Jumlah Berkurang, Populasi Kerbau Mendekati Kepunahan?

2 days ago 12
  • Populasi kerbau di Indonesia diperkirakan mendekati kepunahan pada 2031.
  • Penurunan terjadi akibat rendahnya tingkat reproduksi dan sistem manajemen pemeliharaan kerbau yang belum optimal.
  • Keterbatasan pakan selama musim kemarau, alih fungsi lahan penggembalaan, masa pemeliharaan yang panjang, fragmentasi habitat, serta terbatasnya keragaman genetik, merupakan sejumlah fator yang menyebabkan turunnya populasi kerbau.
  • Dalam skenario perubahan iklim yang lebih panas dan lembab, kerbau bisa menjadi alternatif potensial sumber protein hewani berkualitas tinggi sebagai sumber pangan kita.

Pemandangan sentimentil ini bisa jadi bakal tinggal kenangan. Seorang bocah penggembala, memainkan seruling di atas punggung kerbau di sawah. Populasi kerbau yang berkurang dan sawah berganti menjadi permukiman, bisa jadi akan membuat anak-anak tidak lagi familiar dengan aktivitas tersebut.

“Penurunan terjadi akibat rendahnya tingkat reproduksi dan sistem manajemen pemeliharaan kerbau yang belum optimal,” tulis Peni Wahyu Prihandini, peneliti BRIN, dalam sebuah laporan riset bersama tim di jurnal Veterinary World, 2023.

Laporan itu mengutip faktor-faktor yang menyebabkan penurunan populasi kerbau dari penelitian sebelumnya. Antara lain, karena keterbatasan pakan selama musim kemarau, alih fungsi lahan penggembalaan, masa pemeliharaan yang panjang, serta meningkatnya popularitas peralatan pertanian bermotor. Ada pula temuan fragmentasi habitat, juga hilang dan terbatasnya keragaman genetik.

Baca: Kerbau Pampangan, Sumber Daya Genetik Menjanjikan di Rawa Gambut

Ratusan kerbau rawa berada di padang rumput di Tanjung Senai, Tanjungraja, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Foto drone: Ariadi Damara/Mongabay Indonesia

Beberapa tahun sebelumnya, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Imam Supriatna mengatakan, populasi kerbau di Indonesia bakal mendekati kepunahan pada 2031.

“Kalau kita ekstrapolasikan data dari BPS, pada tahun tersebut populasi ternak kerbau mendekati zero, istilah lainnya punah. Anak cucu kita tidak akan melihat kerbau lagi,” katanya, dikutip dari Antara.

Data Badan Pusat Statistik memperlihatkan populasi kerbau 2021 ke 2022 turun dari 1.143.189 ekor menjadi 1.088.483 ekor. Kerbau di seluruh provinsi di Jawa, pulau dengan penduduk terpadat di dunia ini, jumlahnya juga mengalami penurunan.

Dari 38 provinsi, populasi kerbau yang naik hanya ada di Aceh, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Riau, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara.

Meski pada periode 2018 hingga 2020, data BPS memperlihatkan populasi kerbau mengalami peningkatan, yaitu dari 894.278 ekor menjadi 1.154.226 ekor, namun kecenderungan dari 2002 ke 2022 mengalami penurunan, menurut data Kementerian Pertanian.

Baca: Kala ‘Rumah’ Kerbau Tergusur, Budaya Orang Lombok Bakal Terkubur

Inilah kerbau pampangan atau biasa disebut kerbau rawa yang potensinya menjanjikan di Sumatera Selatan. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

Keragaman Kerbau

Ada dua jenis kerbau air Asia, yaitu kerbau sungai dan kerbau rawa. Dalam tulisan di jurnal Animal Genetics, 2020, Y Zhang dari Universitas Pernaian China, Beijing, menjelaskan kerbau sungai merupakan hewan asli India yang menyebar ke arah barat sampai Balkan, Yunani, Mesir, dan Italia. Sementara kerbau rawa menyebar ke seluruh Asia Tenggara, hingga China.

