Inilah Perbedaan Rumput Laut dan Lamun yang Sering Dikira Sama

1 month ago 42
  • Rumput laut dan lamun sering disamakan karena merupakan organisme laut yang hidup di perairan dangkal dan dapat ditembus sinar matahari. Dalam Bahasa Inggris, rumput laut diartikan seaweed, sementara lamun diartikan seagrass.
  • Istilah lamun untuk seagrass diperkenalkan oleh Hutomo kepada ilmuwan dan masyarakat umum dalam penelitian disertasinya di Teluk Banten.
  • Meskipun sama-sama hidup di laut, rumput laut dan lamun memiliki perbedaan signifikan dari segi klasifikasi, struktur tubuh, reproduksi, dan habitat.
  • Rumput laut dikenal sebagai makroalga yang mencakup beragam kelompok tanaman laut dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Rumput laut juga tidak memiliki akar, batang, dan daun. Sementara lamun adalah tanaman berbunga yang beradaptasi dengan kehidupan terendam di lingkungan laut. Tumbuhan ini memiliki akar, batang, dan daun, sehingga lebih dekat hubungannya dengan rumput darat.

Rumput Laut dan lamun sering diasosiasikan sebagai organisme yang sama. Ini dikarenakan keduanya tumbuhan laut yang hidup di perairan dangkal dan dapat ditembus sinar matahari.

Apalagi jika diterjemahkan ke Bahasa Inggris, rumput laut disebut seagrass. Di beberapa daerah, seagrass memiliki nama lokal seperti rumput pama, oseng, samo-samo (Kepulauan Seribu), sumput setu, setu laut (Kepulauan Riau), rumput anang (Sulawesi Selatan), lalamong, ilalang laut, rumput gussumi, guhungiri, alinumang (Maluku), rumput lela (Buton, Sulawesi Tenggara), atau rumput unas (Kalimantan Timur).

Tahun 1980-an, istilah lamun untuk seagrass diperkenalkan oleh Hutomo kepada ilmuwan dan masyarakat umum dalam disertasinya berjudul “Telaah Ekologik Komunitas Ikan pada Padang Lamun di Teluk Banten”. Setelah itu rumput laut diterjemahkan menjadi seaweed.

Bagi masyarakat Indonesia, rumput laut (seaweed) dan lamun (seagrass) memiliki potensi ekonomi cukup besar. Rumput laut sering dibudidayakan, karena memiliki manfaat sebagai sumber bahan makanan, obat-obatan, hingga bahan kosmetik. Sementara lamun memiliki potensi karbon biru, sebagai habitat ikan yang menjadi sumber pangan masyarakat pesisir dan pulau, serta untuk restorasi ekosistem pesisir.

Baca: Ternyata, Dugong Memiliki Jenis Makanan Favorit

Budidaya rumput laut menjadi mata pencahrian utama masyarakat adat Darawa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Meskipun sama-sama hidup di laut, rumput laut dan lamun memiliki perbedaan sangat signifikan dari segi klasifikasi, struktur tubuh, reproduksi, dan habitat. Dalam sebuah publikasi ilmiah edisi Januari 2024, dijelaskan bahwa rumput laut, juga dikenal sebagai makroalga yang mencakup beragam kelompok tanaman laut yang datang dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna.

Tidak seperti tanaman darat, rumput laut tidak memiliki akar, batang, dan daun. Sebaliknya, rumput laut menambatkan diri ke dasar laut menggunakan tali pengikat. Rumput laut dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama: ganggang hijau, cokelat, dan merah. Setiap jenis tumbuh subur dalam kondisi lingkungan berbeda, berkontribusi pada keanekaragaman hayati ekosistem laut secara keseluruhan.

Sebaliknya, lamun merupakan tanaman berbunga yang beradaptasi dengan kehidupan terendam di lingkungan laut. Tumbuhan ini memiliki akar, batang, dan daun, sehingga lebih dekat hubungannya dengan rumput darat. Lamun membentuk padang lamun bawah laut yang luas dan menyediakan habitat penting bagi berbagai organisme laut.

“Lamun memainkan peran penting di antaranya menstabilkan sedimen, meningkatkan kualitas air dan berfungsi sebagai tempat pembibitan bagi banyak spesies ikan,” tulis Maruf Adnan, dalam laporannya.

Baca: Air Mata Dugong Hanya Mitos, Hentikan Perburuan

Budidaya rumput laut masyarakat adat Darawa, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Rumput Laut di Indonesia

Di Indonesia, rumput laut menjadi primadona masyarakat pesisir dan sumber pendapatan ribuan petani skala kecil. Penelitian menunjukkan bahwa berbagai jenis rumput laut di perairan Indonesia memiliki kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif tinggi, sehingga berpotensi besar dikembangkan sebagai sumber makanan fungsional dan bahan baku obat-obatan alami.

