Paus Sperma Terdampar Mati di Bali, Gigi dan Siripnya Dijarah

1 day ago 13
  • Seekor Paus Sperma terdampar mati pada 17 November kemudian dikubur pada 18 November di Pantai Banyuning, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.
  • Sejumlah organ bangkai paus berbobot sekitar 2-4 ton ini hilang seperti gigi dan sirip.
  • Tim evakuasi tidak mengambil sampel sehingga penyebab kematian tidak bisa diperkirakan
  • Penanganan megafauna terdampar masih menjadi tantangan di lapangan karena kerap terkendala tim kesehatan, alat berat, dan pengendalian massa.

Seekor paus sperma terdampar mati di Kabupaten Karangasem, Bali, 17 November 2024. Sayangnya, sejumlah organ paus seberat 2-3 ton ini sudah hilang ketika dikuburkan.

Sejumlah tim gabungan yang melakukan evakuasi di antaranya  Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali melalui Resor KSDA Karangasem, Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, POLAIR Karangasem, Polsek Abang, Danramil Abang, Bakamla Karangasem, BPBD Karangasem,  Perbekel Desa Bunutan dan masyarakat nelayan setempat.

Penguburan bangkai paus sperma baru bisa dilakukan keesokan hari pada 18 November 2024. Rizka Dzulfikar dari BPSPL Denpasar yang dikonfirmasi mengatakan saat terdampar, pantai curam sehingga alat berat sulit mengakses. Karena itu harus ditarik dulu ke pantai yang lebih landai kemudian dikubur.

“Sudah kontak dokter hewan tapi sejumlah orang yang dikontak berhalangan. Awalnya organ utuh kalau dilihat di video di medsos. Tapi saat dikubur sudah tidak ada, siripnya juga ada indikasi dipotong,” ujarnya.

Paus ini sudah dalam kondisi membusuk, kode 3. Untuk memudahkan penguburan, badannya dipotong jadi 2. Menurutnya dari usia paus ini kemungkinan masih muda. Karena tidak ada dokter hewan, tim evakuasi tidak ada mengambil sampelnya.

Klasifikasi kondisi mamalia laut yang terdampar berdasarkan Geraci & Lounsbury 1993:

  1. Kode 1: alive (hewan masih hidup).
  2. Kode 2: fresh dead (hewan baru saja mati, belum ada pembengkakan).
  3. Kode 3: moderate decomposition (bangkai mulai membengkak).
  4. Kode 4: advance decomposition (bangkai sudah membusuk).
  5. Kode 5: severe decomposition (bangkai sudah mulai memutih menjadi kerangka, atau sudah jadi kerangka).

Baca : Puluhan Paus Pilot Mati Terdampar di Perairan Alor, Mengapa?

Seekor Paus Sperma terdampar mati pada 17 November di Pantai Banyuning, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali. Organ Paus Sperma dijarah seperti gigi dan sirip. Foto: Arsip BKSDA Bali

Rizka menyebut kesadaran warga untuk tidak mengambil organ masih rendah. Untuk mencegah ini, menurutnya harusnya segera pasang police line agar tidak ada akses warga. Selain mengambil organ juga bahaya terpapar bakteri. Hal ini pernah terjadi di Bali, seekor satwa terdampar, warga yang berusaha mengakses setelah kena darahnya, melaporkan kulit-kulit gatal. “Harusnya pengambilan organ bisa dicegah pada bangkai. Yang diincar pasti gigi, warga sering bawa parang,” jelasnya.

Karena tidak ada pemeriksaan sampel, tidak diketahui penyebab kematiannya.

Penanganan Bangkai Paus Sperma

Siaran pers BKSDA juga menyebut paus yang terdampar adalah paus sperma (Physeter macrocephalus), berjenis kelamin jantan, dengan panjang badan 12,6 meter, lebar badan 2,2 meter dan berat kurang lebih 2-3 ton.

