- Isu lingkungan jadi perhatian para pihak, termasuk penyelenggara hiburan. Panggung musik bisa ikut menyajikan gerakan lingkungan. Cara hidup ramah lingkungan bukan lagi sebagai gerakan namun sudah jadi cara pandang. Setidaknya, Synchronize Festival coba lakukan itu.
- Panggung musik merupakan medium yang strategis untuk menyerukan kampanye lingkungan. Panggung ini memiliki jumlah massa besar, loyalitas, dan euforia. Pun panggung-panggung musik didatangi oleh anak-anak muda, generasi yang mudah untuk menerima perubahan.
- Synchronize Festival bekerjasama dengan Kick Your Butt mengumpulkan dan mengolah puntung rokok untuk jadi produk bernilai seperti, kacamata, jam tangan, pemetik gitar, dan lain-lain.
- Festival musik juga menjadi ajang kampanye menghadirkan dampak lebih luas. Misal, untuk menyerukan pengurangan emisi karbon dari sektor transportasi.
Isu lingkungan jadi perhatian para pihak, termasuk penyelenggara hiburan. Panggung musik bisa ikut menyajikan gerakan lingkungan. Cara hidup ramah lingkungan bukan lagi sebagai gerakan namun sudah jadi cara pandang. Setidaknya, Synchronize Festival coba lakukan itu.
Panggung musik merupakan medium yang strategis untuk menyerukan kampanye lingkungan. Panggung ini memiliki jumlah massa besar, loyalitas, dan euforia. Pun panggung-panggung musik didatangi oleh anak-anak muda, generasi yang mudah untuk menerima perubahan.
“Sejak 2019, Synchronize Festival punya gerakan peduli lingkungan. Kami prihatin melihat sampah dari tiga hari festival musik sampai 11 ton,” kata David Karto, Director of Synchronize Festival.
Tahun ini , Synchronize Festival berlangsung 4,5,6 Oktober 2024 di Gambir Expo, Jakarta. Sampah dari sekitar 80.000-an pengunjung dalam tiga hari sebagian besar botol minum sekali pakai, kotak makanan termasuk styrofoam, kemasan, dan sampah organik dari sisa makanan.
Dari 11 ton itu, sebagian besar sampah plastik. Tak semua masuk TPA, karena sampah akan diambil pemulung dan jadi uang (reuse dan recycle). SF punya semangat mengurangi sampah (reduce).
Bermula dari sinilah, katanya, green movement SF konsentrasi pada empat pilar yaitu internal change behavior, bring your own tumbler and water refill station, waste management, dan bike to synchronize.
“Kami mulai mengubah kebiasaan makan kami pas acara, yang biasa pakai boks jadi prasmanan. Kami pakai piring rotan dialasi daun pisang,” kata David menjelaskan perubahan pola secara internal.
Selain itu, bekerjasama dengan Kick Your Butt mengumpulkan dan mengolah puntung rokok untuk jadi produk bernilai seperti, kacamata, jam tangan, pemetik gitar, dan lain-lain.
Sebagai bentuk gerakan internal change behavior, Kick Your Butt memberi plastik bagi pengumpul puntung rokok. Para perokok di kantor SF harus membuang puntung di asbak, tak boleh sembarangan apalagi di pot tanaman hingga pengumpulan mudah. Dalam 20 hari, sudah ada satu kg puntung rokok.
“Untuk gerakan manajemen sampah, hal paling penting adalah pengumpulan. Kami punya program the collector,” kata Rony Rahardian, pendiri Kick Your Butt.
Kemudian, bring your own tumbler. Tak banyak festival musik membolehkan pengunjung membawa tumbler ke venue ketika awal gerakan ini jalan. Tujuannya, mengurangi botol kemasan sekali minum.
Bagi yang membawa tumbler, bisa mengisi air minum gratis di “Sumber Mata Air”, water refill station yang disediakan di venue. Water refill di sini menggunakan sistem RO (reverse osmosis) dari air PDAM menjadi air yang siap minum dan sudah diuji laboratorium sebagai air yang layak minum.
Selain memberikan kemudahan bagi pengunjung yang membawa tumbler, penyediaan air minum gratis ini merupakan bentuk kampanye lingkungan yang lain.
“Bukankan setiap warga berhak untuk mendapatkan air bersih? Harusnya air bersih, khususnya air minum itu gratis,” kata Saleh Husein (Ale), salah satu inisiator S.i.S.a.
“Kampanye lingkungan kita lakukan dengan aksi dan fun,” kata Ale.
Green movement Synchroninize Festival Lebih mengutamakan tindakan nyata dari hal-hal yang paling dekat dengan warga-wargi.
Dari tahun ke tahun, data menunjukkan timbunan sampah dari festival ini berkurang dari 11.024 kg dari 74.629 pengunjung tahun 2022 jadi 7.075kg dari 78.197 pengunjung. Botol plastik pun berkurang separuhnya dari 2.339 kg (2022) menjadi 1.092kg (2023).
Mimpi bersama
Selain dampak nyata dari green movement di Synchronize Festival, festival musik juga menjadi ajang kampanye menghadirkan dampak lebih luas. Misal, untuk menyerukan pengurangan emisi karbon dari sektor transportasi.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2022, sektor transportasi menyumbang sekitar 27% dari total emisi karbon dioksida (CO2) di Indonesia, yang mencapai sekitar 150-160 juta ton CO2.
Synchronize Festival memberi akses khusus pada para warga-wargi (sebutan untuk pengunjung Synchronize Fest) yang datang membawa sepeda ke venue. Selain itu, para pesepeda mendapatkan hadiah menarik dari program Bike to Synchronize ini.
Pun bekerjasama dengan Transjakarta, Synchronize Festival memberikan tumpangan gratis dari beberapa titik di Jakarta dan Bogor untuk bersama-sama ke venue. Selain untuk mengurangi emisi karbon dari sebuah festival, “Nebeng Gratis” ini juga untuk menyerukan penggunaan transportasi umum alih-alih kendaraan pribadi. Tahun 2023, sebanyak 1.257 pengunjung ikut kegiatan ini.
Gerakan hijau di SF merupakan gerakan yang paling dekat dengan kaum urban. Gerakan yang mulai dari hal-hal sederhana dari panggung musik.
“Harapannya lebih banyak yang terlibat, kitanya (para artis) perlu ikut. Selama ini kita hanya ngeliat-ngeliat di sosmed,” kata Cholil Mahmud, vokalis Efek Rumah Kaca (ERK), band yang tampil di SF.
Cholil berharap, keterlibatan artis dan band yang tampil lebih banyak hingga gaungnya makin luas.
“Kalau musisi, sebenarnya beberapa juga sudah melakukan secara personal. Misal ada yang udah green rider,” kata Akbar Bagus Sudibyo, drummer ERK.
Aksi hijau di festival musik bukan hanya tempelan alias gimmick. Namun harus menjadi semangat bersama untuk perubahan. Lebih serius dalam menghadapi perubahan iklim.
“Kita bergerak karena harapan. Apalagi generasi muda. Kita keseringan selalu pesimis, tapi tetap ada harapan,” kata Cholil.
Cholil optimis, genersi muda, khusus pengunjung SF bisa menjadi agen perubahan. Di luar negeri, semangat memperbaiki kebijakan lebih peduli lingkungan datang dari anak muda.
*******
Melalui Musik, Pelajar di Palembang Tunjukkan Aksi Peduli Lingkungan