Tri Handayani, peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI (kini BRIN) menyebutkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan makroalga sebanyak 89 suku (familia), 268 marga (genus), dan 911 jenis (spesies).

“Di Indonesia, kelas alga merah (Rhodophyta) mendominasi jumlah jenis rumput laut yang tumbuh di perairan. Berdasarkan data, sekitar 564 jenis alga merah telah teridentifikasi, disusul alga hijau (Chlorophyta) sekitar 201 jenis, dan alga cokelat (Ochrophyta) sekitar 146 jenis,” jelasnya, dikutip dari Liputan6.com.

Baca: Kenapa Rumput Laut Identik dengan Emas Hijau?

Masyarakat sekitar Teluk Kelabat Dalam membudidayakan rumput laut di sekitar Pulau Nanas. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Penelitian yang dilakukan Lizhu Zhang, dkk, menjelaskan bahwa rumput laut telah muncul sebagai sumber daya paling menjanjikan. Ini dikarenakan kemampuan adaptasinya yang luar biasa, periode pengembangan yang singkat, serta memiliki sistem keberlanjutan.

“Ini terobosan efektif untuk mengurangi krisis sumber daya di masa depan. Sumber daya alga telah mencapai tahap pertumbuhan yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, karena peningkatan produksi dan permintaan rumput laut di seluruh dunia,” tulis para peneliti.

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa secara global, China berada pada urutan pertama dalam hal produksi rumput laut, dengan jenis alga utamanya adalah rumput laut Jepang (Laminaria japonica), rumput laut Gracilaria (Gracilaria spp.), dan jenis rumput laut nori Nei (Porphyra spp.).

Disusul Indonesia, dengan pembudidayaan rumput laut yang menyumbang 28,6% dari pembiakan global. Rumput laut dari Indonesia adalah jenis Eucheuma nei (Eucheuma spp.) dan rumput laut Gracilaria (Gracilaria spp.).

Baca: Desa Ini Berkembang Berkat Rumput Laut

Jenis lamun di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Manfaat Padang Lamun

Penelitian juga menunjukkan bahwa padang lamun memiliki peran penting menjaga kualitas air, melindungi garis pantai dari abrasi, dan sebagai habitat berbagai jenis biota laut. Selain itu, padang lamun juga memiliki potensi besar sebagai penyerap karbon atau yang dikenal sebagai karbon biru, sehingga dapat berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.

Secara global terdapat 60 spesies lamun di dunia yang terbagi 12 marga (genus). Di Indonesia, secara umum ditemukan 15 spesies lamun yang terbagi 7 genus. Secara luasan, 5-10 % ekosistem lamun dunia terdapat di Indonesia dan yang diteliti sekitar 16-35% dari potensi sesungguhnya.

Baca juga: Padang Lamun: Benteng Alami Melawan Bakteri Patogen di Pesisir Kota

Jenis lamun yang hidup di antara terumbu karang di Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

Seperti ditulis Mongabay sebelumnya, berdasarkan data PBB, di seluruh dunia padang lamun terdapat di 159 negara. Lebih dari 30 persen luas padang lamun telah hilang sejak akhir abad ke-19. Kini hanya tersisa sekitar 300 ribu kilometer persegi.

Data lainnya menyebut, luas padang lamun diperkirakan tinggal 160 ribu kilometer persegi, atau dengan pemodelan distribusi luasnya paling jauh mendekati 600 ribu kilometer persegi. Ini setara dengan luas negara Perancis.

Laju penyusutan lamun sekitar 7 persen per tahun, yang lebih cepat dari ekosistem pesisir lainnya. Misalnya, hutan mangrove yang menyusut sekitar 1 hingga 3 persen setiap tahun.

Meski hanya menutupi 0,1 persen dasar laut, namun padang lamun memiliki peran penting bagi kehidupan planet bumi. Padang lamun menjadi habitat sekitar 20 persen perikanan laut yang dikonsumsi manusia.

Banyak spesies laut yang terancam dan hampir punah bergantung pada lamun, sehingga berkurangnya luas lamun akan semakin menyulitkan mereka untuk bertahan hidup. Lamun juga mampu menahan kuatnya gelombang laut hingga 40 persen. Ini bisa memberikan masyarakat pesisir perlindungan dari bahaya empasan gelombang air.

Padang Lamun, Gudang Karbon yang Terancam Punah

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|