Feby Novalius
, Jurnalis-Selasa, 06 Mei 2025 |22:34 WIB
Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar, yaitu mencapai 3.295 gigawatt. (Foto: Okezone.com)
JAKARTA – Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling berkapasitas 92 megawatt peak (MWp) diperkirakan dapat meningkatkan produksi listrik dari tenaga surya di Indonesia hingga sekitar 13%. PLTS Saguling telah mencapai kesepakatan pembiayaan pembangunan dari lembaga pembiayaan pembangunan Prancis, PROPARCO, dan Standard Chartered Bank.
"Indonesia memiliki potensi tenaga surya yang sangat besar, yaitu mencapai 3.295 gigawatt (GW). Dengan beroperasinya PLTS Saguling nantinya, pemanfaatan energi surya sebagai sumber kelistrikan dapat semakin meningkat," ujar Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha, dikutip dari Antara, Selasa (6/5/2025).
1. Manfaat PLTS Saguling
Keberadaan PLTS Saguling juga diproyeksikan dapat mengurangi emisi karbon dalam sistem ketenagalistrikan Indonesia hingga setidaknya 63.100 ton per tahun. Hal ini mendorong pelaksanaan transisi energi dan pencapaian target Net Zero Emission pada 2060.
PLTS Terapung Saguling merupakan bagian dari kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP), sebuah kolaborasi antara Pemerintah Indonesia dan International Partners Group (IPG), termasuk Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ). JETP Indonesia diluncurkan pada 2022 untuk memobilisasi pendanaan guna mempercepat transisi energi bersih dan menyediakan energi terjangkau yang menguntungkan perekonomian nasional.
2. Kesepakatan Finalisasi Pembiayaan
PLN Indonesia Power (PLN IP) menyepakati finalisasi pembiayaan pembangunan PLTS Terapung Saguling. Proyek transisi energi yang berlokasi di Kabupaten Bandung ini didukung oleh investasi dari PROPARCO (Prancis) dan Standard Chartered Bank (Inggris).
Kepastian pembiayaan ditandai melalui penandatanganan Financing Agreement oleh PT Indo ACWA Tenaga Saguling—perusahaan patungan antara PLN Indonesia Power dan ACWA Power—bersama Deutsche Investitions- und Entwicklungsgesellschaft (DEG) dari Jerman, PROPARCO dari Prancis, dan Standard Chartered Bank dari Inggris.