Simak kisah heroik tim bulu tangkis Indonesia saat juara Piala Thomas 1988 di tengah situasi kacau (Foto: PB Djarum)
KISAH heroik Tim Bulu Tangkis Indonesia di Piala Thomas 1998 menarik untuk diulas. Sebab, mereka sanggup menjadi juara di tengah kondisi Tanah Air yang tidak menentu.
Piala Thomas dan Uber 1998 berlangsung di Hong Kong pada 17-24 Mei. Di saat bersamaan, kondisi Indonesia sedang bergejolak akibat demonstrasi dan Kerusuhan Mei 1998.
1. Waswas
Para pemain yang berada di Hong Kong diliputi perasaan waswas terutama mengenai keluarganya di Tanah Air. Namun, tekad kuat untuk mempersembahkan gelar mampu mengalahkan rasa khawatir.
Pada final, Indonesia mengempaskan Malaysia dengan skor tipis 3-2. Rexy Mainaky/Ricky Subagja, Candra Wijaya/Sigit Budiarto, dan Hendrawan tampil menjadi pahlawan setelah mengamankan tiga poin.
Hariyanto Arbi yang turun menjadi tunggal pertama, ternyata tak kuasa menahan tunggal putra Ong Ewe Hock yang tampil perkasa. Ia kalah dua set langsung 14-18 dan 7-15.
Pada partai yang tak menentukan, Joko Suprianto yang turun di partai kelima kalah dari Roslin Hashim dengan skor 10-15, 15-11, dan 15-2. Meski kalah, Indonesia tetap memastikan bendera Merah Putih berkibar di Hong Kong.
2. Kenangan Rexy Mainaky
Kenangan juara Piala Thomas 1998 itu tak terlupakan oleh Rexy. Ia mengakui konsentrasi tim terpecah jelang final gara-gara kabar kerusuhan di Tanah Air ditambah mundurnya Presiden Soeharto.
"Tahun 1998 juara Thomas Cup di Hong Kong, di saat itu Indonesia sedang berkecamuk dengan kerusuhan dan team Thomas Cup Indonesia juga sedang berjuang mempertahankan Piala Thomas," kata Rexy di akun media sosialnya.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya