Raup Laba Bersih Rp13,8 Triliun, Dirut BRI Singgung Tensi Geopolitik hingga Perang Tarif Impor

4 hours ago 1

Raup Laba Bersih Rp13,8 Triliun, Dirut BRI Singgung Tensi Geopolitik hingga Perang Tarif Impor

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Hery Gunardi, dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal I Tahun 2025. (Foto: Okezone.com/Tangkapan Layar)

JAKARTA - BRI Group berhasil mencatatkan kinerja positif hingga akhir Maret 2025, dengan laba bersih mencapai Rp13,80 triliun. Adapun aset BRI sebesar Rp2.098,23 triliun atau tumbuh sebesar 5,49% secara tahunan (year-on-year) di dorong penyaluran kredit dengan fokus UMKM.

"Pertumbuhan ini didorong penyaluran kredit yang selektif dan berkualitas di mana semua segmen kredit mencatatkan pertumbuhan positif dengan tetap berfokus pada segmen UMKM," kata Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Hery Gunardi, dalam Press Conference Paparan Kinerja Keuangan BRI Kuartal I Tahun 2025, Rabu (30/4/2025).

1. Ekonomi Dunia di Kuartal I-2025

Hery menyoroti bahwa perekonomian global sepanjang triwulan pertama tahun 2025 masih diwarnai oleh ketidakpastian, terutama akibat tensi geopolitik dan dampak lanjutan dari perang tarif yang turut menekan aktivitas perdagangan internasional dan rantai pasok.

BRI memperkirakan adanya potensi dampak jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, Hery menyampaikan bahwa saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang lebih baik.

Dia juga menekankan bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis BRI, lebih banyak bergantung pada permintaan domestik atau konsumsi dalam negeri.

"BRI memperkirakan akan ada dampak jangka pendek akibat kebijakan tarif baru. Namun, saat ini sedang berlangsung negosiasi antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diharapkan menghasilkan kesepakatan yang lebih baik lagi," jelas Hery.

"Perlu dicatat bahwa ekonomi Indonesia, termasuk bisnis Bank Rakyat Indonesia, lebih banyak bergantung pada domestic demand atau konsumsi domestik. Sehingga selain dari depresiasi mata uang yang terjadi, perang tarif diproyeksikan tidak berdampak terlalu signifikan untuk bisnisnya BRI maupun juga untuk Indonesia," imbuhnya.

2. Fundamental Ekonomi RI

Hery juga menyoroti fundamental ekonomi Indonesia yang resilien, tercermin dari cadangan devisa yang memadai, yang tercatat naik dari USD155,7 miliar pada akhir Desember 2024 menjadi USD157,1 miliar pada akhir Maret 2025. Selain itu, konsumsi domestik masih menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat masih tumbuh positif.

Meskipun demikian, Hery mengakui bahwa konsumsi domestik masih belum pulih sepenuhnya jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi COVID-19. Hal ini menjadi tantangan bagi sektor UMKM yang sangat bergantung pada daya beli masyarakat.

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|