Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatat nilai transaksi karbon sebesar Rp78,37 miliar per 22 Agustus 2025. (Foto: Okezone.com/CBC)
JAKARTA – Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) mencatat nilai transaksi karbon sebesar Rp78,37 miliar per 22 Agustus 2025. Angka ini merupakan akumulasi sejak resmi diluncurkan pada 26 September 2023.
Volume transaksi karbon mencapai 1.604.781 ton karbon ekuivalen (CO₂e) dengan frekuensi sebanyak 281 kali transaksi.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ignatius Denny Wicaksono, menyampaikan bahwa pengguna jasa IDXCarbon mulai bertambah dan bervariasi.
“Walaupun transaksi kebanyakan dari perusahaan tercatat dan anak perusahaan, tetapi pengguna jasa kita makin bervariasi, termasuk banyaknya pelaku pasar karbon yang mulai meritelkan untuk perdagangan karbon ini,” ujar Ignatius di Jakarta, dikutip Selasa (26 Agustus 2025).
Hingga 22 Agustus 2025, jumlah Pengguna Jasa Bursa Karbon (PJBK) tercatat sebanyak 119 entitas, dengan total delapan proyek yang telah masuk dalam IDXCarbon.
Sementara itu, penggunaan karbon kredit sebagai offset emisi (retirement) mencapai 981.323 tCO₂e. Jumlah penerima manfaat tercatat sebanyak 1.367 entitas, terdiri dari 1.124 individu, 229 institusi, dan 14 kegiatan.
“Kalau dilihat sekarang, banyak sekali aktivitas-aktivitas dari retail yang memang concern terhadap sustainability maupun karbon, sehingga mereka juga banyak melakukan offset emisi,” kata Ignatius.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan buku berjudul Mengenal dan Memahami Perdagangan Karbon bagi Sektor Jasa Keuangan. Buku ini disusun sebagai bagian dari komitmen memperkuat ekosistem ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon di Indonesia.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menjelaskan bahwa pemahaman yang baik menjadi kunci untuk mendorong partisipasi lebih luas dari pelaku sektor jasa keuangan dalam perdagangan karbon.
Buku tersebut memuat kerangka kebijakan, regulasi, serta kelembagaan perdagangan karbon, termasuk mekanisme perdagangan, potensi tantangan, risiko, dan peran strategis sektor jasa keuangan.
“Buku ini disusun oleh OJK sebagai bentuk komitmen nyata memperkuat ekosistem ekonomi hijau dan pembangunan rendah karbon di Indonesia,” ujar Mahendra.
Pengguna Jasa Karbon
BEI menargetkan 149 pengguna jasa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) hingga akhir tahun 2025.
Sedianya, hingga Agustus 2025 terdapat 119 entitas pengguna jasa bursa karbon. Angka ini bertambah 20 entitas baru.
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, menjelaskan bahwa pertumbuhan pengguna jasa karbon berlangsung sejak diluncurkan pada 2023 dan telah mencapai 119 entitas.
“Kalau target pengguna jasa, itu kita target tahun ini tuh 50. Sampai dengan 22 Agustus itu baru 20 pengguna jasa, ya. Jadi kalau target (pengguna jasa) berarti itu sekitar 149 sampai dengan akhir tahun,” ujar Denny.
Denny menambahkan bahwa target tersebut bisa ditingkatkan apabila regulasi pendukung segera diberlakukan, termasuk aturan yang memudahkan onboarding bagi pengguna jasa asing.
“Semoga lebih banyak nanti kalau peraturan ini kita bisa selesai perubahannya, ya akan lebih banyak yang dari asing masuk ke sini,” katanya.
Selain itu, BEI juga menyiapkan pengembangan sistem untuk mengakomodasi pengembangan SRN Robust milik Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK). Dengan langkah ini, bursa berharap dapat memperluas ekosistem perdagangan karbon di Indonesia.
Hingga saat ini, mayoritas proyek yang tercatat di IDXCarbon masih berasal dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun, BEI menargetkan ke depan partisipasi swasta juga bisa meningkat.
“Mungkin lebih dari 50 proponen yang sudah mendaftar ke KLHK, tetapi masih dalam proses. Jadi itu terdiri dari swasta maupun BUMN,” jelas Denny.