YOGYAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menginginkan agar proses Rehabilitasi hutan di Suaka Margasatwa Paliyan, Yogyakarta, bisa direplikasi oleh wilayah lain.
Diketahui, kawasan Suaka Margastwa Paliyan dahulunya dalam kondisi gundul akibat penebangan ilegal pasca reformasi di tahun 1998. Kawasan ini kemudian mulai direstorasi melalui Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GRHL) dan dilanjutkan oleh PT Mitsui Sumitomo Insurance Group dan UGM dengan tanaman MPTS (Multipurpose Tree Species) dan tanaman native karst.
Menhut mengatakan keberhasilan restorasi dan rehabilitasi ini perlu direplikasi. Terutama terkait keterlibatan masyarakat dalam melakukan rehabilitasi hutan.
"Ini menurut saya pola kerjasama yang harus diapresiasi, tapi saat bersamaan juga harus direplikasi, keberhasilannya sudah terlihat. Harus ada satu riset yang mendokumentasikan dengan baik apa yang terjadi. Termasuk tadi yang luar biasa partisipasi masyarakat," kata Menhut dikutip Rabu (7/5/2025).
Raja Antoni mengatakan keterlibatan masyarakat menjadi hal yang penting selain pendanaan dan penjagaan hutan. Menurutnya, jika masyarakat tidak dilibatkan maka tidak menutup kemungkinan hutan tidak lestari.
"Saya masih belum bisa komprehensif dengan apa yang harus dilakukan untuk mereplikasi keberhasilan ini ketempat lain, dengan sumitomo-sumitomo lain, atau dengan tanpa sumitomo bisa nggak kita bergerak melakukan rehabilitasi hutan. Tapi nampaknya kesimpulan sementara saya tadi selain ada intervensi pendanaan tapi juga melibatkan masyarakat, partisipasi masyarakat," ujarnya.
Ia menyebut, perlu adanya riset mendalam terkait keberhasilan rehabilitasi hutan ini. Menurutnya, kerjasama dan kolaborasi dengan seluruh pihak diperlukan, sehingga nantinya masyarakat dapat langsung mendapatkan manfaat dari hutan.
"Ini kan harus direkam menjadi memori kolektif masyarakat supaya mendapatkan langsung manfaat dari hutan yang dijaga secara bersama-sama," tuturnya.
Dengan restorasi di kawasan Suaka Margasatwa Paliyan membuahkan hasil dimana terdapat keanekaragaman hayati meliputi 5 jenis mamalia, 13 jenis herpetofauna, 19 jenis capung dan 65 jenis kupu-kupu, 41 jenis burung dengan 5 diantaranya merupakan satwa yang dilindungi.
Suaka Margastwa Paliyan sendiri telah menjadi konservasi sejak 29 Juni 2000, kawasan dengan luas 434,60 Ha ini diketahui tercakup dalam ekpsistem karst Gunung Sewu.
(Khafid Mardiyansyah)