Mengulik Ramalan Jayabaya, Warisan Mistis yang Masih Diyakini Sebagian Masyarakat Jawa

1 day ago 5

Mengulik Ramalan Jayabaya, Warisan Mistis yang Masih Diyakini Sebagian Masyarakat Jawa

Mengulik Ramalan Jayabaya, Warisan Mistis yang Masih Diyakini Sebagian Masyarakat Jawa

JAKARTA - Ramalan Jayabaya masih menjadi topik yang menarik perhatian di tengah masyarakat Jawa. Dikutip dari buku Menguak Rahasia Ramalan Jayabaya karya D. Soesetro dan Zein al Arief, ramalan ini disusun dalam bentuk tembang atau kakawin berbahasa Jawa Kuno. Susunan kata dalam ramalan itu dapat dilagukan dan diyakini mengandung makna yang dalam.

Ramalan Jayabaya sering digunakan oleh masyarakat sebagai cara untuk menafsirkan berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan. Sebagian orang meyakini bahwa ramalan tersebut mampu meramalkan kejadian di masa depan. Namun, tidak sedikit pula yang menganggapnya sebagai mitos belaka. Mereka menilai bahwa ramalan itu bersifat lentur dan multitafsir, sehingga bisa disesuaikan dengan berbagai situasi dan kondisi.

Beberapa peristiwa sejarah disebut-sebut sebagai bukti kebenaran ramalan Jayabaya. Di antaranya adalah penjajahan Jepang di Indonesia yang berlangsung singkat serta munculnya benturan antara nilai-nilai tradisional dan budaya modern.

Keyakinan terhadap ramalan Jayabaya masih bertahan hingga kini. Dalam buku Ilmu Mistik Kejawen, Menguak Rahasia Hidup Orang Jawa karya Petir Abimanyu, disebutkan sejumlah ramalan yang diyakini masyarakat sebagai pertanda zaman baru.

Beberapa di antaranya berbunyi:

Besuk yen wis ana kreta tanpa jaran (Kelak jika sudah ada kereta tanpa kuda)

Tanah Jawa kalungan wesi (Pulau Jawa berkalung besi)

Prahu mlaku ing dhuwur awang-awang (Perahu berjalan di angkasa)

Kali ilang kedhunge (Sungai kehilangan mata air)

Pasar ilang kumandhang (Pasar kehilangan suara)

Iku tandha yen tekane zaman Jayabaya wis cedhak (Itulah pertanda zaman Jayabaya telah mendekat)

Bumi saya suwe saya mengkeret (Sejengkal tanah dikenai pajak)


Meski sarat nuansa mistis, ramalan-ramalan tersebut masih menjadi bagian dari perbincangan budaya yang merefleksikan kekhawatiran sekaligus harapan masyarakat terhadap perubahan zaman.

(Kemas Irawan Nurrachman)

Read Entire Article
Apa Kabar Berita | Local|