Tersisa 605 Ekor di Dunia, Buaya Purba ini di Ambang Kepunahan

6 days ago 10
  • Buaya gharial (Gavialis gangeticus) salah satu buaya purba paling terancam punah di dunia
  • Populasinya tidak lebih dari 650 ekor. Perubahan iklim membuat rasio kelamin tidak seimbang.
  • Sekalipun tidak berbahaya, di habitat alaminya, buaya ini terancam oleh perburuan dan perusakan sungai.
  • Beruntung, salah satu kebun binatang di Amerika Utara berhasil mengembangbiakkan 2 ekor gharial tahun ini.

Dari sekian banyak jenis buaya, barangkali gharial (Gavialis gangeticus) kurang begitu populer. Padahal satwa bermoncong panjang dan tipis dilengkapi lebih dari 100 gigi ini sudah hidup sejak periode kapur atau 140 juta tahun yang lalu.

Kehidupan jenis buaya paling panjang dengan ukuran mencapai 3,5 hingga 4,5 meter ini, ternyata tidak sepanjang umurnya. Dalam beberapa dekade terakhir, hidup gharial hanya ada di Pusat Penangkaran Gharial di Taman Nasional Chitwan, Nepal.

Meskipun terlihat seperti buaya atau aligator, gharial memisahkan diri dari spesies buaya lainnya lebih dari 40 juta tahun yang lalu.

Gharial saat ini terancam punah dan populasinya merosot tajam hingga 98% sejak tahun 1940 karena banyak diburu untuk obat-obatan dan perubahan habitat air tawar.

Dulu, gharial pernah berlimpah di antara Pakistan dan Myanmar, dengan perkiraan 5.000 hingga 10.000 ekor di alam liar.

Kini, gharial menghadapi tantangan yang berbeda. Perubahan iklim meningkatkan suhu dataran Nepal. Terakhir, populasinya sekitar 650 individu dewasa yang tersisa.

Kondisi populasi itu membuat gharial menjadi jenis buaya yang paling terancam punah dengan status konservasi kritis oleh IUCN

Baca : Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris

Gharial merupakan spesies buaya paling unik. Foto : Wikicommons

Rasio Gender Berubah Terdampak Perubahan Iklim

Di alam, rasio jenis kelamin gharial sudah tidak seimbang. Hanya ada satu pejantan untuk 8 ekor betina. Sekarang, perubahan iklim mungkin memperlebar kesenjangan gender ini.

“Kadang telur-telur tersebut menetas pada bulan Juli, tepat di tengah-tengah musim banjir,” kata Prem Poudel dari WWF Nepal, yang mempunyai program Terai Arc Landscape (TAL) untuk mendukung konservasi di kawasan lindung.

Gharial bertelur hingga 90 butir di sepanjang tepi pantai berpasir di Narayani dan Rapti pada musim semi. Setelah bayi-bayi gharial muncul ke permukaan, barulah para petugas dapat memastikan apakah telur-telur tersebut jantan atau betina.

Sebagai informasi, telur-telur gharial mempunyai ukuran yang terbesar dari semua jenis telur buaya. Dengan berat mencapai 170 gram (6 ons), telur-telur ini memiliki berat yang hampir sama dengan keping hoki. Setelah dewasa, ukurannya bisa mencapai 4,5 meter (15 kaki) dan, rata-rata, beratnya sekitar 160 kilogram (350 pon).

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa jika telur ikan gharial dierami pada suhu yang lebih tinggi, maka akan lebih banyak telur yang menetas menjadi betina. Inilah bagaimana pemanasan global dapat membuat rasio jenis kelamin semakin condong ke arah betina.

Tahun ini, pusat penangkaran mengumpulkan 247 telur, di mana 195 di antaranya menetas. Gharial akan dilepasliarkan ketika mereka berusia lima tahun.

Sebelumnya sudah ada 32 gharial dewasa dan 759 ekor yang baru menetas di pusat penangkaran.

Baca juga : Dilindungi dan Dihormati, Buaya Endemik Papua Ini Masih Diburu

Seekor buaya gharial (Gavialis gangeticus) di kebun binatang Florida.
Foto : Jonathan Zander, via wikipedia commons CC BY-SA 3.0

Sementara di Taman Nasional Chitwan, terdapat 265 gharial. Kemudian 152 ekor di Rapti dan 113 ekor di Narayani. Dari jumlah tersebut, hanya ada enam ekor jantan yang tersebar.

Meskipun demikian, gharial yang ditranslokasi di luar wilayah konservasi justru tidak bernasib baik. Apalagi penambangan pasir, limbah pabrik, dan penangkapan ikan secara berlebih mempercepat perusakan habitat sungai di Nepal.

Dulu, gharial dapat ditemukan di sebagian besar kawasan di subkontinen India, namun banyak dari populasinya menghilang dari habitat asli. Dan tidak menutup kemungkinan itu bakal terjadi di wilayah Nepal.

Sebetulnya, buaya jenis ini tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Sekalipun bobot gharial dewasa berukuran besar. Panjang gharial jantan bisa mencapai lima meter dan berbobot hingga 250 kilogram. Gharial jantan memiliki benjolan di ujung moncongnya, yang dikenal sebagai gharas.

Kelahiran Gharial di Amerika Utara

Jauh dari Nepal, Kebun Binatang Fort Worth di Texas, Amerika Serikat berbagi cerita tentang kelahiran dua anak buaya gharial secara berurutan yang pertama kali terjadi di Amerika Serikat.

Penetasan dua bayi buaya gharial pada tahun ini dan menyusul kelahiran empat ekor tahun lalu, menjadikan Kebun Binatang Fort Worth sebagai satu-satunya institusi di Amerika yang berhasil mengulangi proses perkembangbiakan buaya gharial selama 10 tahun.

“Memiliki dua anakan buaya tambahan merupakan kemenangan besar dalam mengembangkan populasi gharial di kebun binatang dan memperluas pengetahuan untuk membantu spesies yang sangat terancam punah ini untuk bertahan hidup,” ujar Vicky Poole, kurator ektoterm Kebun Binatang Fort Worth.

Riset: Satu dari Lima Spesies Reptil di Dunia Berisiko Terancam Punah

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|