KOTA MALANG - Makam Mbah Ginah dan kawasan Balai Kota Malang merupakan hal yang tak dipisahkan. Konon makam ini tak mampu dipindahkan meskipun revitalisasi area belakang Balai Kota Malang, dan dijadikan bangunan Mini Block Office, yang jadi perkantoran Pemerintah Kota (Pemkot) Malang.
Sejarah Mbah Ginah memang masih simpang siur. Belum ada catatan sejarah pasti akan siapa sosok Mbah Ginah, yang makamnya dikelilingi oleh bangunan megah dan parkiran kendaraan bermotor di halaman depan Mini Block Office, kompleks Balai Kota Malang.
Ada beberapa versi mengenai awal mula Mbah Ginah, nama yang tertulis di batu nisan makam itu berada di sana. Namun belum ada kebenaran yang ilmiah berhasil menguji sosok Mbah Ginah dan penyebab kematiannya. Meskipun dari penelusuran metafisika keberadaannya terlihat, meski tak kasat mata.
Pemerhati sejarah Kota Malang Agung H. Buana mengatakan, ada tiga versi yang beredar mengenai makam misterius di kawasan Balai Kota Malang bagian belakang itu. Versi pertama yakni sosok Mbah Ginah yang dimakamkan itu adalah petugas kebersihan balai kota di masa Belanda. Sepeninggalnya Belanda memutuskan membangun makamnya tepatnya di belakang Balai Kota Malang, demi menghormati jasanya.
"Ketika balai kota dibangun oleh Belanda itu ada tukang yang bersih-bersih, petugas kebersihan dari balai kota, Mbah Ginah ini yang bertugas menyapu, dan melakukan kebersihan dan lain - lain. Akhirnya sekitar tahun 1940-an meninggal, sebagai penghormatan dikebumikan di belakang balai kota. Dia orang yang suka bersih-bersih balai kota," ucap Agung Buana.
Berikutnya pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang ini menerangkan, versi kedua sosok Mbah Ginah ini sebagai pemulung yang ada biasanya beroperasi di sekitar balai kota dahulu. Konon dahulu belakang balai kota sempat tak terurus dan menjadi tempat pembuangan sampah, hingga ke dekat Sungai Brantas.
"Dimana suatu saat pemulung ini terperosok jatuh dan meninggal, oleh teman - teman yang lain akhirnya dimakamkan di sekitar sini," ungkapnya.
Selanjutnya, sosok Mbah Ginah dikisahkan masih terkait dengan makam yang berada di tepi Jalan Majapahit, tepatnya di Utara Jembatan Majapahit. Dimana saat itu di zaman penjajahan Belanda terdapat sepasang laki - laki dan perempuan yang mempunyai hubungan istimewa.