisata pengamatan burung (bird watching) di Malagufuk?

Yokyok: Pertama kali saya datang ke Malagufuk tahun lalu. Awalnya saya hanya mengira ini hanya sebuah komunitas kecil yang mencoba untuk bird guiding.  Ternyata saat sampai di sini, semua melebihi ekspektasi saya.

Dari segi infrastruktrurnya sudah bagus, sudah ada jalan trek untuk pengamatan burung sekitar 3 km, dan yang luar biasanya keragaman burungnya juga sangat luar biasa.  Malagufuk pun terletak di dataran rendah yang secara topografi rata jadi sangat strategis dan tidak begitu jauh dari kota Sorong, lebih kurang 1,5 jam perjalanan.

Jadi Malagufuk bisa jadi potret, bagaimana kaya dan beragamnya jenis burung yang ada di Papua, secara spesifik yang ada di Kepala Burung Papua. Malagufuk punya nilai, baik dari daya habitat maupun dari segi aksesibilitas.

Mongabay: Burung-burung apa saja yang ada di Malagufuk?

Yokyok: Wah banyak sekali, seperti cendrawasih kuning (Paradisaea minor), cendrawasih raja (Cicinnurus regius), kakatua raja (Probosciger aterrimus), kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) dan masih banyak yang lainnya.

Semua itu mudah kita jumpai, saat masuk ke hutan pasti minimal satu burung endemik bisa ketemu atau bisa dengar suaranya. Bahkan, saat jalan dari pintu depan ke dalam kampung Malagufuk saja, setidaknya saya bisa mendengar sedikitnya 15 suara burung berbeda.

Julang papua (Rhyticeros plicatus) atau disebut taun-taun dalam bahasa lokal, yang dapat dijumpai di kawasan hutan Malagufuk, Papua Barat. Dok:  Rekam Nusantara Foundation/Khairul Abdi
Kakatua raja (Probosciger aterrimus), jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan hutan di Malagufuk, Papua Barat. Dok:  Rekam Nusantara Foundation/Khairul Abdi

Mongabay: Apa yang membuat keragaman hayati di sekitar kampung Malagufuk ini masih terjaga dengan baik?

Yokyok: Ini karena di Malagufuk hutannya masih sangat terjaga baik. Sejak saya pertama ke sini hingga sampai saat ini, saya tidak sekalipun menemukan tanda-tanda pembukaan lahan.

Struktur vegetasinya masih bagus, pohon-pohon buah-buahan yang jadi sumber pakan penting burung juga masih banyak. Hal lain, hutan ini masih dijaga komunitas. Tidak ada penangkapan burung.

Ini berbeda jika kita ke wilayah barat Indonesia, seperti di Sumatera, Jawa, Kalimantan kita mengalami apa yang disebut sebagai silent forest atau fenomena hutan senyap. Hutan yang tadinya ramai sekali oleh burung kicau sekarang sudah semakin sepi karena banyak burung yang ditangkap untuk diperjualbelikan untuk dipelihara di kandang.

Ketika saya datang ke Malagufuk dan hutan-hutan lain di Papua, hutan masih ramai membentuk harmoni, ada suara burung, ada gesekan daun, ada serangga, ada suara angin, dan sebagainya.

Crown-jewel papua atau cendrawasih raja (Cicinnurus regius) salah satu jenis cendrawasih yang dapat dijumpai di Malagufuk. Dok: Rekam Nusantara Foundation/Khairul Abdi
Cendrawasih raja (Cicinnurus regius), salah satu jenis cendrawasih yang dapat dijumpai di Malagufuk. Dok: Rekam Nusantara Foundation/Khairul Abdi

Mongabay: Jadi dapat disimpulkan Papua adalah pusat keragaman burung di Indonesia?

Yokyok: Papua adalah mega biodiversity wilayah tropis, dimana jenis-jenis burung di daerah timur garis Wallacea lebih tinggi daripada wilayah baratnya. Papua juga merupakan salah satu daerah yang tingkat endemik burungnya sangat tinggi.

Contohnya cenderawasih, yang hanya bisa dijumpai di pulau Papua, baik di bagian barat maupun di bagian timurnya, yaitu Papua Niugini (PNG). Nah belum lagi bicara jenis burung-burung kecil dan jenis burung-burung kicaunya.  Ini baru menggambarkan sisi keragaman burung, belum berbagai jenis vegetasi, satwa marsupial, dan jenis vertebrata lainnya.

