Dedi Mulyadi Pakai Cara Wajib Militer Atasi Pelajar Nakal, Rano Karno Pilih Jalur Ekskul

14 hours ago 6

JAKARTA - Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Rano Karno memilih ekstrakurikuler atau ekskul menjadi solusi mengatasi permasalahan kenakalan pelajar ketimbang melakukan pendidikan karakter dengan wajib militer seperti yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. 

Bang Doel sapaan karibnya menyadari karakteristik pelajar di setiap wilayah berbeda-beda sehingga penanganannya pun akan berbeda. Menurutnya pendekatan minat dan bakat melalui ekskul menjadi salah satu solusi yang akan diambil di Jakarta.

"Setiap wilayah kan berbeda-beda, Wajib militer istilahnya mungkin tidak, kalau ekstrakurikuler mungkin iya,” kata Rano kepada wartawan di Sunter, Jakarta Utara, Jumat (2/5/2025).

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung ogah meniru langkah yang diambil Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi dengan mengirim pelajar nakal atau bermasalah ke barak militer. Menurutnya Jakarta memiliki cara sendiri untuk mengatasi kenakalan remaja khususnya pelajar.

"Jakarta punya kebijakan tersendiri," ucap Pramono singkat di Balaikota Jakarta.

Sekedar informasi, pelaksanaan pendidikan karakter di beberapa wilayah Jawa Barat (Jabar) akan bekerja sama dengan TNI dan Polri. Program pembentukan karakter itu ditarget terlaksana pada 2 Mei 2025.

Pernyataan itu disampaikan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi. Pelaksanaan program ini, kata dia, tidak secara serentak, namun bertahap.

"(Pendidikan karakter bagi pelajar) tidak harus langsung di 27 kabupaten/kota. Kita mulai dari daerah yang siap dan dianggap rawan terlebih dahulu," ujar Dedi Mulyadi dalam keterangannya yang diterima, Sabtu 26 April 2025.

Pria yang akrab disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) itu menyampaikan, TNI telah menyiapkan 30-40 barak khusus untuk pelaksanaan program pendidikan karakter ini. Mereka yang diikutkan dalam program itu berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orang tua.

Menurutnya, sasaran prioritas program ini adalah siswa nakal yang sulit dibina atau terindikasi terlibat dalam pergaulan bebas dan tindakan kriminal.

"Selama enam bulan siswa akan dibina di barak dan tidak mengikuti sekolah formal. TNI yang akan menjemput langsung siswa ke rumah untuk dibina karakter dan perilakunya," katanya.

(Khafid Mardiyansyah)

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|