5 Fakta Pesut Mahakam, Lambang Kota Samarinda yang Terancam Punah

1 month ago 42

Bagi penggemar sepak bola mungkin mengenal logo Borneo FC, sebuah klub bola asal Samarinda yang dikenal dengan julukan Pesut Etam. Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) menjadi simbol klub mereka. Ini karena Pesut Mahakam menjadi satwa endemik yang tak terpisahkan bagi Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Pesut Mahakam dikenal sebagai mamalia air yang hidup di air tawar. Habitatnya hanya ada di Teluk Balikpapan dan Sungai Mahakam. Pesut yang berada di dua lokasi ini berbeda secara analisa DNA, tapi mereka saudara dekat. Tak hanya pesut, lumba-lumba hidung botol, duyung, buaya dan penyu juga tinggal di wilayah tersebut. 

Meski sekilas mirip dengan lumba-lumba, pesut memiliki keunikannya sendiri. Warnanya putih keabuan dengan bentuk kepala bulat dan dahi tinggi. Bentuk tubuhnya lurus, tegap dan membulat dengan mata yang kecil. Sirip dadanya relatif besar dengan ujungnya membulat, sedangkan sirip punggungnya tampak kecil dan berbentuk segitiga di belakang bagian tengah. 

Sayangnya, jumlah Pesut Mahakam kini semakin berkurang karena tidak adanya daya dukung yang baik di habitatnya. Ini disebabkan adanya peningkatan aktivitas industri, limbah industri, limbah rumah tangga dan penggunaan alat tangkap masyarakat yang berlebihan. Bahkan, pemindahan ibukota negara juga menjadi ancaman baru karena sangat dekat dengan habitat Pesut. Seperti apa keunikan Pesut Mahakam? Berikut fakta-fakta tentangnya:

Pesut mahakam yang nasibnya harus diperhatikan. Foto: Facebook YK RASI

1. Pesut Mahakam menjadi mamalia air yang paling terancam

Pesut Mahakam menjadi satu-satunya lumba-lumba air tawar yang dilindungi Undang-Undang No.5/1990 tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem dan PP Nomor 7/1999. Pesut Mahakam masuk dalam spesies lumba-lumba air tawar yang hanya ada di Amazon, Indus, Gangga, Yangtze, Ayeyarwady, dan Mekong. 

Berdasarkan data Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK RASI) 2022, populasi Pesut Mahakam tersisa 62 individu saja. Bahkan sejak 2008, Pesut Mahakam masuk dalam kategori terancam punah menurut daftar merah IUCN.

Dalam studi peneliti Yayasan Konservasi RASI, Danielle Kreb menyebutkan bahwa Pesut Mahakam sebagai hasil evolusi panjang sejak zaman es. Perubahan laut dan darat pada zaman es menjebak sejumlah lumba-lumba di air tawar dan mengharuskannya beradaptasi. “DNA Pesut Mahakam berbeda bila dibandingkan dengan pesut yang hidup di perairan air asin,” ujar Danielee dilansir dari BeritaBenar.

Baca juga: Upaya Pemulihan Habitat Pesut Mahakam 

Pesut Mahakam yang mati di Perairan Anggana, Kampung Kajang Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara, Kaltim, Senin (2/2/2018), merupakan kejadian pertama di tahun 2018. Foto : Danielle Kreb/Yayasan RASI/Mongabay Indonesia

2. Perilaku unik Pesut Mahakam : menyemprotkan air untuk berburu dan merayu

Meski sebagai saudara dekat lumba-lumba, Pesut Mahakam dikenal sebagai perenang lambat. Tapi dia juga sangat aktif dalam melambaikan sirip atau ekor, salto, mengintip dan sebagainya. 

Perilaku Pesut Mahakam yang paling unik adalah menyemprotkan air untuk mencari makan. Pesut sering mencari makan di muara sungai dan anak sungai serta pinggiran sungai. Dia menyemprotkan air secara horizontal sebagai strategi menyesatkan mangsa. Ikan repang, kendia, lais, jelawat, patin, baung dan udang menjadi makanan favoritnya. 

Tapi akan berbeda artinya jika ada Pesut jantan yang menyemprotkan air secara vertikal di udara atau menyemprotkan ke pesut lain. Itu artinya dia sedang menarik perhatian lawan jenis. Aksi ini ternyata untuk menunjukkan seberapa lihai untuk menyemprotkan air dan memperoleh ikan.