Berdasarkan hasil nekropsi fisik, bangkai paus sperma saat ditemukan sudah tidak lengkap, rahang bagian bawah tidak utuh, dengan identifikasi terpotong, sirip bagian punggung dan pangkal ekor juga terpotong, dan sirip bagian kiri patah. Perkiraan kematian paus tersebut lebih dari 24 jam.

Kronologisnya, pada 17 November 2024, sekira pukul 09.00 WITA, menerima laporan dari masyarakat mengenai terdamparnya seekor paus di Pantai Banyuning, Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.

Menanggapi laporan tersebut, tim Resor KSDA Karangasem segera menuju lokasi untuk melakukan pemeriksaan awal. Paus ditemukan sudah dalam keadaan mati. Hingga pukul 19.00 WITA, paus belum dapat ditarik ke pantai karena akses menuju lokasi tidak memungkinkan dilalui alat berat, sehingga upaya penguburan belum dapat dilakukan. Penanganan bangkai paus sperma dihentikan pada pukul 20.00 WITA, karena kondisi hujan deras dan minimnya pencahayaan. Penanganan dilanjutkan pada hari Senin, 18 November 2024

Berdasarkan kesepakatan para pihak, penanganan keberadaan bangkai paus tersebut dilakukan dengan penguburan di lokasi terdamparnya paus tersebut. Hal tersebut merujuk pada standar operasional prosedur (SOP) penanganan mamalia terdampar. Penguburan akhirnya dilaksanakan pada hari Senin, 18 November 2024, sekira pukul 13.30 WITA.

Kepala BKSDA Bali, Ratna Hendratmoko, menghimbau kepada masyarakat sekitar pantai di pulau Bali, agar melaporkan apabila terdapat keberadaan paus atau mamalia besar lainnya yang terdampar di pantai, baik dalam keadaan hidup atau mati, melalui resor BKSDA Bali setempat.

Baca juga :  Lagi, Hiu Paus Terdampar di Pantai Pesisir Selatan Sumbar. Apa Penyebabnya?

Penanganan Paus Sperma terdampar mati di Karangasem, Bali. Foto: Arsip BKSDA Bali

Berbagai Penyebab Keterdamparan

Menurut buku panduan “Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar” yang diterbitkan Kementrian Kelautan dan Perikanan pada 2012 pada umumnya, kejadian terdampar bukanlah suatu hal yang wajar bagi paus dan lumba-lumba, dalam arti bahwa binatang-binatang tersebut secara alami mendamparkan diri.

Perkecualiannya adalah jenis paus pembunuh (Orcinus orca) yang memang sering mendamparkan diri di pantai di daerah beriklim dingin untuk memburu anjing laut.

Para ahli memiliki beberapa teori penyebab paus dan lumba-lumba terdampar sebagai berikut:

  1. Patologis internal: kehadiran parasit dalam organ syaraf (Morimitsu et al. 1987) atau karena si hewan menelan benda asing seperti plastik, seperti yang terjadi pada seekor paus Bryde di Cairns di tahun 2009 (Aragones et al. 2013)
  2. Gangguan pada sistem navigasi: karena alat buatan manusia misal sonar (Jepson et al. 2003; Yang et al. 2008) atau alami seperti badai matahari (Vanselow & Ricklefs 2005).
  3. Badai yang berkekuatan tinggi dapat menyebabkan disorientasi atau kelelahan pada si hewan sehingga mereka terdampar (Evans et al. 2005)
  4. Produktivitas suatu perairan meningkat (akibat kombinasi beberapa faktor seperti pasokan air dingin dan upwelling yang makin sering) sehingga paus dan lumba-lumba mengejar mangsa hingga keperairan dangkal dan terdampar (Evans et al. 2005).
  5. Pengaruh bulan purnama (seperti yang menyebabkan serangkaian kejadian koteklema terdampar di Atlantik Utara (Wright 2005)
  6. Dekompresi akibat rapid ascend (naik kepermukaan secara tiba-tiba) karena terpicu oleh gempa bumi (Benjamin Kahn, komunikasi personal 2012).

Kisah Prilly Latuconsina didapuk jadi Duta Konservasi Hiu Paus

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|