Clarisa Adiana
, Jurnalis-Selasa, 22 April 2025 |11:24 WIB
Benarkah Stres Bikin Gemuk? (Foto: Freepik)
JAKARTA - Kelebihan kortisol berkaitan dengan peningkatan berat badan sejatinya serupa dengan mempertanyakan apakah stres yang berkepanjangan dapat menggiring tubuh untuk menyimpan lemak lebih banyak. Dalam kedua situasi, jawabannya adalah afirmatif.
Kortisol, hormon stres yang tercipta secara alami, memainkan peran utama dalam mengatur kinerja metabolik tubuh. Maka dari itu, menjaga keseimbangannya menjadi krusial, mulai dari menyediakan ruang untuk relaksasi hingga merancang ulang pola makan dan kebiasaan fisik agar kortisol tak mengendalikan kita, melainkan sebaliknya.
Kortisol adalah senyawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal, yang terletak di atas ginjal. Saat tekanan emosional atau fisik menyerang, tubuh memproduksinya sebagai respons bertahan hidup. Ini menempatkan tubuh dalam keadaan siaga, dikenal sebagai "fight or flight mode" yang pada akhirnya memperlambat proses biologis reguler, termasuk metabolisme.
Walaupun keberadaannya vital untuk adaptasi tubuh terhadap stres, level kortisol yang melonjak berlebihan bisa menjadi bumerang.
Kaitan Kortisol dan Penambahan Massa Tubuh
Menurut Gabrielle Mancella seorang Dokter Bedah di Orlando Health, fungsi utama kortisol dalam metabolisme adalah merangsang pemecahan lemak dan karbohidrat untuk menciptakan semburan energi.
Namun, efek sampingnya adalah peningkatan dorongan makan, terutama terhadap pangan berkalori tinggi seperti makanan manis, gurih, dan berminyak. Ini menjelaskan mengapa di tengah tekanan, seseorang lebih cenderung mendambakan makanan cepat saji dibandingkan dengan pilihan yang bergizi seimbang.
Tidak hanya itu, kelebihan kortisol pun mampu menekan produksi testosteron, yang berakibat pada berkurangnya massa otot serta efisiensi tubuh dalam membakar kalori. Hasil akhirnya adalah perlambatan metabolik yang signifikan.