Tsunami Digital Ancam {Brain Rot} Anak Usia Dini, {Moms} Ini Arti dan Dampaknya. (Foto: Freepik)
JAKARTA - Brain rot atau pembusukan otak pada anak usia dini tengah menjadi perhatian banyak pihak. Hal ini terjadi akibat tsunami digital, sebagai dampak dari penggunaan gawai atau handphone (HP).
Seperti diketahui, penggunaan HP pada anak di usia dini di Indonesia, 0-6 tahun, dalam kategori berlebihan. Dikutip dari data Kemendakdisemen, Minggu (8/6/2025), terungkap bahwa 25% di antaranya berada di rentang usia 0–4 tahun. Sementara itu, pada kelompok usia 5–6 tahun, angkanya meningkat hingga 52%.
Menurut Psikolog Artika Mulyaning Tyas, S.Psi, M.Psi, istilah brain rot menggambarkan penurunan fungsi kognitif akibat konsumsi konten digital yang tidak berkualitas dan berulang-ulang.
Meskipun tidak ditemukan dalam terminologi psikologi resmi, brain rot merujuk pada penurunan kemampuan berpikir kritis, daya ingat, dan fungsi eksekutif akibat paparan konten media sosial yang dangkal. Konten seperti prank, tantangan ekstrem, dan video pendek yang hanya berfokus pada sensasi bukan substansi, disebut sebagai pemicu utama fenomena ini.
Menurut Artika, paparan konten semacam ini dapat menyebabkan sejumlah dampak. Setidaknya terdapat 5 dampak, yakni
1. Menurunnya daya ingat
2. Kehilangan fokus dan konsentrasi
3. Penurunan kemampuan analisis
4. Tidak berkembangnya kemampuan berpikir kritis dan kompleks
5. Ketergantungan pada validasi sosial
Mengapa Media Sosial Bisa Menyebabkan Brain Rot?
Menurut Artika, kehadiran media sosial adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, media sosial memberikan akses ke informasi dan edukasi, tetapi di sisi lain, penggunaan yang tidak terkontrol dapat berdampak negatif. Konten yang hanya berorientasi pada hiburan instan membuat otak terbiasa dengan stimulus cepat dan tanpa tantangan berpikir yang mendalam.