Mongabay: Bagaimana burung berkontribusi dalam menjaga hutan dan ekosistem di Papua?

Yokyok: Burung menjaga hutan agar tetap sehat. Mereka agen pemencar biji. Mereka makan buah-buah hutan dan mengeluarkannya lewat kotorannya. Biji-biji ini punya kecenderungan daya tahan yang lebih kuat untuk berkecambah.

Jadi misalnya ada hutan yang rusak akibat alam atau misalkan akibat manusia, burung-burung ini bisa ‘menambalnya’ melalui biji-biji itu, bahkan tanpa perlu ada campur tangan manusia.

Secara khusus, ada dua jenis burung besar yang penting sebagai pemencar biji di Papua, yaitu julang papua (Rhyticeros plicatus) yang hidup di tajuk hutan, dan kasuari (Casuarius sp.) yang ada di lantai hutan.

Kemiripan keduanya adalah ukuran tubuhnya yang besar dan daya jelajahnya yang luas. Kedua burung ini merupakan agen pemencar biji terpenting.  Saya menyebut mereka sebagai Pahlawan Karbon Nusantara.

Benih yang tumbuh dari biji yang diperncarkan oleh kasuari di hutan sekitar Malagufuk. Burung menjadi agen pemencar biji yang penting bagi keberlanjutan ekosistem hutan. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

Mongabay: Bagaimana Anda melihat hubungan antara kegiatan ekowisata dengan ekonomi warga?

Yokyok: Ada relasi ekonomi positif antara aktivitas ekowisata pengamatan burung dengan ekonomi masyarakat yang tinggal di dalam ataupun di dekat hutan.

Berdasarkan cerita dari masyarakat Malagufuk, mereka mengakui, dulu mereka berburu berbagai jenis burung, bahkan bukan hanya burung tapi hampir semua satwa yang mereka bisa jumpai di hutan.

Kemudian mereka bisa merasakan sendiri saat banyak orang rela datang dari belahan dunia manapun, yang mau membayar sejumlah uang untuk mengamati burung. Dari situ mereka sadar yang tadinya burung itu diburu, sekarang harus dijaga.

Karena jika burung terus diburu itu sama saja mematikan ekonomi mereka. Di Malagufuk saat ini, sumber ekonomi warganya digerakkan oleh industri ekowisata burung.

Komunitas warga lokal terlibat dalam ekowisata di Malagufuk, Papua Barat.  Pemanduan bird guiding saat ini menjadi sumber ekonomi utama di Malagufuk, yang wilayahnya sangat kaya dengan berbagai jenis burung. Foto: Ridzki R Sigit/Mongabay Indonesia

Mongabay: Apa yang menjadi harapan Anda bagi konservasi di Malagufuk maupun di Papua secara umum?

Yokyok: Karena pasar ekowisata pengamatan burung utamanya masih dari luar negeri, harus mulai dipikirkan upaya terobosan untuk mendorong pula pasar domestik. Penting untuk memperkenalkan perihal kekayaan hayati yang luar biasa bagi masyarakat di Indonesia.

Saya berharap, baik Pemerintah Pusat maupun Pmeda dapat menjadikan aktivitas berbasis konservasi bagian penting dari strategi pengembangan ekonomi daerah.  Jasa ekowisata itu potensinya luar biasa dan punya dimensi jangka panjang, negara-negara tetangga kita sudah membuktikan itu.

Sejauh ini Pemda sudah memberikan dukungan positif seperti membangun jembatan kayu untuk trek pengamatan burung, kemudian bantu membangunkan guest house, serta berbagai fasilitas lainnya di Malagufuk.

Hal lain, adalah membangun masyarakat, seperti memberi pelatihan bagaimana cara mengelola uang secara bijak yang mereka peroleh dari industri ini. Sehingga dampak dari usaha ekowisata ini bisa betul dirasakan oleh warga setempat, terutama generasi mudanya.

Pemda dan warga dapat mencontoh keberhasilan desa-desa konservasi yang sudah berjalan baik di Jawa, di Sumatera, di Kalimantan serta wilayah lainnya. Ini bisa direplikasi.

Saya percaya potensi pasar ini luar biasa besar, mengingat Indonesia adalah negara lima besar untuk bicara keragaman hayati, dan nomor satu untuk jenis-jenis burung endemiknya.

Kasuari, Burung Purba Penjaga Hutan Papua

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|