Kerbau sungai memiliki tubuh berwarna hitam, tanduk umumnya melengkung. Sementara kerbau rawa berwarna abu-abu gelap, dengan garis putih di leher bawah.Tanduk relatif lurus, kadang panjang. Ada pula kerbau berbintik putih yang ditemukan di Tana Toraja, Indonesia.

Analisis genetik mengungkapkan, khusus kerbau rawa, domestifikasi berlangsung di China selatan, Thailand utara, dan Indochina. Setelah itu, menyebar melalui semenanjung Malaysia berlanjut ke pulau-pulau Indonesia. Ada pula jalur yang ke China tengah, dan melalui Taiwan, Filipina, lalu ke Kalimantan.

Secara global, jika kerbau sungai dinyatakan naik populasinya, kerbau rawa justru turun. Kerbau sungai dipelihara untuk diambil susu dan dagingnya. Susu kerbau memiliki kandungan lemak dan protein lebih tinggi dibanding susu sapi. Selain di minum, susu kerbau dapat dibuat keju, mentega, dan yogurt dengan harga jual lebih tinggi. Daging kerbau yang memiliki kandungan kolesterol lebih rendah dibanding sapi, membuatnya dicari konsumen.

Laporan itu juga menyatakan, mekanisasi pertanian dan urbanisasi sebagai penyebab penurunan populasi kerbau, misalnya di Malaysia. Sementara peningkatan konsumsi daging di Kamboja, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga berkontribusi terhadap populasi.

Baca: Harapan Baru Tedong Saleko, Kerbau Unik Toraja yang Harganya Super Mahal

Kerbau yang telah menjadi peliharaan masyarakat dimanfaatkan tenaganya untuk membajak sawah. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

Ras Kerbau

Mengutip penelitian Peni, di Indonesia hampir seluruh populasi kerbau dari jenis kerbau rawa. Kemampuan adaptasinya yang luar biasa membuatnya mampu hidup di beragam lingkungan. Dari lingkungan gambut yang basah, sampai padang sabana yang kering. Dari lingkungan pesisir dekat pantai hingga pegunungan berhawa dingin.

Ras kerbau di Indonesia terdiri dari Anoa, Gayo, Jawa, Kalang Kalimantan Selatan, Kalang Kalimantan Timur, Kuntu, Moa, Murrah, Pampangan, Simeulue, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumbawa, dan Toraya. Beragamnya ras kerbau membuat Indonesia dikaruniai kekayaan plasma nutfah melimpah.

Baca juga: Kenapa Anoa Dijuluki Kerbau Kerdil?

Anoa dataran rendah. Anoa dijuluki kerbau kerdil. Foto: Dok. Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

Misalnya, anoa yang ditemukan di hutan Sulawesi dan Buton, adalah kerbau terkecil di dunia. Hewan pemalu ini bisa menjadi penanda hutan yang masih lestari. Kerbau pampangan di Ogan Kemiring Ilir, Sumatera Selatan, dikenal suka berendam di kawasan rawa gambut.

Kerbau Pampangan dimanfaatkan sebagai tenaga tarik dan dipakai dalam upacara adat. Masyarakat juga memanfaatkan susu, daging, dan kotorannya. Kerbau sumbawa, terkenal karena bisa hidup di lingkungan sabana dengan kekeringan yang berlangsung lebih dari 8 bulan dalam setahun. Selain diambil daging dan susunya, kerbau sumbawa dilombakan dalam pacu kerbau.

Kerbau telah beradaptasi dengan lingkungan yang lembab dan kondisi lingkungan yang ekstrem, menurut laporan penelitian Zhang bersama tim. Suhu tubuh, respirasi, dan denyut nadi kerbau diketahui lebih rendah daripada beberapa jenis sapi. Kerbau juga mampu menghasilkan susu dan daging berkualitas tinggi meski diberi pakan hijauan dan makanan ternak berkualitas rendah.

Dalam skenario perubahan iklim yang lebih panas dan lembab, kerbau bisa menjadi alternatif potensial sumber protein hewani berkualitas tinggi sebagai sumber pangan kita.

Minimnya Pengetahuan Kita Tentang Kerbau

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|