Batubara diangkut melalui jalur Sungai Mahakam yang merupakan urat nadi masyarakat Samarinda. Ini menjadi salah satu penyebab kepunahan Pesut Mahakam. Foto: Yutinus S. Hardjanto/ Mongabay Indonesia

3. Aktivitas industri dan alat tangkap nelayan mengancam Pesut Mahakam

Jumlah pesut terus menurun setiap tahunnya. Dalam rentang waktu 1995-2018, rata-rata ada empat individu Pesut Mahakam mati per tahun. Danielle mengatakan kematian Pesut 66% disebabkan oleh rengge—alat tangkap tradisional nelayan lokal. Sehingga, dia pun mengusulkan agar Pemda perlu membuat program penggunaan rengge yang lebih kecil agar pesut tidak terjebak. Tujuannya agar nelayan tetap melaut dan populasi Pesut tetap terjaga.

Aktivitas industri juga menjadi ancaman terbesar Pesut. Sejak 20 tahun silam, perusahaan kayu dan batu bara beroperasi di Teluk Balikpapan. Tumpahan minyak, lalu lintas kapal ponton batu bara, tanker minyak semakin sering hilir mudik mengancam Pesut. Sebagai hewan yang menggunakan sonar untuk hidup, polusi suara menganggu sistem navigasi Pesut. Tak jarang kematian Pesut juga disebabkan tertabrak kapal. 

Baca juga: Kematian Pesut Tertinggi di Sepanjang 2018-2019

Pemindahan Ibukota Negara yang dekat dengan habitatnya juga menjadi ancaman baru di Teluk Balikpapan. Dalam upaya perlindungan, pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara juga telah membuat regulasi untuk perlindungan habitat pesut, yakni dengan adanya kawasan konservasi perairan melalui SK Bupati No.75/2020. Meski SK sudah ada, lalu lintas sungai masih terbebani oleh ponton-ponton besar. Mereka kerap melewati anak-anak sungai dan berjalan terlalu pinggir. Padahal itu menjadi wilayah Pesut bermain dan mencari makan. 

Pesut mahakam yang jumlahnya diperkirakan 78 – 85 individu. Angkanya terus berkurang dengan adanya kasus kematian. Foto: Yayasan Konservasi RASI

4. Rasio pertumbuhan yang kecil

Berdasarkan data Yayasan Konservasi RASI, rata-rata kematian Pesut Mahakam dapat mencapai 4,2 individu per tahun. Sedangkan rata-rata kelahirannya antara 5-6 individu per tahun. Sedangkan, periode kehamilan mereka antara 9 sampai 14 Bulan dan melahirkan satu anak tiap periode. Setelahnya akan menyusui selama 1,5 tahun. 

Setiap individu Pesut Mahakam memiliki usia sekitar 30-50 tahun. Musim kemarau (Juli-September) menjadi musim kelahiran paling banyak. Meski begitu, setiap betina dewasa, di atas 8 tahun hanya bisa melahirkan 2-3 tahun sekali. Hal ini yang tentu mengancam populasi Pesut Mahakam secara alami. 

Baca juga: 43 Hektar untuk Konservasi Pesut Mahakam

Inilah pesut yang terperangkap di pukat nelayan Desa Bakau Besar, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, pada Jumat (24/7/2015). Foto: Dok. Dhani (warga Desa Bakau Besar)

5. Cara bersosialisasi ala Pesut Mahakam

Pesut Mahakam hidup dalam berkelompok, biasanya 8-30 individu dalam satu kelompok. Rata-rata Pesut betina bergerak rata-rata 45 km dan maksimal 100 km, sedangkan jantan mulai dari 100 km hingga 165 km sepanjang tahun. Biasanya mereka menjelajah hulu dan hilir sungai sepanjang 10 km diulang beberapa kali dalam sehari.

Suara menjadi cara berkomunikasi bagi Pesut Mahakam karena visibilitas Sungai Mahakam yang rendah. Setiap individu memiliki berbagai macam suara berbeda. Kadang terdengar suara mendengkur, keretak, merintih, cicit, bersiul dan berkicau. Biasanya mereka akan bersiul saat melakukan perjalanan untuk saling berhubungan antar individu. (***)

*Bernardino Realino Arya Bagaskara, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Rio aktif sebagai jurnalis di pers mahasiswa Teras Pers. Dia memiliki minat pada isu sosial kemasyarakatan, termasuk lingkungan.

Pesut Mahakam, Sang Legenda yang Kian Langka

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|